Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota Surabaya mengajak masyarakat untuk membantu masyarakat Ambon dan sekitarnya yang terkena gempa magnitude 6,8 pada Kamis, 26 September 2019.
Kepala BPB dan Linmas Surabaya, Eddy Christijanto menuturkan, Pemerintah Kota Surabaya membuka Posko Surabaya Peduli Bencana. Bantuan yang disalurkan bisa beruapa mie instan, makanan kering, uang tunai, popok bayi, selimut, dan sarung. Saluran bantuan itu bisa disalurkan di Balai Kota Surabaya, Taman Surya Nomor 1 Kecamatan Genteng, Kelurahan Ketabang.
"Mulai malam ini buat Posko Surabaya Peduli Bencana di Taman Surya. Yang mau bantu monggo, untuk seluruh warga kota Surabaya,” ujar Eddy saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (28/9/2019).
Advertisement
Ia menuturkan, Pemkot Surabaya membuat tahap pertama hingga pekan depan. Pembukaan posko akan diperpanjang dengan melihat perkembangan. Pada Sabtu malam ini, Pemkot Surabaya mulai paketkan bantuan dan diberangkatkan pada Minggu pagi.
Adapun bantuan yang sudah terkumpul antara lain sarung sebanyak 2.000 buah, abon, makanan bayi, popok dan mie instan. Bantuan itu dibagi untuk dua wilayah.“Di bagi dua untuk Kecamatan Haruku Kabupaten Maluku Tengah dan Kota Ambon,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Selanjutnya
Sebelumnya, Gempa bumi Magnitudo 6,8 mengguncang Kota Ambon, Kamis, 26 September 2019 pukul 08.46.45 WIT. Lokasi gempa berada di3.38 LS,128.43 BT (40 km Timur Laut Ambon-Maluku), dengan kedalaman 10 Km, tidak berpotensi tsunami.
Pantauan Liputan6.com di lokasi, sejumlah bangunan tampak rusak. Antara lain di Pasar Apung, Desa Pelauw Kecamatan Pulau Haraku, Kabupaten Maluku Tengah.
Tak hanya itu, dinding Gedung Rektoratt IAIN Ambon juga ambruk dan menimpa sebuah mobil yang ada di bawahnya. Menurut informasi, dua pegawai kampus menjadi korban, dan kini sudah dibawa ke rumah sakit terdekat. Kampus Unpatti yang berlokasi di Jalan Putuhena juga mengalami kerusakan, sejumlah plafon ruangan kelas ambruk diguncang gempa.
Sementara itu, sejumlah siswa yang berada tengah menjalani aktivitas belajar mengajar menangis histeris saat gempa terjadi dan berhamburan keluar ruangan kelas.
Bahkan sebagian besar warga yang tinggal di pesisir pantai melarikan diri ke daerah yang lebih tinggi takut terjadi tsunami usai gempa bumi.
"Kekuatannya cukup kuat," kata Ira salah satu warga Hatiwe Kecil.
Advertisement