Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) secara konsolidasian berhasil mencetak laba Rp 29,90 triliun pada Juni 2024. Laba ini naik 1,1% dibandingkan laba semester I tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 29,56 triliun.
Namun secara kuartalan, laba BRI pada kuartal II 2024 mengalami perubahan 12,9% menjadi Rp 13,91 triliun dari Rp 15,98 triliun yang dicatatkan pada kuartal I 2024. Bersamaan dengan itu, Net Interest Margin (NIM) BBRI terkontraksi 28 bps YoY menjadi di 7,64% pada semester I 2024 dari 7,92% pada semester I tahun lalu.
Baca Juga
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Leonardo Lijuwardi menilai kebijakan likuiditas yang ketat yang memicu pada peningkatan Cost of Fund (CoF) yang lebih kuat menggerus asset yield dari BBRI. Terlepas dari hal tersebut, Net Interest Income BBRI masih bertumbuh 6,7% YoY menjadi Rp 69,93 triliun pada semester I 2024. Dan PPOP masih bertumbuh 11,7% pada semester I 2024 menjadi Rp 57.04 triliun
Advertisement
"Hal yang masih menjadi tantangan dari BBRI adalah kualitas aset dari BBRI, di mana biaya provisi dari BBRI masih mengalami kenaikan 33.8% YoY menjadi Rp 18,5 triliun pada semester I 2024. Namun, Secara basis kuartalan (QoQ), biaya provisi sudah mulai melandai 27,3% QoQ menjadi Rp 7,78 triliun pada kuartal II 2024 dibanding Rp 10,71 triliun pada kuartal I 2023.
"Kami melihat, peralihan fokus yang dilakukan BBRI yang saat ini lebih memfokuskan kredit korporasi yang sifatnya lebih konservatif dan perbaikan kualitas aset yang nampak dari Cost of Credit (CoC) yang mulai melandai merupakan langkah awal yang baik untuk pemulihan di tengah ketatnya likuiditas," kata Leonardo dalam riset yang dikutip Kamis (15/8/2024).
Segmen Mikro
Leonardo menjelaskan, manajemen BBRI tengah dalam strateginya melakukan shifting pertumbuhan kredit ke segmen korporasi yang cenderung lebih stabil dan konservatif. Hal itu tercermin pada kinerja penyaluran kredit kuartal terakhir. Segmen korporasi mencetak pertumbuhan signifikan 10% QoQ dan tumbuh 29,2% YoY menjadi Rp 241 triliun pada semester I 2024.
Sedangkan segmen mikro mencetak pertumbuhan 7,8% YoY dan naik tipis 0,06% menjadi Rp 623 triliun pada semester I 2024. Segmen lain yang mengalami perlambatan pertumbuhan adalah segmen usaha kecil menengah, di mana hanya tumbuh 2% YoY dan mengalami perubahan 0,98% QoQ menjadi Rp 232,3 triliun pada semester I 2024.
"Katalis yang bisa mendukung performa dari BBRI adalah perbaikan kualitas aset BBRI, kenaikan CoF yang mulai bisa diminimalisir yang berujung pada NIM yang mulai kembali ekspansif," kata Leonardo.
Advertisement
NIM yang Tak Sesuai Harapan
Sementara yang menjadi risiko dalam potensial downside-nya BBRI ini antara lain situasi makro yang tidak kondusif yang berdampak pada segmen menengah ke bawah.
Kemudian NIM yang tidak sesuai harapan (kontraksi), ekspektasi growth loan yang tidak bertumbuh, perbaikan kualitas aset yang melambat serta persaingan funding yang semakin intens dan kompetitif di era suku bunga tinggi.