Deretan Robot Canggih Tangani Corona COVID-19 Karya Anak Bangsa

Sejumlah kampus di Kota Surabaya melakukan inovasi teknologi agar dapat mengurangi konta fisik khususnya antara tim medis dan penderita COVID-19.

oleh Dian KurniawanLiputan6.comErik diperbarui 27 Jun 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2020, 06:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas Airlangga (Unair) meluncurkan Robot Medical Assistant ITS-Unair (RAISA). (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Berbagai upaya dilakukan oleh masyarakat untuk berupaya sekuat tenaga dalam menanggulangi pandemi virus corona COVID-19. Tak terkecuali akademis di Surabaya, Jawa Timur yang terus melakukan inovasi baik itu dari teknologi maupun medis.

Salah satu cara penularan virus corona COVID-19 adalah dengan droplet di mana bersentuhan fisik secara langsung bisa membuat virus ini menyebar dengan cepat. Menyikapi hal itu, sejumlah kampus di Kota Surabaya melakukan inovasi teknologi agar dapat mengurangi kontak fisik khususnya antara tim medis dan penderita COVID-19.

Tak hanya itu, hasil inovasi teknologi anak bangsa ini juga berkaitan dengan proses sterilisasi ruangan untuk para pasien COVID-19 yang harus selalu bersih. Berikut ulasan mengenai robot-robot yang diciptakan di tengah pandemi COVID-19 di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (27/6/2020).

Robot Violeta

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggandeng Universitas Airlangga (Unair) melalui Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) terus menghasilkan teknologi inovasi untuk penanganan wabah virus Corona (COVID-19). 

Kali ini, inovasi yang dihasilkan berupa robot Ultra Violet ITS – Airlangga (VIOLETA) yang berguna memudahkan proses sterilisasi ruangan untuk perawatan pasien COVID-19.

Wakil Rektor IV ITS, Bambang Pramujati PhD menuturkan, ide diciptakannya robot VIOLETA ini bermula saat beberapa dosen ITS berhasil melakukan riset penggunaan sinar ultraviolet (UV) untuk menghilangkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

Alasan lain diciptakannya robot ini juga untuk menghindari kontak fisik dengan paparan sinar UV karena sangat berbahaya apabila mengenai manusia secara langsung. 

"Oleh karena itu, ITS melakukan inovasi dengan menciptakan robot VIOLETA ini," ujar Wakil Rektor bidang Riset, Inovasi, Kerjasama, dan Hubungan Internasional ini, Jumat, 24 April 2020.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Robot Raisa

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas Airlangga (Unair) meluncurkan Robot Medical Assistant ITS-Unair (RAISA). (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas Airlangga (Unair) meluncurkan Robot Medical Assistant ITS-Unair (RAISA).

Robot pelayan pasien COVID-19 ini juga sekalian diserahterimakan kepada RS Universitas Airlangga (RSUA) di Gedung Pusat Robotika ITS, Selasa (14/4/2020).

Rektor ITS, Prof Dr Mochamad Ashari mengungkapkan, proyek tersebut telah dilakukan bersama dengan Unair dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) untuk menyelesaikan satu persatu masalah yang ditimbulkan oleh ada pandemi Corona Covid-19. 

"Hari ini kami berharap kontribusi yang diberikan dapat memberikan manfaat untuk para tenaga medis maupun masyarakat,” ujar dia. 

Rektor yang akrab disapa Ashari ini memaparkan, RAISA telah dirancang oleh orang-orang yang handal dan tim robot ITS yang sudah memenangkan berbagai lomba di mancanegara. 

"Dengan menggandeng orang-orang medis dari RSUA, semakin melengkapi fitur pada robot yang akan dibutuhkan pasien nantinya,” ujar guru besar Teknik Elektro ITS ini.

Sementara itu, Direktur Utama RSUA Nasronudin juga mengapresiasi atas hasil kerja sama yang dilakukan. Ia mengungkapkan, banyak tenaga medis di Unair membutuhkan pengaplikasian teknologi dari ITS. 

