Indeks Nikkei Sentuh Level Tertinggi Baru dalam 34 Tahun, Wall Street Melesat

Bursa saham China, Korea Selatan dan Taiwan libur, sedangkan Singapura dan Hong Kong jalani setengah hari perdagangan pada Jumat, 9 Februari 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Feb 2024, 08:36 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2024, 08:36 WIB
Indeks Nikkei Sentuh Level Tertinggi Baru dalam 34 Tahun, Wall Street Melesat
Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar libur jelang akhir pekan ini seiring liburan Tahun Baru Imlek. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar libur jelang akhir pekan ini seiring liburan Tahun Baru Imlek.

Bursa saham China, Korea Selatan dan Taiwan libur, sedangkan Singapura dan Hong Kong jalani setengah hari perdagangan dalam rangka Imlek. Demikian dikutip dari CNBC, Jumat (9/2/2024).

Di Australia, indeks ASX 200 melemah. Di Jepang, Indeks Nikkei 225 mencapai posisi 37.000 pertama kali dalam 34 tahun. Indeks Nikkei 225 naik 0,64 persen.

Sementara itu, di wall street, indeks S&PP 500 sedikit berubah pada perdagangan Kamis waktu setempat setelah sempat melampaui angka 5.000 untuk pertama kalinya dalam rekor. Indeks S&P 500 naik 0,06 persen menjadi 4.997,91. Pada sesi perdagangan, indeks S&P 500 mencapai level tertinggi 5.000,40.

Indeks Dow Jones naik 0,13 persen dan indeks Nasdaq bertambah 0,24 persen. Laba perusahaan tetap menjadi fokus utama investor di wall street.

Saham Disney melonjak 11,5 persen setelah mengalahkan perkiraan laba kuartalan dan menaikkan panduannya. Saham produsen chip Arm melambung 47,9 persen setelah melaporkan kuatnya laba dan menyediakan perkiraan laba yang optimistis.

“Saya pikir pasar melelahkan. Reli ini melelahkan,” ujar Chief Global Strategist Freedom Capital Markets, Jay Woods.

Adapun laba yang kuat dan kenaikan yang terus berlanjut pada saham-saham raksasa teknologi telah mendorong penguatan pasar saham dalam beberapa sesi terakhir. Namun, investor khawatir saham yang menguat pada 2023 dapat hambat reli yang berkelanjutan.

Sementara itu, Chief Invesment Strategist State Street Global Advisors, Michael Arone mengatkan, sempitnya rentang ini dengan ketidakpastian baru seputar penurunan suku bunga setelah ketua the Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dan pejabat lainnya mengecilkan harapan penurunan suku bunga pada Maret.

 

 

Imbal Hasil Obligasi

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun bertahan di 4,15 persen. Langkah ini memberikan tekanan pada saham meski terdapat laporan laba yang kuat telah meningkatkan kepercayaan investor kalau ekonomi yang kuat dapat terus mendorong keuntungan dan pertumbuhan perusahaan.

“Laba terus meningkat lebih baik dari yang diharapkan dan berkontribusi pada beberapa pergerakan positif pada saham tertentu,” ujar Arone.

Ia menuturkan, secara keseluruhan, dalam hal sentimen, hal ini memungkinkan pasar untuk terus menyentuh level tertinggi baru.

Pasar Saham AS Disebut Berada di Posisi Berbahaya, Ada Apa?

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Sebelumnya diberitakan, CEO Smead Capital Management, Cole Smead mengatakan pasar saham Amerika Serikat (AS) berada dalam posisi yang sangat berbahaya karena tingginya angka lapangan kerja dan pertumbuhan upah.

Menurut Smead ini menunjukkan kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS tidak memberikan dampak yang diinginkan. Nonfarm payrolls tumbuh sebesar 353.000 pada Januari, data baru menunjukkan minggu lalu, jauh melampaui perkiraan Dow Jones sebesar 185.000. 

Sementara pendapatan rata-rata per jam meningkat 0,6% pada basis bulanan, dua kali lipat perkiraan konsensus. Pengangguran tetap stabil pada level terendah dalam sejarah yaitu 3,7%.

Angka tersebut muncul setelah Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bank sentral kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga pada Maret, seperti yang telah diantisipasi oleh beberapa pelaku pasar.

Smead, yang sejauh ini telah memperkirakan dengan tepat ketahanan konsumen Amerika Serikat dalam menghadapi kebijakan moneter yang lebih ketat. 

Smead menuturkan, risiko sebenarnya selama ini adalah seberapa kuat perekonomian meskipun terjadi kenaikan suku bunga sebesar 500 basis poin. Satu basis poin sama dengan 0,01% 

"Kami tahu The Fed telah menaikkan suku bunganya, kami tahu hal itu menyebabkan bank bangkrut pada musim semi lalu dan kami tahu hal itu merusak pasar,” kata Smead, dikutip dari CNBC, Selasa (6/2/2024).

Inflasi telah melambat secara signifikan dari puncak era pandemi pada Juni 2022 sebesar 9,1%, namun indeks harga konsumen AS meningkat sebesar 0,3% bulan ke bulan pada Desember sehingga menjadikan tingkat inflasi tahunan menjadi 3,4%, juga di atas perkiraan konsensus dan lebih tinggi dari perkiraan The Fed 2 % sasaran.

 

Penurunan Suku Bunga Kurang Mendesak

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Beberapa ahli strategi menunjukkan keuntungan dari data terbaru berarti upaya The Fed untuk merekayasa “soft landing” bagi perekonomian mulai membuahkan hasil, dan resesi tampaknya tidak akan terjadi lagi, sehingga dapat membatasi pertumbuhan ekonomi. Namun, sisi buruknya bagi pasar yang lebih luas.

Direktur pelaksana di Charles Schwab UK. Richard Flynn pada Jumat mencatat hingga saat ini, laporan pekerjaan yang kuat akan menimbulkan peringatan di pasar.

“Dan walaupun suku bunga yang lebih rendah pasti akan disambut baik, menjadi semakin jelas bahwa pasar dan perekonomian mampu mengatasi dengan baik kondisi suku bunga yang tinggi, sehingga investor mungkin merasa bahwa kebutuhan akan pelonggaran kebijakan moneter tidak terlalu mendesak,” ujarnya dalam sebuah catatan.

Hal serupa juga disampaikan oleh Daniel Casali, kepala strategi investasi di Evelyn Partners, yang mengatakan intinya adalah investor menjadi sedikit lebih nyaman bank sentral dapat menyeimbangkan pertumbuhan dan inflasi.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya