Liputan6.com, Jakarta - Kasus asusila dan penyuapan yang melibatkan Saipul Jamil sebagai pelaku, membuat sang pedangdut divonis delapan tahun penjara dikurangi remisi menjadi lima tahun. Pengalaman itu menyisakan banyak kisah yang selama ini belum sempat diungkapkan oleh sang pedangdut.
Maklum saja, begitu bebas dari penjara pada September 2021 lalu, sebagian besar masyarakat langsung mencekal sang penyanyi dangdut agar tak eksis di muka publik. Sehingga, ia pun hampir tak punya wadah untuk mengeluarkan uneg-uneg.
Salah satunya adalah terkait kondisi psikologisnya sewaktu pertama kali mendapatkan vonis delapan tahun penjara. Tak disangka, Saipul sempat terpikir untuk menghabisi nyawanya alias melakukan bunuh diri.
Advertisement
Bahkan, hal itu sempat ingin dilakukannya di kantor polisi, beberapa saat setelah Saipul Jamil sudah resmi divonis mendapatkan hukuman delapan tahun penjara yang akhirnya menjadi lima tahun karena remisi.
Baca Juga
Â
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Merasa Dunia Tak Berpihak
Saipul Jamil mengaku bahwa setelah mendapatkan vonis tersebut, ia merasa dunia sudah tak berpihak lagi kepadanya. Maka, pikiran untuk mengakhiri nyawa sendiri pun muncul. Kehidupan yang drastis menjadi faktor utamanya.
"Parah kalau flashback lagi. Gue hampir mau bunuh diri. Di kantor polisi pada saat gue mau dijebloskan ke penjara, di Polsek, pertama kali. Seperti dunia menyempitkan gue," ungkap Saipul Jamil seperti bisa disimak di kanal YouTube Uya Kuya TV, Kamis (28/4/2022).
"Dari dunia artis, kamar ber-AC, mobil ber-AC, bergelimang harta. Tiba-tiba gue ada di kamar yang panas, penuh belasan orang di satu sel," ungkap Saipul Jamil.
Â
Advertisement
Menangis
Kesan pertama di penjara, Saipul Jamil mengaku sempat menangis sambil terus terpikir untuk menghabisi nyawanya sendiri. Namun dari situ ia juga menydari bahwa para tahanan tak ada yang mengenakan celana panjang lantaran berpotensi dijadikan alat untuk bunuh diri.
"Gua lihat tembok depan gue besi jeruji... Gue di situ nangis senangis-nangisnya. Mau bunuh diri pada waktu itu," jelas Saipul Jamil.
"Makanya gue heran kok di situ pada pakai celana pendek. Ternyata kalau celana panjang takut dipake buat bergelantung di situ. Dan gue mengalami juga saat itu. Gue mau menghabisi hidup gue," sambungnya lagi.
Â
Putus Asa
Saipul Jamil pun merasa dirinya tak berguna dan merasakan hal-hal yang tak nyaman selama melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, minum, dan tidur.
"Buat apa gue hidup, gue nggak berguna. Pokoknya sudah putus asa," Saipul Jamil membeberkan.
"Makan enggak enak, minum enggak enak, tidur enggak enak. Tidurnya duduk saja. Gua kebagian di pintu masuk. Lapak gua di situ saking sempitnya," ungkapnya dengan mimik wajah sedih.
Advertisement
KONTAK BANTUAN
Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku
Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.
Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.