Liputan6.com, Jakarta Hari ini yang jatuh pada tanggal bersejarah 30 September atau Hari Peringatan G30S/PKI, Sinema Spesial Trans TV akan menayangkan fim dokumentar drama Djakarta 1966. Film ini akan ditayangkan pada pukul 21:45, sebelum film The 33.
Djakarta 1966 adalah film yang dirilis pada tahun 1988. Film ini berdurasi sekitar 135 menit. Dalam Festival Film Bandung 1989, film ini berhasil memenangkan ketujuh nominasi yang didapatkan, termasuk Film Sejarah Terpuji dan Sutradara Terpuji.
Djakarta 1966 disutradarai oleh Arifin C. Noer. Beberapa filmnya antara lain Serangan Fajar (1981) dan Pengkhianatan G 30 S PKI (1984). Selain sebagai sutradara film, beliau juga berkarya dalam bentuk puisi dan drama.
Advertisement
Film dokumentar drama ini bercerita mengenai kronologi lahirnya Surat Perintah Sebelas Maret tahun 1966, atau yang dikenal dengan Supersemar, berdasarkan versi pemerintahan Orde Baru. Berikut sinopsis film Djakarta 1966.
Baca Juga
Setelah G30S
Film ini tentu mengikuti kronologi yang sudah pasti kalian pernah dengar dalam buku-buku sejarah. Film ini berlatar setahun setelah peristiwa G30S, yang menunjuk PKI sebagai pelaku atau dalangnya.
Saat itu Presiden Soekarno tidak menyelesaikan berbagai masalah dengan cepat. Kondisi Jakarta saat itu dipenuhi demonstrasi-demonstrasi oleh mahasiswa yang tergabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia).
Advertisement
Supersemar
Saat itu para mahasiswa kemudian mencetuskan Tri (tiga) Tuntutan Rakyat atau Tritura. Ketiga tuntutan itu yakni pembubaran PKI dan ormas-ormasnya, penurunan harga pangan, dan perombakan Kabinet Dwikora.
Saat keadaan semakin parah, Presiden Soekarno memberi wewenang berupa Supersemar kepada Letjen Soeharto. Wewenang itu memperbolehkan adanya jenis tindakan apa pun yang dianggap perlu untuk meredakan suasana.
Sekuel
Dari sinopsis itu dapat disimpulkan bahwa film Djakarta 1966 (1988) adalah sekuel dari film Pengkhianatan G 30 S PKI (1984). Keduanya diproduksi oleh PPFN, atau yang sekarang dikenal dengan PFN (Perusahaan Umum Produksi Film Negara).
Selain disutaradari oleh orang yang sama, para pemeran penting juga kembali hadir di kedua film itu. Umar Kayam kembali berperan sebagai Presiden Soekarno, sedangkan Amoroso Katamsi kembali berperan sebagai Letjen Soeharto.
Advertisement