Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Senin (12/2/2024). Sementara itu, bursa saham China libur selama sepekan.
Dikutip dari CNBC, bursa saham utama di Asia Pasifik libur pada awal pekan ini termasuk Hong Kong, Taiwan dan Korea Selatan.
Baca Juga
Indeks Nikkei 225 di Jepang dibuka naik 0,1 persen. Sedangkan indeks Topix merosot 0,2 persen pada pembukaan perdagangan saham. Indeks Nikkei 225 menembus posisi 37.000 secara intraday, dan menyentuh level tertinggi dalam 34 tahun pada Jumat pekan ini. Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,4 persen.
Advertisement
Sementara itu, di wall street, tiga indeks saham utama menguat setelah data inflasi pada Desember 2023 direvisi lebih rendah dari laporan sebelumnya. Indeks S&P 500 menyentuh level di atas 5.000 untuk pertama kali.
Indeks S&P 500 naik 0,57 persen ke posisi 5.026,61. Indeks Nasdaq reli 1,25 persen ke posisi 15.990,66. Indeks Dow Jones tergelincir 54,64 poin atau 0,14 persen ke posisi 38.671,69.
Penutupan Wall Street pada 9 Februari 2024
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat, 9 Februari 2024. Wall street bervariasi setelah revisi inflasi Desember lebih rendah dari yang dilaporkan pertama kali.
Sementara itu, indeks S&P 500 ditutup di atas level penting 5.000 seiring laba perusahaan yang kuat dan berita makro ekonomi. Demikian dikutip dari CNBC, Sabtu (10/2/2024).
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,57 persen ke posisi 5.026,61. Indeks Nasdaq bertambah 1,25 persen ke posisi 15.990,66. Indeks Dow Jones melemah 54,64 poin atau 0,14 persen ke posisi 38.671,69.
Selama sepekan, indeks S&P 500 bertambah 1,4 persen, sedangkan indeks Nasdaq naik 2,3 persen. Sementara itu, indeks Dow Jones mendatar. Rata-rata indeks acuan mencatat kenaikan dalam lima minggu berturut-turut dan 14 minggu mencatat kinerja positif dalam 15 minggu.
"Pada akhirnya, kita masih melihat kabar baik di bidang perekonomian dan pasar bereaksi terhadap hal itu. Semakin lama cerita ini berlangsung, semakin besar kemungkinan bagi pasar kalau kita benar-benar akan bertahan di sini,” ujar Co-Chief Investment Envestnet, Dana D’Auria.
Advertisement
Kinerja Laba yang Solid
Musim laba yang solid, data inflasi yang mereda dan ekonomi yang tangguh telah mendorong reli pasar pada 2024. Hal ini juga mendorong indeks S&P untuk ditutup di atas level 5.000 setelah pertama kali menyentuh posisi tersebut pada sesi perdagangan Kamis pekan ini. Indeks S&P 500 pertama kali melampaui angka 4.000 pada April 2021.
Chief Technical Strategist LPL Financial, Adam Turnquist menuturkan, penutupan di atas level yang diawasi dengan ketat ini tidak diragukan lagi akan menjadi berita utama dan semakin menambah ketakutan akan kehilangan atau fear of missing out (FOMO).
"Di luar potensi peningkatan sentimen, angka 5.000 sering kali memberikan area psikologis support atau resistance bagi pasar,” ujar Adam.
Revisi yang lebih rendah pada indeks harga konsumen Desember juga membantu sentimen. Pemerintah menyesuaikan angka tersebut menjadi kenaikan 0,2 persen, turun dari kenaikan 0,3 persen yang dilaporkan pada awalnya. Inflasi inti tidak termasuk makanan dan energi juga sama. Consumer price index (CPI) atau indeks harga konsumen akan rilis pada pekan depan.
Saham Raksasa Teknologi
Saham-saham raksasa teknologi menguat pada Jumat pekan ini sehingga berkontribusi pada kenaikan indeks S&P 500 di atas 5.000. Sementara itu, saham Nvidia melonjak 3,6 persen dan Alphabet naik lebih dari 2 persen.
Saham Cloudflare meroket 19,5 persen seiring laba yang kuat sehingga mendorong sektor clod yang lebih luas secara bersamaan. Saham semikonduktor juga menguat. Saham the VanEck Semiconductor ETF melonjak 2,2 persen.
Di sisi lain, saham PepsiCo melemah 3,6 persen seiring kinerja keuangan yang beragam. Saham Take-Two Interactive merosot 8,7 persen usai prospek yang mengecewakan. Sementara itu, saham Pinterest susut 9,5 persen setelah mengeluarkan perkiraan lebih lemah dari prediksi dan perkiraan pendapatan yang meleset.
Meski angkanya negatif, laba perusahaan sejauh ini lebih kuat dari perkiraan. 332 perusahaan di S&P telah melaporkan kinerjanya dengan sekitar 81 persen di antaranya melaporkan laba di atas harapan analis, berdasarkan LSEG. Angka ini sebanding dengan kinerja sebelumnya yang mencapai 67 persen sejak 1994.
Advertisement