Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memilliki strategi mengelola sampah dengan baik dan mendorong masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. Strategi pengelolaan sampah tersebut membuat Surabaya menjadi salah satu daerah kerap jadi percontohan mengelola sampah.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) menuturkan, langkah awal mengubah kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan dengan menetapkan peraturan daerah (perda) terkait tindakan membuang sampah sembarangan. Jika masyarakat melanggar perda itu akan diberikan denda. Pemkot Surabaya pun melakukan inspeksi mendadak (sidak) setiap Rabu untuk pengelolaan sampah di masyarakat.
"Tidak boleh buang sampah sembarangan ada perda. Kalau ketahuan kita denda bawa ke pengadilan," ujar Risma seperti dikutip dalam program Fokus Indosiar, ditulis Kamis (8/8/2019).
Advertisement
Untuk pengelolaan sampah, ada sejumlah langkah yang dilakukan Pemkot Surabaya. Risma menuturkan, ada warga yang mengelola sampah dengan memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah organik akan dibuat kompos dan anorganik akan disetor ke bank sampah. Setiap satu bulan akan dijual. Dari hasil penjualan sampah itu merupakan tabungan dari setiap keluarga.
Baca Juga
"Mereka akan mencatat misalkan sampah botol plastik, berapa sampah kertas. Itu nanti ditimbang karena masing-masing ada harganya, yang mereka dapat berapa. Tiap bulan dijual dan dinamakan bank. Uangnya disimpan kalau mereka butuh diambil," kata Risma.
Risma menuturkan, total biaya dari bank sampah itu sekitar Rp 87 juta. Selain itu, Pemkot Surabaya juga memiliki tempat pengolahan sampah terpadu. Risma mengatakan, jika hanya ada satu tempat pengolahan sampah akan membuat bahan bakar angkutan menuju tempat pengolahan itu akan mahal seiring jarak tempuh.
"Cost-nya itu dari BBM. Selain BBM untuk bahan bakar angkutan, tapi juga untuk menggerakan mesin compactor yang berguna untuk menekan sampah sehingga air yang menempel pada sampah bisa terbuang. Tidak hanya itu, adanya tempat pengolahan sampah yang banyak juga baik karena misalkan ada satu tempat yang terjadi kendala maka masih ada cadangannya," kata Risma.
Risma menambahkan, disiplin juga menjadi kunci dalam mengelola sampah sehingga tidak menganggu masyarakat sekitar. Jika ada sampah yang membusuk atau tidak terolah, bau akan menganggu sekali karena mengundang lalat dan belatung. Risma menuturkan, dari hasil mengelola sampah sehingga menjadi kompos digunakan sebagai pupuk untuk merawat 453 taman di Surabaya, Jawa Timur.
(Tito Gildas, mahasiswa Kriminologi Universitas Indonesia)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Jurus Risma Kurangi Sampah Plastik di Surabaya
Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah melakukan sejumlah langkah untuk mengurangi sampah plastik. Bahkan langkah tersebut dilakukan sebelum Indonesia ramai-ramai disebut menjadi negara penyumbang sampah plastik kedua terbesar di dunia.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) menuturkan, Pemkot Surabaya sudah mengimbau siswa sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP) untuk membawa botol minuman atau tumbler. Imbauan tersebut sudah dilakukan sekitar dua tahun lalu.
Selain itu, anak sekolah juga membawa piring untuk tempat makanan sehingga tidak memakai bungkusan atau streofoam. Bahkan di pemerintahan kota juga memakai gelas sehingga mengurangi plastik. Risma menilai, langkah tersebut berdampak untuk menekan pemakaian plastik di Surabaya, Jawa Timur
"Sudah lama. Sudah dua tahun. Maka saya juga heran jadi aneh, sudah lakukan lama. presentasi tahun lalu pas Adipura, di luar negeri sudah sampaikan, sudah lakukan itu (membawa botol minuman atau tumbler-red)," ujar Risma saat ditemui di gedung SCTV Tower, Senin 5 Agustus 2019.
Risma juga menceritakan mengenai pentingnya mengelola sampah. Ia menilai, daerah perkotaan memiliki sejumlah masalah yang menakutkan mulai dari transportasi, sampah dan air bersih. Salah satu masalah paling berat yaitu sampah. Pengelolaan sampah bila tidak dikelola benar berdampak terhadap masalah kesehatan yang menimbulkan penyakit dan banjir.
Selain itu, menurut Risma, bila suatu kota kotor berdampak terhadap psikologi masyarakat. Ia mencontohkan, ketika jalan di suatu jalanan yang tidak bersih, seseorang akan tega membuang sampah sembarangan. Jika ada gedung dan pusat perbelanjaan yang bersih, menurut Risma hal tersebut akan membuat masyarakat enggan untuk membuang sampah sembarangan.
Risma mengatakan, untuk mendorong masyarakat peduli terhadap sampah juga dimulai dari pemerintah yang memberikan contoh kepada masyarakat.
"Pertama kita harus bersih dulu pemerintah. Bagaimana paksakan masyarakat untuk kelola sampah, tugas tidak kami lakukan. Tugas pemerintah, saya tidak mau kotor, masyarakat dan pemerintah sudah lakukan, minimal tidak membuat kotor. Tidak membuang sampah sembarangan," ujar Wali Kota Perempuan pertama di Surabaya ini.
Advertisement