Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis terhadap pasar modal Indonesia di tengah ketidakpastian global. Hal itu akan didukung dari pertumbuhan kinerja emiten atau perusahaan tercatat dan makro ekonomi Indonesia.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI Irvan Susandy menuturkan, valuasi saham Indonesia sekitar 11% dapat menjadi daya tarik investasi. Selain itu, emiten atau perusahaan tercatat yang memberikan dividen kepada pemegang saham sehingga berkontribusi terhadap perekonomian juga menjadi faktor pendukung pasar modal Indonesia.
Baca Juga
"Kami tetap optimistis meski harus hati-hati. Market kita secara hitung-hitungan masih sangat menarik. Valuasi pasar saham yang terjaga di level 11% ini pasti menarik. Dilihat juga emiten-emiten atau perusahaan tercatat kita tumbuh terutama perusahaan tercatat yang indeks mover, mereka masih tumbuh memberikan dividen yang cukup besar,” kata Irvan saat wawancara dengan Liputan6 SCTV, dikutip Kamis (17/4/2025).
Advertisement
Selain itu, faktor lain yang mendukung pasar saham Indonesia, menurut Irvan inflasi yang terkendali, pertumbuhan ekonomi yang stabil, cadangan devisa dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Ditambah makro ekonomi Indonesia masih cukup positif yang ditunjukkan dari inflasi. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) ekonomi Indonesia alami inflasi 1,65% pada Maret 2025 dan secara year on year (YoY0 inflasi tercatat 1,03% dan secara tahun kalender terjadi inflasi 0,39%.
Sedangkan dari sentimen global yakni langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberi jeda penerapan tarif resiprokal atau timbal balik selama 90 hari kepada sejumlah negara juga beri angin segar.
"Kita berharap hal-hal ini menjadi indikasi market terus tumbuh dan bisa pulih.Mungkin kita sudah punya pengalaman dengan berbagai kondisi yang ada mulai dari subprime mortgage, terus COVID-19, kondisi saat ini,” tutur dia.
Harapan BEI
Irvan juga mengingatkan investor untuk tetap hati-hati mengingat ketidakpastian global masih tinggi seiring perang tarif antara Amerika Serikat dan China. Investor pun diimbau untuk tetap mengikuti perkembangan yang terjadi. Namun, ia tetap berharap kondisi pasar modal akan pulih.
"Ini akan pulih cuma memang waktunya kapan, ini yang mungkin kita harus berhati-hati dengan secepat mungkin, atau tumbuh dengan perlahan-lahan tapi lebih ajek begitu,” kata dia.
Irvan menambahkan dengan indeks saham yang bertumbuh diharapkan juga menarik investor lokal dan asing berinvestasi di pasar modal Indonesia. Hal itu asal didukung dengan emiten yang mencatatkan laba dan memberikan dividen sehingga menarik investor berinvestasi.
“Berharap semua hal ini bisa terpenuhi sehingga market kita ini menarik bagi investor untuk berinvestasi di sini tidak hanya investor ritel lokal, institusi domestik tetapi juga terutama untuk investor asing,” kata dia.
Selain itu, Irvan juga menilai langkah pemerintah dalam hadapi perang tarif antara Amerika Serikat dan China juga mendapatkan respons positif.
"Seperti yang disampaikan kita menjadi salah satu pihak yang diterima Amerika Serikat untuk melakukan negosiasi tarif ini menandakan upaya yang dilakukan pemerintah kita ini dalam track yang benar dan ini juga pasti akan menumbuhkan kepercayaan pasar bahwa emerintah memiliki strategi yang tepat dan kita berharap melihat pemerintah cukup percaya diri dan kita juga melihat pemerintah support atas perkembangan ekonomi yang ada,” kata dia.
Advertisement
Faktor Pendukung
Irvan juga mengatakan, volatilitas di pasar modal sesuatu yang wajar karena sentimen global yang terjadi berdampak ke bursa saham dunia. Meski demikian, pasar modal Indonesia, menurut Irfan memiliki faktor pendukung antara lain pertumbuhan ekonomi capai 5%, inflasi terjaga dan neraca perdagangan yang surplus sekitar 58 bulan.
“Hal-hal positif ini berikan kepercayaan investor terutama investor ritel kalau bursa kita ini terus tumbuh dan positif ke depan,” kata dia.
Di tengah ketidakpastian global, Irvan mengingatkan agar investor melakukan diversifikasi investasi. Investor diimbau untuk diversifikasi portofolio misalkan masuk ke reksa dana, obligasi, exchange trade fund (ETF) dan structured waran.
"Kedua memantau perkembangan yang terjadi sekarang, berdiskusi dengan banyak pihak sehingga dapat dipastikan informasi valid terkini, investor tidak menjadi panik. Volatilitas luar biasa, yang perlu disadari volatilitas di bursa tak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga dunia,” kata dia.
Seiring hal itu, ia berharap investor tetap tenang dalam berinvestasi dengan memantau perkembangan pasar dan mendapatkan informasi valid.
