Bursa Saham Asia Bervariasi, Investor Cermati Data Pengangguran di Australia

Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Kamis, 18 Januari 2024. Indeks Nikkei 225 di Jepang catat penguatan. Investor kini cermati data penggangguran di Australia.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Jan 2024, 08:57 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2024, 08:57 WIB
Bursa Saham Asia Bervariasi, Investor Cermati Data Pengangguran di Australia
Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Kamis (18/1/2024) setelah saham melemah pada perdagangan sesi sebelumnya.(Takashi Aoyama/POOL/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Kamis (18/1/2024) setelah saham melemah pada perdagangan sesi sebelumnya. Bursa saham China menyentuh level terendah dalam hampir lima tahun.

Dikutip dari CNBC, investor akan mengamati angka pengangguran Australia pada perdagangan Kamis pekan ini untuk mendapatkan petunjuk mengenai langkah Bank Sentral Australia atau Reserve Bank of Australia pada pertemuan Februari pekan ini.

Bursa saham Australia memperpanjang penurunan dalam lima hari berturut-turut. Indeks ASX 200 merosot 0,74 persen menjelang rilis data pengangguran.

Indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 0,29 persen. Indeks Topix bertambah 0,28 persen. Indeks Kospi Korea Selatan mendaki 0,12 persen dan indeks Kosdaq bertambah 0,39 persen.

Sementara itu, indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong mendatar di 15.274 dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya 15.276,9. Indeks Hang Seng anjlok hampir 4 persen hingga mencapai level terendah sejak November 2022.

Di wall street, tiga indeks acuan merosot termasuk indeks Dow Jones mencatat kerugian dalam tiga hari berturut-turut. Indeks Dow Jones merosot 0,25 persen, indeks S&P 500 tergelincir 0,56 persen dan indeks Nasdaq susut 0,59 persen.

Data penjualan ritel pada Desember lebih kuat dari perkiraan, menunjukkan permintaan konsumen yang kuat dan keraguan akan penurunan suku bunga secara agresif dari the Federal Reserve (the Fed).

Penjualan ritel naik 0,6 persen pada November dan naik 0,4 persen dari bulan ke bulan tidak termasuk otomotif. Ekonom yang disurvei oleh indeks Dow Jones prediksi kenaikan penjualan ritel sebesar 0,4 persen month-on-month dan kenaikan penjualan ritel sebesar 0,2 persen pada sektor otomotif.

Penutupan Wall Street pada 17 Januari 2024

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tertekan pada perdagangan Rabu, 17 Januari 2024. (Richard Drew/AP Photo)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tertekan pada perdagangan Rabu, 17 Januari 2024. Koreksi wall street terjadi seiring rilis data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan.

Dikutip dari CNBC, pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 94,45 poin atau 0,25 persen ke posisi 37.266,67. Indeks Dow Jones turun dalam tiga hari berturut-turut.

Indeks S&P 500 merosot 0,56 persen ke posisi 4.739,21. Indeks Nasdaq tergelincir 0,59 persen ke posisi 14.855,62.

Sementara itu, saham Charles Schwab merosot 1,3 persen setelah melaporkan hasil kuartalan yang beragam. Saham Walgreens dan Caterpilar masing-masing turun 3 persen. Dua saham tersebut memimpin koreksi di indeks Dow Jones.

Di sisi lain, saham Boeing naik 1,3 persen, dan mencatatkan keuntungan terbesar di indeks Dow Jones setelah turun tajm baru-baru ini.

Data penjualan ritel pada Desember yang lebih kuat dari perkiraan menunjukkan konsumen yang tangguh dan keraguan akan penurunan suku bunga agresif dari the Federal Reserve.

 

Data Penjualan Ritel AS

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, penjualan ritel naik 0,6 persen pada November, dan naik 0,4 persen month over month (MoM) termasuk otomotif. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi kenaikan penjualan ritel 0,4 persen dari month-to-month dan kenaikan penjualan ritel sebesar 0,2 persen dari bulan ke bulan.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun terakhir diperdagangkan naik hampir 4 basis poin menjadi 4,102 persen melanjutkan kenaikannya pada perdagangan Selasa pekan ini setelah Gubernur the Federal Reserve Christopher Waller memperingatkan pelonggaran kebijakan moneter mungkin lebih lambat dari yang diperkirakan.

Sejauh ini, pelaku pasar prediksi kemungkinan besar 57 persen the Federal Reserve (the Fed) akan mulai menurunkan suku bunga pada Maret seiring dengan meningkatnya harapan untuk melakukan perubahan, menurut FedWatch dari CME Group.

“Pada akhir tahun ini, suku bunga kemungkinan akan lebih rendah dibandingkan sekarang, tetapi hal ini tidak akan berjalan mulus,” ujar Senior Portfolio Manager Globalt Investments, Thomas Martin.

Gerak Saham di Wall Street

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Ia menambahkan, sementara itu, pelaku pasar berada pada posisi agresif untuk mengambil risiko dan menjadi sedikit lebih terdiversifikasi dalam memiliki saham seiring lebih banyak penurunan suku bunga. “Anda memang ingin memegang obligasi, tetapi Anda juga ingin memegang saham,” ujar Martin.

Adapun saham real estate menjadi penghambat terbesar di indeks S&P 500 pada Rabu pekan ini, dan menyeret sektor saham tersebut turun 1,2 persen.

Saham Boston Propertis alami kerugian terbesar di sektor ini dengan turun hampir 3 persen. Saham Prologis, Healthpeak Properties dan Equinix masing-masing turun lebih dari 1 persen.

Saham layanan komunikasi, teknologi informasi dan konsumen merosot hampir 1 persen. Saham Semiconductor, NXP Semiconductors dan Jabil turun 3 persen. Sedangkan saham Enpahse Energy dan Fortinet melemah 3 persen.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya