Ada Gangguan IT Global, Bursa Saham Kembali Beroperasi Normal

Nasdaq menyatakan telah melewati masalah yang disebabkan oleh pembaruan yang diterapkan CrowdStrike.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Jul 2024, 12:42 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2024, 12:42 WIB
Ada Gangguan IT Global, Bursa Saham Kembali Beroperasi Normal
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Liputan6.com, Jakarta - Gangguan IT skala besar global baru-baru ini picu kekacauan di banyak negara. Termasuk berbagai layanan publik. Namun, beberapa bursa efek global tampak sudah beroperasj secara normal setelah kejadian tersebut.

Para pejabat di New York Stock Exchange dan Nasdaq mengatakan sudah beroperasi pada Jumat, 19 Juli 2024 meskipun masalah CrowdStrike telah melanda banyak hal mulai dari maskapai, bank, hingga banyak bisnis lain di seluruh dunia.

"Pasar NYSE beroperasi penuh dan kami memperkirakan pembukaan normal pagi ini," kata juru bicara bursa, dikutip dari CNBC International, Sabtu (20/7/2024).

Demikian pula Nasdaq yang merupakan tempat perdagangan favorit bagi saham-saham teknologi yang sedang naik daun, mengatakan pihaknya telah berhasil melewati masalah yang disebabkan oleh pembaruan yang diterapkan oleh CrowdStrike, sebuah perusahaan keamanan siber global.

"Pasar Eropa dan pra-pasar AS kami beroperasi normal. Kami memperkirakan pasar AS akan dibuka normal,” kata Nasdaq.

Namun ada masalah lain. Indeks Russell AS, yang mencakup indeks saham berkapitalisasi kecil Russell 2000 yang diawasi ketat, tidak melakukan perhitungan setelah pasar dibuka. Snafu tampaknya teratasi keesokan paginya.

"Karena masalah teknis pihak ketiga, kami saat ini mengalami dampak pada platform real-time kami, yang mencegah klien mengakses dan menerima data,” kata FTSE Russell dalam sebuah pernyataan.

Gangguan tersebut rupanya memengaruhi indeks real-time FTSE Russell. Tim FTSE Russell lantas secara aktif menyelidiki masalah ini untuk menyelesaikannya sesegera mungkin.

Sementara saham CrowdStrike diperdagangkan lebih dari 10% lebih rendah pada aksi sore hari. Meskipun indeks Russell tidak diperbarui pada platform digital, berbagai indeks dihitung tanpa gangguan. Layanan pulih sekitar pukul 10:54 ET setelah terhenti selama sekitar empat jam.

 

 

Wall Street Merosot Usai Aksi Jual dan Gangguan IT Global

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Jumat, 19 Juli 2024 yang ditandai dengan rotasi saham-saham perusahaan besar ke saham-saham perusahaan kecil.

Mengutip CNBC, Sabtu (20/7/2024), indeks S&P 500 merosot 0,71 persen ke posisi 5.505. Indeks Nasdaq tergelincir 0,81 persen ke posisi 17.726,94. Indeks Dow Jones melemah 377,49 poin atau 0,93 persen ke posisi 40.287,53.

Pergerakan wall street menandai penurunan lainnya secara keseluruhan. Indeks Russell 2000 merosot 0,63 persen. Namun, pergeseran ke arah-arah nama yang dipandang sebagai penerima manfaat lebih besar dari penurunan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau suku bunga bank sentral AS ke saham kapitalisasi kecil dinilai masih menjadi tema pekan ini.

Adapun selama sepekan, indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 1,97 persen dan 3,65 persen menandai kerugian mingguan terbesar sejak April. Indeks Nasda juga hentikan kenaikan selama enam minggu berturut-turut. Di sisi lain, indeks Dow Jones bertambah 0,72 persen, sedangkan indeks Russell 2000 yang fokus pada saham kecil menguat 1,68 persen.

 

Investor Realisasikan Keuntungan

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

“Pasar saham sedang mengalami rotasi yang sudah lama tertunda. Investor merealisasikan keuntungan dari saham teknologi besar dan memiliki kinerja sangat baik dan memindahkannya ke area lain di pasar,” kata Chief Investment Officer GDS Wealth Management, Glen Smith.

Perbedaan tersebut telah mendorong para pendukung wall street, yang khawatir reli pasar menjadi terlalu bergantung pada segelintir saham teknologi besar. Sementara itu, meningkatnya optimisme terhadap penurunan suku bunga The Fed yang akan datang telah mendukung nama-nama perusahaan yang lebih kecil dan lebih berorientasi pada siklus.

Peralihan dari penerima manfaat kecerdasan buatan megacap dapat menjelaskan kinerja buruk Nasdaq minggu ini. Demikian pula, sektor teknologi informasi memimpin penurunan S&P 500 dengan penurunan 5,1%.

“Judul utama adalah 'harga ini turun' dengan beberapa momentum saham terpukul,” ujar Head of Technical and Macro Research Strategas, Chris Verrone.

Saham Crowdstrike anjlok 11,1% menyusul pemadaman teknologi informasi besar-besaran yang berdampak pada bisnis di seluruh dunia. Bursa Efek New York dan Nasdaq mengatakan perdagangan tampaknya tidak terpengaruh.

Saham CrowdStrike Anjlok

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Saham perusahaan keamanan siber CrowdStrike anjlok pada Jumat, 19 Juli 2024 setelah pembaruan yang menyebabkan pemadaman besar-besaran yang berdampak pada bisnis di seluruh dunia.

Mengutip CNBC, saham CrowdStrike dibuka turun lebih dari 14 persen pada Jumat waktu setempat. Pada penutupan perdagangan, saham CrowdStrike anjlok 11 persen ke posisi USD 304,96.

Pada Jumat pagi, CEO CrowdStrike George Kurtz menuturkan, masalah itu disebabkan oleh kerusakan yang ditemukan dalam pembaruan konten tunggal untuk host windows.

"Ini bukan insiden keamanan atau serangan siber. Masalah ini telah diidentifikasi, diisolasi dan perbaikan telah dilakukan,” ujar Kurts.

Microsoft juga melaporkan masalah yang memengaruhi layanan cloud Azure dan rangkaian aplikasi Microsoft 365. Saham Microsoft pun ditutup merosot 0,74 persen.

Banyak situs web yang berbeda tidak berfungsi pada Jumat pagi, saat pesawat-pesawat dilarang terbang dan studio televisi menghentikan siarannya, di tengah pemadaman teknologi informasi (TI) besar-besaran yang sedang berlangsung.

Sebelumnya pada Jumat, CrowdStrike mengalami pemadaman besar-besaran yang disebabkan masalah pembaruan yang memengaruhi produk Falcon sensor-nya yang dirancang untuk menghentikan pelanggaran dunia maya memakai teknologi cloud. CrowdStrike kini sedang dalam proses mengembalikan pembaruan secara global.

"CrowdStrike mengetahui laporan kerusakan pada host windows yang terkait dengan sensor Falcon,” ujar CrowdStrike kepada NBC News.

Pakar keamanan siber mengatakan, masalah pembaruan di CrowdStrike bertanggung jawab secara langsung memengaruhi sistem windows di seluruh dunia dengan laptop menampilkan layar yang eror.

Hal ini terjadi setelah Microsoft sebelumnya mengatakan sebagian besar layanan cloud-nya telah dipulihkan setelah mengalami pemadaman yang memengaruhi aplikasi cloud-nya di Amerika Serikat. Tidak jelas apakah pemadaman ini terkait dengan pembaruan CrowdStrike.

Pemadaman global ini menunjukkan bagaimana satu titik kegagalan dalam rantai pasokan siber dapat menyebabkan dampak besar secara global. Tekanan CrowdStrike menjadi keuntungan bagi saham cyber lainnya. Sebelumnya CrowdStrike telah menjadi pemenang di antara saham-saham cyber dalam setahun terakhir, dengan saham CrowdStrike naik hampir 188 persen selama 12 bulan terakhir.

 

 

Kata Analis

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Beberapa analis telah mengajukan pertanyaan mengenai valuasi CrowdStrike yang tinggi. Kapitalisasi pasar perusahaan itu senilai USD 83,5 miliar pada penutupan perdagangan Kamis pekan ini.

Analis Redburn Atlantic Nina Marques menuturkan, pekan ini, perusahaan tersebut hadapi tantangan bersaing dengan perusahaan cyber lainnya di pasar perusahaan yang sangat besar.

"Meskipun kami tidak mempermasalahkan kualitas dan kinerja produk CrowdStrike, kami mengantisipasi tantangan perusahaan dalam menembus pasar perusahaan yang sangat besar untuk memaksimalkan peluang cross-sell untuk imbangi dampak deflasi,” ujar Marques.

Lembaga riset itu menurunkan peringkat saham CrowdStrike menjadi jual pada Kamis dan memangkas target harga saham menjadi USD 275 dari USD 380. Dengan demikian, ada pengurangan sebesar 28 persen.

Saat saham CrowdStrike anjlok pada Jumat, 19 Juli 2024, vendor keamanan siber lainnya juga diuntungkan. Hal ini seiring kemungkinan besar investor bertaruh kalau bisnis mungkin akan berpaling dari CrowdStrike dan berbondong-bondong ke perusahaan pesaing.

Saham Palo Alto naik 1,3 persen, saham Fortinet menguat 1,6 persen pada pra pembukaan perdagangan. Sementara itu, saham Zscaler dan Cloudfrale masing-masing naik sekitar 1 persen sebelum pra pembukaan perdagangan.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya