Aliando-Prilly dan Fenomena Peran Pendukung yang Lebih Ngetop

Aliando dan Prilly bukanlah bintang utama Ganteng Ganteng Serigala, tapi mereka yang lebih terkenal. Fenomena ini sudah berlangsung lama.

oleh Puji Astuti HPS diperbarui 22 Jul 2015, 20:45 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2015, 20:45 WIB
Aliando Syarief dan Prilly Latuconsina
Aliando Syarief dan Prilly Latuconsina (Liputan6.com/Panji Diskana)

Liputan6.com, Jakarta Senin, 20 Juli 2015 jadi hari bersejarah untuk Ganteng Ganteng Serigala (GGS). Pada hari itu, GGS telah tembus episode ke-453. Dengan begitu, GGS telah melampaui jumlah episode Diam Diam Suka (DDS) yang selama ini tercatat sebagai sinetron remaja dengan episode terpanjang.

DDS sendiri membukukan 452 episode sejak tayang perdana pada 11 November 2013 hingga episode terakhirnya 22 Februari 2015.

Mengarungi layar SCTV pertama kali pada 21 April 2014, GGS kerap mendapat peringkat rating nomor wahid sebagai tontonan paling banyak dipirsa bahkan sejak debutnya. Mengambil kisah perseteruan antara bangsa vampir melawan manusia serigala ala film Twilight Saga, awalnya memang membuat GGS dicibir banyak orang. Tapi waktu membuktikan, GGS tak cuma dikenal sekedar sinetron fantasi dan roman picisan semata.

Lewat GGS, lahir idola baru sekaligus pasangan layar kaca favorit baru buat para remaja Indonesia. Mereka adalah Aliando Syarief dan Prilly Latuconsina, sang pemeran Digo dan Sisi. Membicarakan GGS, tak bisa lepas dari 2 nama tersebut.

GGS

Aliando dan Prilly sebetulnya bukan lokomotif cerita GGS. Bukan pula nama besar yang ada di credit title. Nama mereka bahkan ditulis seperti layaknya pemain pendukung sebuah sinetron. Siapa menyangka keduanya kini dikenal seantero Tanah Air. Saban hari kita disuguhi berita mereka di infotainment.

Wajah mereka acap menghiasi cover majalah dan tabloid. Keduanya melejit bak meteor di dunia persinetronan. Menenggelamkan 3 karakter utama GGS: Galang, Nayla dan Tristan, yang para pemerannya: Ricky Harun, Jessica Mila dan Kevin Julio, sejujurnya punya nama, karir dan kualitas akting jauh melebihi Ali dan Prilly.

Seperti uang logam, sebuah sinetron punya 2 sisi yang tak bisa ditebak saat kita melemparnya ke udara. Karakter utama tak akan jadi penting saat karakter tersebut tak cukup memikat. Di era stripping kala skenario tiap episode bisa berubah kapanpun tergantung rating, kendali di tangan penonton. Bahkan penulis seperti "dipaksa" mengubah jalan cerita sesuai kemauan penonton. Yang terjadi di GGS mungkin hanya salah satunya.

Siapa Selain Aliando-Prilly?

Sering Teriak, Audi Marissa Sering Haus saat Syuting
Memerankan Naomi di DDS, Audi Marissa harus sering berteriak. Akibatnya, ia pun sering cepat haus saat berpuasa.

Siapa Selain Aliando-Prilly?

Sebelumnya, ada Cinta Yang Sama (CYS). Sinetron yang tayang di SCTV tahun 2013 ini memajang Eza Gionino di cast utama bersama Michelle Ziudith. Rasanya adem-ayem saja. Hingga kemudian, tokoh Nico, diperankan Billy Davidson hadir dan membuat penonton kepincut. Karakternya sebagai cowok misterius. Nah, segala yang misterius memang selalu disuka penonton, bukan? Apalagi, chemistry Billy dan Michelle ternyata lebih ngeklik. Hasilnya, karakter Eza pun tergantikan Billy yang tampil cemerlang di CYS.

Billy mengulanginya lagi di Diam Diam Suka. Masuk di season kedua sejak 30 April 2014, karakternya, David/Dave sebagai senior di kampus Sri (Febby BLINK). Dave mengalami kutukan sial seumur hidup. Ia diharuskan berbuat baik pada Sri jika mau kutukan itu hilang. Ujungnya ia malah jatuh cinta pada kepolosan Sri. Padahal penonton tahu, cinta sejati Sri cuma buat Dafa (Dimas Anggara). Saat itu, Dimas jarang muncul di DDS. Otomatis, karakter Dave pun mendapat porsi yang cukup dominan. Ditambah kehebohan tokoh Naomi (Audi Marissa) yang mendadak dangdut. Dua karakter ini pun meledak menenggelamkan tokoh sentral.

Lalu juga ada Tiba-Tiba Cinta (2014). TTC tayang sebelum digantikan GGS. Sinetron ini direncanakan sebagai debut akting Anisa Rahma, eks member girl band Cherrybelle. TTC bertabur bintang remaja yang sudah bereputasi macam Rizky Nazar, Marcell Darwin dan Dinda Kirana.

Anisa Rahma. Foto: Panji Diksana/Liputan6.com

 

Mendapat lawan main sekaliber itu, langkah Anisa pun tertatih-tatih. Saat beradu akting dengan ketiga nama tersebut, Anisa tampil kikuk, layaknya figuran yang biasa nampang sekedar pamer senyum. Kasusnya sedikit ringan berkat fansnya yang loyal dan lumer di socmed. Syahdan, Anisa tak bernasib sial digeser dari credit title.

Yang sial mungkin, lagi-lagi adalah Kevin Julio. Jauh sebelum main di GGS, Kevin mendapat peran utama di Arti Sahabat. Tayang di Indosiar pada tahun 2010. Nama Kevin yang awalnya ada di urutan pertama, terjungkal dari seorang Stefan William, aktor pendatang yang baru main di 1 sinetron. Bahkan di sinetron tersebut, si aktor cuma jadi figuran. Pengaruh rating dan kemauan penonton yang diakomodir social media (yang waktu itu Facebook paling dominan), mau tak mau membuat penulis skenario merevisi cerita hingga melempar Kevin dari peran utama menjadi peran pendukung.

Stefan William saat meraih piala SCTV Awards

Penulis skenario sebuah sinetron pada masa kini memang diwajibkan "melek" social media. Dimana lagi mereka bisa tahu aspirasi penonton selain dari sana? Surat-menyurat, email, telepon dan SMS terdengar usang dipakai saat ini.

Kekuatan social media, fanbase artis ditambah memukaunya akting sang pemain jadi kunci meledaknya pamor Aliando dan Prilly di jagat hiburan. Pemain lain pun rasanya tak bisa menggugat, jika kemudian jatah berakting mereka di GGS tak sebanyak 2 nama tersebut. Toh, rating GGS secara tidak langsung terangkat imbas dari populernya peran keduanya. Rating minute by minute (MBM) scene mereka kabarnya selalu tinggi. Penonton pun lebih menyukai peran Digo-Sisi ketimbang kisah peran lainnya yang njelimet.

Fenomena Ali-Prilly mungkin juga akan terjadi di masa mendatang. Kita hanya tinggal mengamati dan menikmatinya saja. (Puj/Ade)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya