Liputan6.com, Jakarta Publik saat ini dihebohkan dengan pertikaian rumah tangga Lesti Kejora dan Rizky Billar. Pasangan yang baru genap setahun resmi menikah 19 Agustus 2021 ini menambah daftar panjang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi di kalangan artis dan selebritis.
Pakar Teknologi Pikiran Coach Rheo memaparkan penyebab suami tega melakukan kekerasan terhadap istrinya saat sedang bertengkar atau berseteru. Pria yang dikenal sebagai Mind Technology Expert ini membahas soal beban emosi yang tertimbun cukup lama.
"Mengapa seseorang bisa terdorong menyakiti orang lain atau pasangan hidupnya? Ini adalah respon otomatis seseorang yang menimbun beban emosi di benak bawah sadarnya dalam waktu sangat lama,” ujar Coach Rheo, kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (1/10/2022).
Advertisement
Timbunan beban emosi tersebut, lanjut Coach Rheo, menciptakan reaksi reaktif yang diproses oleh bagian dari amygdala pada otak. “Istilah ini sering disebut Amygdala Hijack,” kata pencipta metode DOA-TRTO (Divine Oracular Assistance - Tension Releasing Technique Online) yang banyak berhasil membantu membuang beban emosi ini.
Baca Juga
Mengambil Alih Kesadaran
Coach Rheo memberi analogi. Seperti orang yang tengah mabuk beban emosi mengambil alih kesadarannya. Memengaruhi peranan otak neocortex atau pusat pikiran rasional.
“Sehingga sering digambarkan seperti gelap mata. Sejenak seperti bukan kita. Itulah saat beban emosi menghampiri kita, dan mengambil alih semuanya,” ujarnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kata Coach Rheo, hal ini banyak terjadi. Misalnya ketika melihat plang diskon langsung tergerak untuk belanja. Atau menghadapi anak nakal langsung mau marah. Atau respon sederhana tersinggung ketika ada orang mengambil jalur di saat sedang berkendara.
Advertisement
Marah Meledak
Faktor ini menurut Coach Rheo, penyebabnya sangat banyak. Di satu sisi kita begitu menyayangi dan mencintai anak, tapi di saat yang lain dapat marah meledak.
“Marah meledak kita seakan lupa semua cinta itu. Kita seperti menjadi Hulk yang hijau, besar mengamuk. Tapi setelahnya kembali tersadar. Akhirnya menyesali perbuatan kita,” ujar pakar yang kini mengadakan kelas netralisasi ‘The Art of Living’ ; Seni Menciptakan Kehidupan Tanpa Batasan ini.
Menurut Coach Rheo penyebabnya sangat bervariasi. Tergantung pengalaman di masa lalu yang membentuk model dunia internal dalam pikiran.
Istilah Beban dalam Diri
Semisal, sejak kecil kerap diberi pemahaman jika laki-laki harus dihormati. Laki-laki adalah kepala keluarga. Laki-laki tidak boleh direndahkan, dan lain sebagainya.
“Ini menjadi pesan dan nasehat turun-temurun. Ditanamkan dari lingkungan dan disetujui sebagai kebenaran massal di banyak kebudayaan,” paparnya.
Maka ketika hal tersebut disinggung sering menimbulkan ledakan respon luar biasa, dan tidak terkendali. Makna internal bawah sadar inilah yang sebenarnya menjadi beban dalam diri kita.
“Kita tidak memahami bagaimana sesungguhnya beban ini bekerja dalam diri kita. Kita seringkali kecolongan ketika terpicu oleh peristiwa di sekeliling kita,” ungkap motivator yang mendapat pengakuan sebagai Trainer, dan NLP Meta Master Practitioner of Neurosemantics, International Institute of Neurosemantic, North Carolina USA ini.
Advertisement