Liputan6.com, Jakarta - PT Jantra Grupo Indonesia Tbk berencana mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Pada aksi tersebut, perseroan akan menawarkan sebanyak-banyaknya 450 juta lembar dengan nilai nominal Rp 25 per saham.
Jumlah saham yang ditawarkan itu sebanyak-banyaknya setara 21,68 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah IPO. Harga penawaran dipatok pada rentang Rp 100- Rp 120 per saham. Dengan demikian, perseroan berpotensi mengantongi sebanyak-banyaknya Rp 54 miliar dari IPO.
Advertisement
Baca Juga
Rencananya, sekitar 76,56 persen dana hasil IPO akan digunakan perseroan untuk belanja modal. Kemudian sekitar 7,01 persen hasil IPO dialokasikan untuk kegiatan operasional (operational expenditure), termasuk tetapi tidak terbatas pada pembelian persediaan suku cadang, sewa kendaraan operasional, dan pengembangan aplikasi. Sisanya akan dialokasikan untuk keperluan pemberian pinjaman kepada perusahaan anak.
Advertisement
Setelah IPO, perseroan berencana membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham Perseroan dengan rasio sebanyak-banyaknya 20 persen dari laba bersih tahun berjalan yang dimulai dari tahun buku 2024 setelah menyisihkan untuk cadangan wajib sebesar 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Pembagian dividen juga mempertimbangkan tingkat kesehatan keuangan Perseroan dan tanpa mengurangi hak dari Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan untuk menentukan lain sesuai dengan anggaran dasar Perseroan.
Kinerja Keuangan
Perusahaan mencatatkan kinerja keuangan yang positif hingga periode yang berakhir pada 31 Agustus 2024, dengan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Total pendapatan perusahaan mencapai Rp 39,10 miliar, meningkat sebesar Rp 4,88 miliar atau 14,26 persen dibandingkan dengan pendapatan pada 31 Agustus 2023 yang tercatat sebesar Rp 34,22 miliar. Peningkatan ini terutama didorong oleh bertambahnya jumlah pelanggan yang datang ke bengkel perusahaan dan entitas anak untuk reparasi serta perawatan mobil.
Â
Â
Laba Perseroan
Seiring dengan peningkatan pendapatan, beban pokok pendapatan juga mengalami kenaikan sebesar Rp 1,18 miliar atau 15,49 persen, dari Rp 7,67 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 8,86 miliar. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan jasa reparasi dan perawatan mobil.
Beban operasional perusahaan selama delapan bulan yang berakhir pada 31 Agustus 2024 tercatat sebesar Rp 21,94 miliar, meningkat Rp 5,30 miliar atau 31,91 persen dibandingkan dengan Rp 16,63 miliar pada periode yang sama tahun 2023. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya beban gaji dan beban umum.
Di sisi lain, laba sebelum pajak penghasilan mengalami penurunan sebesar 10,24 persen dari Rp 9,36 miliar pada 31 Agustus 2023 menjadi Rp 8,40 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya beban umum dan administrasi, terutama akibat kenaikan beban gaji serta biaya operasional lainnya.
Laba Bersih Melesat 310,43 Persen
Meskipun laba sebelum pajak mengalami penurunan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk justru melonjak drastis sebesar 310,43 persen, dari Rp 1,78 miliar pada 31 Agustus 2023 menjadi Rp 7,33 miliar.
Peningkatan ini didorong oleh kenaikan pendapatan dari jasa reparasi dan perawatan mobil serta kontribusi laba dari entitas anak. Total aset perusahaan per 31 Agustus 2024 mencapai Rp 74,12 miliar, meningkat 13,06 persen dari Rp 65,56 miliar pada 31 Desember 2023.
Kenaikan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya aset tetap serta uang muka. Kas dan setara kas per 31 Agustus 2024 tercatat sebesar Rp 18,98 miliar, sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan Rp 19,59 miliar pada 31 Desember 2023.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh akuisisi aset tetap dan pembayaran utang bank oleh perusahaan. Sementara itu, liabilitas perusahaan tercatat sebesar Rp 14,97 miliar, naik dari Rp 14,19 miliar pada akhir tahun 2023. Di sisi lain, ekuitas mengalami kenaikan signifikan menjadi Rp 59,16 miliar dibandingkan dengan posisi akhir 2023 yang tercatat sebesar Rp 51,38 miliar.
Â
Advertisement
20 Perusahaan Antre di Pipeline IPO, Didominasi Aset Jumbo
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Saat ini terdapat 8 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa dengan dna dihimpun sebesar Rp 3,70 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, hingga 14 Februari 2025 yang bertepatan dengan Hari Valentine, terdapat 20 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, didominasi perusahaan skala besar. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.
“Hingga saat ini, terdapat 20 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu (15/2/2025).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 19 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 1 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sementara belum ada perusahaan dari aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Adapun rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 2 Perusahaan dari sektor basic materials
• 0 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 6 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor energy
• 1 Perusahaan dari sektor financials
• 3 Perusahaan dari sektor healthcare
• 4 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Â
Â
Pipeline Obligasi dan Rights Issue
Pipeline Obligasi
Hingga saat ini, telah diterbitkan 13 emisi dari 11 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 15,3 triliun. Sampai dengan 14 Februari 2025 terdapat 15 emisi dari 12 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dengan klasifikasi sektor sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 1 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor energy
• 3 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 0 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Â
Â
Â
Per 14 Februari 2025, telah terdapat 2 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp 0,47 Triliun. Serta terdapat 7 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 0 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 0 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 2 Perusahaan dari sektor healthcare
• 0 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Â
Advertisement
