Liputan6.com, Jakarta John Wick Chapter 3 Parabellum tayang di bioskop Indonesia bulan ini, berbareng dengan parade film musim panas. Tanggal rilis ini menyiratkan rasa percaya diri produser mengingat John Wick (Oktober, 2014) membukukan laba kotor US$ 88 juta dolar.
Jilid keduanya, dirilis Februari 2017, lebih gila lagi lantaran mengeruk laba US$ 171 juta dolar. Kehadiran John Wick Chapter 3 Parabellum diyakini mampu menyusutkan dominasi Pokemon Detective Pikachu dan Avengers Endgame.
Advertisement
Baca Juga
John Wick Chapter 3 Parabellum masih menampilkan Keanu Reeves (pastinya!), Ian McShane, dan Laurence Fishburne. Beberapa nama baru seperti peraih Oscar Haller Berry dan aktor laga dekade 1990-an, Mark Dacascos, diyakini jadi daya tarik. Indonesia, sebagai salah satu pasar paling seksi di Asia, dibidik produser John Wick lewat penampilan duet maut Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman.
Melanjutkan Chapter 2, John Wick Chapter 3 Parabellum memulai kisah dengan pengumuman status buron bagi John Wick (Keanu). Kepalanya dihargai 14 juta dolar AS. Sadar nyawanya dalam bahaya, John memohon bantuan kepada sejumlah kolega lawas dari The Director (Angelica) hingga Sofia (Halle). Kepada Sofia, John minta diantar ke penghubung yang bisa mempertemukannya dengan ketua High Table, The Elder (Said Taghmaoui).
Koreografi Indah
Pertemuan John Wick dengan The Elder menghasilkan kesepakatan tak terduga. Kejahatan John diampuni asal ia menjadi hamba High Table. Misi pertama sekaligus ujian kesetiaan John pada High Table adalah membunuh sahabatnya sendiri, Winston (Ian). Winston, adalah pemilik Hotel Continental yang telah mengabdi selama 40 tahun.
John Wick Chapter 3 Parabellum menempatkan penonton sebagai saksi bagaimana mantan pembunuh bayaran bertahan hidup. Apa yang disajikan Keanu di film ini definisi dari susah mati. Setengah jam pertama menampilkan upaya pembunuhan di level yang sulit dipercaya. Lokasinya dari perpustakaan, ruang penyimpanan senjata tajam, kandang kuda, hingga jalanan protokol.
Sadis dan brutal, tapi disajikan dalam koreografi serba-indah dengan memanfaatkan benda-benda yang selama ini jauh dari kesan mematikan seperti buku. Paruh pertama film ini berupa treatment yang dikembangkan dengan dialog sangat minim. Babak pertama John Wick Chapter 3 Parabellum adalah penghargaan bagi mereka yang telah menonton jilid pertama dan kedua.
Advertisement
Karakter John Wick
Usai rentetan adegan bertegangan tinggi itu, barulah Chad Stahelski memulai pasal Parabellum dengan menampilkan siapa sebenarnya John Wick. Identitas sang jagoan di jilid pertama digali lebih dalam dengan memanfaatkan hadirnya tokoh baru. Keanu benar-benar menyatu dengan karakter John Wick. Sejenak kita lupa bahwa ia dulu pemeran Jack Traven (Speed, 1994) dan Neo (Matrix, 2003).
Lewat gestur dan air muka dingin sekaligus tenang, kita bisa merasakan masa lalunya yang kelam, tanpa rasa aman, dan sedikit cinta. Di sisi lain, Halle Berry menjadi rekan yang mampu mengimbangi performa Keanu. Perannya sebagai Sofie tampaknya akan lebih diingat publik ketimbang perempuan pembawa petir di jagat mutan X-Men.
Menyenangkan dan Menegangkan
Khusus bagi penikmat film Tanah Air, kehadiran Yayan dan Cecep sebagai Shinobi mencuri perhatian kita. Tampil di scene-scene pertarungan panjang yang menguras energi. Baku hantam keduanya bersama Keanu terasa riil, menyakitkan, dan mematikan. Momen ini memang tidak menuntut kemampuan akting Yayan dan Cecep. Namun pertarungan ini salah satu yang paling asyik lantaran dibumbui humor ringan.
John Wick Chapter 3 Parabellum menyenangkan, menegangkan, dan membanggakan. Lebih dahsyat dari jilid kedua.
“Mbak, eh Mas, terus apa hubungannya ini dengan judul resensi di atas?” tanya seorang teman yang berada di samping kami. Bagi yang sudah menonton tentu tahu jawabannya.
Pemain: Keanu Reeves, Halle Berry, Ian McShane, Laurence Fishburne, Mark Dacascos, Asia Katte Dillon, Lance Reddick, Anjelica Huston
Produser: Erica Lee, Basil Iwanyk
Sutradara: Chad Stahelski
Penulis: Derek Kolstad, Shay Hatten, Chris Collins, Marc Abrams
Produser: Lionsgate
Durasi: 2 jam, 10 menit
(Wayan Diananto)
Advertisement