BEI Optimistis terhadap Pasar Saham Indonesia, Ini Alasannya

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI Irvan Susandy tetap optimistis untuk pasar saham Indonesia yang didukung sejumlah faktor.

oleh Agustina Melani Diperbarui 17 Apr 2025, 21:12 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2025, 17:30 WIB
BEI Optimistis terhadap Pasar Saham Indonesia, Ini Alasannya
Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis terhadap pasar saham Indonesia di tengah ketidakpastian global.(Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis terhadap pasar modal Indonesia di tengah ketidakpastian global. Hal itu akan didukung dari pertumbuhan kinerja emiten atau perusahaan tercatat dan makro ekonomi Indonesia.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI Irvan Susandy menuturkan, valuasi saham Indonesia sekitar 11% dapat menjadi daya tarik investasi. Selain itu, emiten atau perusahaan tercatat yang memberikan dividen kepada pemegang saham sehingga berkontribusi terhadap perekonomian juga menjadi faktor pendukung pasar modal Indonesia.

"Kami tetap optimistis meski harus hati-hati. Market kita secara hitung-hitungan masih sangat menarik. Valuasi pasar saham yang terjaga di level 11% ini pasti menarik. Dilihat juga emiten-emiten atau perusahaan tercatat kita tumbuh terutama perusahaan tercatat yang indeks mover, mereka masih tumbuh memberikan dividen yang cukup besar,” kata Irvan saat wawancara dengan Liputan6 SCTV, dikutip Kamis (17/4/2025).

Selain itu, faktor lain yang mendukung pasar saham Indonesia, menurut Irvan inflasi yang terkendali, pertumbuhan ekonomi yang stabil, cadangan devisa dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Ditambah makro ekonomi Indonesia masih cukup positif yang ditunjukkan dari inflasi. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) ekonomi Indonesia alami inflasi 1,65% pada Maret 2025 dan secara year on year (YoY0 inflasi tercatat 1,03% dan secara tahun kalender terjadi inflasi 0,39%.

Sedangkan dari sentimen global yakni langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberi jeda penerapan tarif resiprokal atau timbal balik selama 90 hari kepada sejumlah negara juga beri angin segar. 

"Kita berharap hal-hal ini menjadi indikasi market terus tumbuh dan bisa pulih.Mungkin kita sudah punya pengalaman dengan berbagai kondisi yang ada mulai dari subprime mortgage, terus COVID-19, kondisi saat ini,” tutur dia.

 

 

Harapan BEI

Dilanda Corona, IHSG Ditutup Melesat
Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Irvan juga mengingatkan investor untuk tetap hati-hati mengingat ketidakpastian global masih tinggi seiring perang tarif antara Amerika Serikat dan China. Investor pun diimbau untuk tetap mengikuti perkembangan yang terjadi. Namun, ia tetap berharap kondisi pasar modal akan pulih. 

"Ini akan pulih cuma memang waktunya kapan, ini yang mungkin kita harus berhati-hati dengan secepat mungkin, atau tumbuh dengan perlahan-lahan tapi lebih ajek begitu,” kata dia.

Irvan menambahkan dengan indeks saham yang bertumbuh diharapkan juga menarik investor lokal dan asing berinvestasi di pasar modal Indonesia. Hal itu asal didukung dengan emiten yang mencatatkan laba dan memberikan dividen sehingga menarik investor berinvestasi.

“Berharap semua hal ini bisa terpenuhi sehingga market kita ini menarik bagi investor untuk berinvestasi di sini tidak hanya investor ritel lokal, institusi domestik tetapi juga terutama untuk investor asing,” kata dia.

Selain itu, Irvan juga menilai langkah pemerintah dalam hadapi perang tarif antara Amerika Serikat dan China juga mendapatkan respons positif. 

"Seperti yang disampaikan kita menjadi salah satu pihak yang diterima Amerika Serikat untuk melakukan negosiasi tarif ini menandakan upaya yang dilakukan pemerintah kita ini dalam track yang benar dan ini juga pasti akan menumbuhkan kepercayaan pasar bahwa emerintah memiliki strategi yang tepat dan kita berharap melihat pemerintah cukup percaya diri dan kita juga melihat pemerintah support atas perkembangan ekonomi yang ada,” kata dia.

 

Faktor Pendukung

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Irvan juga mengatakan, volatilitas di pasar modal sesuatu yang wajar karena sentimen global yang terjadi berdampak ke bursa saham dunia. Meski demikian, pasar modal Indonesia, menurut Irfan memiliki faktor pendukung antara lain pertumbuhan ekonomi capai 5%, inflasi terjaga dan neraca perdagangan yang surplus sekitar 58 bulan.

“Hal-hal positif ini berikan kepercayaan investor terutama investor ritel kalau bursa kita ini terus tumbuh dan positif ke depan,” kata dia.

Di tengah ketidakpastian global, Irvan mengingatkan agar investor melakukan diversifikasi investasi. Investor diimbau untuk diversifikasi portofolio misalkan masuk ke reksa dana, obligasi, exchange trade fund (ETF) dan structured waran.

"Kedua memantau perkembangan yang terjadi sekarang, berdiskusi dengan banyak pihak sehingga dapat dipastikan informasi valid terkini, investor tidak menjadi panik. Volatilitas luar biasa, yang perlu disadari volatilitas di bursa tak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga dunia,” kata dia.

Seiring hal itu, ia berharap investor tetap tenang dalam berinvestasi dengan memantau perkembangan pasar dan mendapatkan informasi valid.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya