Sang Sukrasana, Kisah Pengabdian Rakyat yang Dikemas Secara Modern

Pementasan Sang Sukrasana akan digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki pada 17 November 2019.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Nov 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2019, 06:00 WIB
[Fimela] Maudy Koesnaedi
Maudy Koesnaedi (Bambang E Ros/Fimela.com)

Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka menyambut Hari Wayang Nasional yang jatuh pada 7 November 2019 mendatang, Laskar Indonesia Pusaka yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation akan menyelenggarakan pementasan wayang orang bertajuk Sang Sukrasana. 

Pementasan tersebut akan digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki pada 17 November 2019 pukul 16.00 WIB. Para pemain Sang Sukrasana di antaranya Lukman Sardi, Maudy Koesnaedi, Asmara Abigail, Ruth Marini, Tina Toon, dan Kenthus Ampiranto.

Sang Sukrasana berkisah tentang semangat pengabdian seorang rakyat dalam dunia pewayangan bernama Sukrasana. Ide cerita pertunjukan ini berawal dari keprihatinan budayawan Jaya Suprana pada nasib rakyat kecil yang terlupakan setelah pesta demokrasi usai. 

"Berasal dari rasa sedih saya, bagaimana rakyat pada saat kampanye pemilu itu dipuja dan dirayu. Tapi saat pemilunya sudah selesai, rakyatnya dilupakan," ujar Jaya Suprana, dalam jumpa pers Wayang Sang Sukrasana di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (31/10/2019).

 

Harkat dan Martabat

[Fimela] Maudy Koesnaedi
Maudy Koesnaedi (Bambang E Ros/Fimela.com)

Dengan adanya pementasan wayang orang Sang Sukrasana, Jaya Suprana berharap kepentingan rakyat akan lebih diperhatikan oleh para penguasa.  

"Keinginan saya, pagelaran Sang Sukrasana ini akan mengangkat harkat dan martabat rakyat. Rakyat adalah sukma negara dan bangsa. Tanpa rakyat, tidak ada negara dan bangsa," tambahnya.

 

Lebih Dinamis

[Fimela] Maudy Koesnaedi
Maudy Koesnaedi (Bambang E Ros/Fimela.com)

Sang Sukrasana juga bertujuan untuk merangkul generasi muda dalam mengenal lebih jauh tentang kebudayaan Indonesia. Untuk itu, Sang Sukrasana akan ditampilkan secara lebih dinamis dengan menambahkan seni multimedia di dalamnya. 

"Sang Sukrasana ini kami kemas dengan cukup modern supaya menarik generasi muda. Minimal buat yang belum pernah lihat wayang, mau lihat wayang orang. Mereka jadi tahu, 'Oh, ternyata indah sekali ya wayang orang itu'," tutur Aylawati Sarwono, produser Sang Sukrasana.

Tuntunan

Tak hanya menjadi hiburan, Sang Sukrasana juga diharapkan bisa menjadi tuntunan bagi para penonton. Pergelaran wayang orang ini dinilai sarat akan makna dan pelajaran berharga di dalamnya. 

"Yang utama dari Sang Sukrasana ini menegaskan pepatah yaitu 'Don't judge a book by it's cover'. Jadi Sukrasana ini boleh bertampang buruk, tapi super baik hati dan super sakti," kata Dr Ninok Leksono, penasihat sekaligus pemain dalam Sang Sukrasana.

 

Paham Budaya

Sementara itu, pementasan ini juga mendapatkan dukungan dari TNI dan Polri. Letjen TNI Dodik Wijanarko SH berharap masyarakat Indonesia akan lebih memahami kebudayaan bangsanya. 

"Ini adalah budaya kita. Orang dihormati dan dihargai karena tahu dan paham tentang budayanya. Harapan kami, bangsa Indonesia adalah bangsa yang paham budaya," ujar Letjen TNI Dodik Wijanarko SH, ketua umum Sang Sukrasana.  

(Affiyah Tri Yuni Sari/Mgg)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya