Liputan6.com, Jakarta Memasuki pekan kedua penayangan, Star Wars: The Rise of Skywalker masih perkasa di tangga box office Amerika. Mengumpulkan pendapatan kotor 26,2 juta dolas AS atau sekitar 366,8 miliar rupiah, karya J.J. Abrams ini bertengger di peringkat pertama.
Pendapatan Star Wars: The Rise of Skywalker mencapai 316 juta dolar AS di kawasan Amerika Utara. Jika digabungkan dengan pendapatan dari penjuru dunia, episode ke-9 Star Wars beroleh 598 juta dolar AS atau 8,37 triliun rupiah.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Agak berat untuk mencapai 1 miliar dolar AS mengingat Star Wars: The Rise of Skywalker ditanggapi dingin di Tiongkok dan mendapat ulasan beragam. Seperti apa plus minus Star Wars: The Rise of Skywalker?
Kaisar Palpatine dan Kylo Ren
Kisah Star Wars: The Rise of Skywalker bermula ketika Kylo Ren (Adam) mendatangi Kaisar Palpatine (Ian). Palpatine menjanjikan kekuasaan seantero galaksi jika Kylo Ren mau bekerja sama dengannya. Palpatine ingin membangkitkan generasi Sith. Karenanya ia minta Kylo Ren mencari dan menghabisi Rey (Daisy).
Palpatine juga mengisyaratkan senjata pemusnah planet generasi baru. Rencana ini terlacak oleh armada Leia (Carrie) yang diperkuat Finn (John), Poe (Oscar), C-3PO (Anthony), Chewbacca (Joonas), robot BB-8. Senjata penghancur planet rupanya bukan omong kosong. Planet Kijimi telah dihancurkan.
Menyadari bahaya mahadahsyat mengintai, Poe, Finn, dan Rey menyusun rencana perlawanan. Finn dan Poe melawan armada First Order yang dipimpin Jenderal Pryde (Richard). Sementara Rey mendatangi Kaisar Palpatine.
Di sanalah pertempuran hidup dan mati terjadi. Rey sejujurnya takut karena ia mendapat penglihatan duduk di tahta Palpatine yang gelap bersama Kylo Ren. Ini membuat emosinya tidak stabil.
Advertisement
Benang Merah
Mengapa kritikus dan penikmat film tidak kompak memberi pujian untuk Star Wars: The Rise of Skywalker? Setelah menonton, kami menilai film ini tidak jelek-jelek amat.
Lima menit pertama film ini senyap, sementara Kylo Ren bergerak menemui Pelpetine. Di sanalah benih konflik disemai lalu menjalar hingga 140 menit ke depan.
Konfliknya tidak baru. Seputar pengembangan kekuasaan dan pemanfaatan sisi gelap orang-orang yang rapuh hati. Ini menjadi benang merah yang menghubungkan jilid ini dengan dua pendahulunya yakni, The Force Awaken dan The Last Jedi.
Â
Perpindahan Konflik dan Kubu
Masalahnya baru muncul setelah cerita beringsut ke kubu Leia dan para armadanya yang keren. Dialog, perpindahan tempat, dan konflik tokoh utama bergulir silih berganti. Di kubu ini, lain lagi ceritanya yakni tentang jati diri.
Sepintas seperti opera sabun. Digali lebih dalam oleh Abrams, terjerembab pada metode kilas balik dan dialog-dialog lisan, padahal ada permasalahan lain yang lebih krusial, yakni regenerasi. Sampai di sini, grafik konflik dan teknik penceritaan menjadi sangat fluktuatif.
Yang namanya regenerasi, tentu melibatkan angkatan sebelumnya yang melegenda dan dicintai. Di sinilah, beberapa penonton khususnya pencinta Star Wars garis keras mungkin rada keberatan.
Pemunculan beberapa tokoh terkesan ujug-ujug. Sekadar berdialog, memberikan motivasi, dan mengingatkan sejumlah hal seperti kenangan, saling dukung, dan pencarian jati diri.
Advertisement
Babak Akhir Bikin Deg-degan
Beruntung, melemahnya plot di pertengahan ditebus dengan babak akhir yang seru sekaligus bikin deg-degan. Babak ini dieksekusi dengan komposisi warna yang membuai mata, dua kali lebih seru daripada segmen Festival Leluhur alias Festival Acky-Acky yang digelar 42 tahun sekali di awal.
Ini sekaligus memperlihatkan matangnya tata artistik dan desain kostum. Kita melihat karakter utama maupun pendukung tumpah ruah di babak akhir.
Kesaktian dan semangat mereka tercermin dari dialog, ekspresi, dan kostum yang sejak awal mereka gunakan. Perang juga dikemas dengan tata suara yang mempersilakan kita masuk ke gilanya medan laga.
Regenerasi Datang dan Pergi
Konsekuensi dari regenerasi adalah kedatangan dan kepergian. Itu tak terhindarkan dan akhirnya terjadi di The Rise of Skywalker. Di sana ada sedih dan bahagia. Ada tongkat estafet yang diberikan kepada para jagoan. Yang satu layu, yang lain tumbuh. Dan jilid kesembilan pun menjadi tanda mata yang mewakili sebuah kurun waktu.
Pujian patut diberikan kepada Daisy, John, dan Oscar yang memimpin cerita dengan penuh keyakinan. Sepanjang film ini mereka bersatu, ribut sendiri, panik, diingatkan, lalu bersatu lagi.
Jilid ini mengirim pesan, bukan soal senjata atau berapa jumlah pasukan untuk mencapai kemenangan. Melainkan, tim yang saling dukung. Jilid ini tidak akan legendaris, kecuali episode berikutnya buruk.
Advertisement
Pencapaian Teknis
Meski demikian, Star Wars: The Rise of Skywalker adalah pencapaian teknis yang mengesankan. Penceritaannya fluktuatif. Dalam kacamata positif, bergerak dinamis. Relatif ramah kepada semua penonton. Bahkan, yang bukan penggemar Star Wars sekalipun kemungkinan bisa jatuh hati pada kisah ini.
Â
Pemain: Daisy Ridley, Adam Driver, John Boyega, Oscar Isaac, Anthony Daniels, Keri Russell, Ian McDiarmid, Carrie Fisher, Joonas Suotamo, Richard E. Grant
Produser: Kathleen Kennedy, J.J. Abrams, Michelle Reiwan
Sutradara: J.J. Abrams
Penulis: Chris Terrio, J.J. Abrams
Produksi: Lucas Films, Bad Robots, Walt Disney
Durasi: 142 menit