Saham Unggulan Sektor Konsumsi Melesat pada 2013

Saham unggulan yang masuk sektor consumer goods mencatatkan kenaikan signifikan hingga awal November 2013.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Nov 2013, 09:16 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2013, 09:16 WIB
bursa-saham130628b.jpg

Saham unggulan yang masuk sektor consumer goods mencatat kenaikan signifikan hingga awal November 2013. Tingkat konsumsi nasional yang diperkirakan masih tinggi memberikan sentimen positif untuk pergerakan sektor saham consumer goods.

Lihat saja saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang masuk saham LQ45 ini mencatatkan kenaikan saham 47,72% menjadi Rp 30.800 pada 6 November 2013. Saham Unilever Indonesia juga menjadi penggerak indeks saham utama sepanjang 2013 ini.

Selain itu, saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) naik 39,10% dari Rp 7.800 pada 28 Desember 2012 menjadi Rp 10.850 pada 6 November 2013.

Sedangkan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) naik 13,67% menjadi Rp 6.650 per saham pada 6 November 2013 dari periode 31 Desember 2012 sebesar Rp 5.850 per saham.

Kenaikan harga saham sektor consumer goods ini didorong tingkat konsumsi yang tinggi. Ditambah, emiten sektor consumer goods itu memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi.

Analis PT Buana Capital, Alfred Nainggolan menuturkan, investor institusi dan manajer investasi biasanya melihat kapitalisasi pasar dan likuiditas emiten untuk membeli saham.

"Kapitalisasi besar dan ada jaminan likuid memberi nilai tambah di mata investor jadi mereka mengincar saham berkapitalisasi besar," kata Alfred, saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (9/11/2013).

Pada 6 November 2013, Unilever Indonesia mencatatkan kapitalisasi pasar saham senilai Rp 235 triliun. Kapitalisasi pasar saham Indofood CBP Sukses Makmur sebesar Rp 63 triliun.

Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menilai, sektor konsumsi masih menjadi motor penggerak ekonomi nasional karena tingkat konsumsi yang tinggi.

Meski demikian, kinerja emiten sektor consumer goods agak tertekan pada semester kedua 2013. Hal itu seiring kenaikan inflasi.

"Para produsen harus menaikkan harga jual karena inflasi naik, ditambah kenaikan upah dan bahan bakar," tutur David.

Hal senada dikatakan Alfred, sektor consumer goods mendapatkan tantangan pada 2013. Kenaikan biaya produksi dan faktor perlambatan ekonomi mempengaruhi kinerja sektor consumer goods.

"Kenaikan upah dan bahan bakar minyak serta pelemahan Rupiah berdampak terhadap kinerja sektor consumer goods," kata Alfred. (Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya