Liputan6.com, Jakarta - Kata orang, makhluk gaib atau setan di Indonesia bentuknya lebih mengerikan ketimbang setan luar negeri. Tiga setan dalam negeri yang paling populer di masyarakat yakni, kuntilanak, pocong, dan jelangkung. Sara Wijayanto pun membenarkan.
Menurut Sara Wijayanto, setan dari Indonesia memiliki karakter khas. Selain itu lekat di masyarakat. Karenanya, saat diangkat ke layar lebar sering mencetak box office. Namun, Sara Wijayanto menyebut kuntilanak lebih terkenal ketimbang makhluk halus lainnya.
Advertisement
Baca Juga
“Kuntilanak alias Miss K atau Tante K adalah yang paling hit di antara setan lainnya. Dia adalah Miss Universe-nya dunia lain. Kalau disuruh memilih mau bertemu kuntilanak atau pocong, lebih baik saya bertemu kuntilanak,” ungkap Sara Wijayanto dalam sesi wawancara khusus dengan Showbiz Liputan6.com.
Bintang film The Doll dan Sabrina itu beralasan, “Kalau bertemu pocong saya masih sering kaget, karena bentuknya seperti itu, mengerikan.”
Berbeda
Sara Wijayanto mengakui, jelangkung tak kalah populer. Masyarakat awam menyebut jelangkung tak kalah mengerikan jika dibandingkan dengan Annabelle yang diangkat ke layar lebar. Sara Wijayanto tak setuju dengan anggapan jelangkung adalah Annabelle versi Indonesia.
“Annabelle versi lokal adalah jelangkung? Beda, dong. Jelangkung dibuat sebagai media untuk memanggil mereka (para makhluk halus). Sementara Annabelle tidak demikian,” ulas Sara Wijayanto.
Sara Wijayanto menambahkan, dulu orang di luar negeri membuat boneka untuk mengenang anggota keluarga atau orang tersayang yang telah mangkat.
Advertisement
Memanggil Energi Tertentu
“Mereka menggunakan bagian tubuh orang yang telah meninggal, misalnya rambut atau pakaian alamarhum lalu dijahit ke tubuh boneka itu. Unsur-unsur inilah yang memanggil energi tertentu ke dalam tubuh si boneka. Di Indonesia saya belum pernah menemui,” ujarnya.
Namun, Sara Wijayanto pernah mengobrol lewat aplikasi WhatsApp dengan seseorang yang menceritakan sebuah boneka wayang yang digerakkan dengan tali.
“Rupanya boneka itu ada yang menjagai. Yang punya sudah meninggal lalu penunggu boneka ini mencari pemilik yang sebenarnya,” pungkasnya.