"Robot ini mampu memberikan pelayanan kepada pasien yang sedang diisolasi seperti mengantar makanan, pakaian, maupun obat-obatan,” ungkapnya.

Dokter yang akrab disapa Nasron tersebut menambahkan, walaupun dengan ada robot ini, pasien juga tetap memerlukan perawat, setidaknya intensitas interaksinya saja yang berkurang. 

"Perlunya sentuhan hati dan interaksi langsung dibutuhkan juga sesekali untuk mendukung psikologi dari pasien Covid sendiri,” ujar dokter 63 tahun tersebut.

 

Raisa Generasi Baru

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas Airlangga (Unair) meluncurkan Robot Medical Assistant ITS-Unair (RAISA). (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Surabaya meluncurkan robot generasi terbaru untuk menggantikan tenaga medis dalam menangani pasien COVID-19 yang dinamakan "RAISA" (Robot Medical Assistant ITS-Airlangga), Jumat, 8 Mei 2020.

Rektor ITS, Surabaya, Prof Mochamad Ashari mengatakan, institusinya telah menambahkan berbagai fitur pada robot generasi terbaru RAISA yang akan bekerja pada ruang Intensive Care Unit (ICU) dan High Care Unit (HCU) tersebut.

"Robot ini memiliki karakteristik teknis yang disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-masing ruangan," katanya.

Ruang ICU berisi pasien yang berada dalam keadaan pasif sampai tidak sadarkan diri, sehingga RAISA yang bekerja di ruang ICU akan berfokus pada pengamatan dan monitor kondisi vital pasien, dilansir dari Antara.

Sedangkan di ruang HCU, tempat pasien masih bisa berinteraksi dengan robot, RAISA memiliki fitur komunikasi seperti sebelumnya dan fitur tambahan untuk melakukan sensor denyut jantung, infus, dan saturasi oksigen.

Salah satu tim peneliti RAISA, Rudy Dikairono ST MT, melanjutkan bahwa untuk RAISA ICU fitur kamera yang sebelumnya sudah ada digantikan dengan kamera yang memiliki resolusi lebih tinggi guna memantau kondisi pasien secara langsung. Kamera ini memiliki fitur Pan-tilt-zoom (PTZ) yang memungkinkannya untuk berputar 360 derajat seperti kamera surveillance.

"Kamera ini kami beli kemudian dimodifikasi penempatan dan kontrolnya agar bisa terhubung ke joystick yang ada di ruang operator," ujarnya di Surabaya.

 

Keistimewaan Raisa Generasi Baru

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
ITS Surabaya ciptakan robot ventilator (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sedangkan untuk ruang HCU, RAISA ditambahkan beberapa sensor untuk suhu dan kadar oksigen. Sensor ini sudah menggunakan IoT (internet of things) dan akan dibuatkan database di server, sehingga masing-masing pasien memiliki datanya tersendiri.

Kedua RAISA ini juga memiliki proximity sensor (sensor jarak) yang akan mendeteksi benda yang menghambat atau menghalangi jalannya robot. Jika ada halangan, RAISA akan memberikan peringatan suara dan akan ada juga peringatan di layar monitor operator.

"Sensor ini bisa mendeteksi sampai jarak tiga meter, namun akan berhenti jika hambatan berjarak 50-75 centimeter," kata dosen Teknik Elektro ini.

Selain itu, Rudy dan timnya mengembangkan pintu otomatis yang akan membukakan jalan kepada RAISA. Ruang isolasi terbagi menjadi tiga ruangan yaitu ruang bersih, ruang antara, dan ruang infeksi.

Pintu otomatis akan dipasang untuk menghubungkan ruang antara dengan ruang infeksi, di mana pasien dirawat.

"Pintu yang awalnya manual akan dimodifikasi, sehingga pintu bisa dibukakan melalui ruang operator, dan sudah terintegrasi dengan software robot," ucapnya.

Direktur Utama RSUA Prof dr Nasronudin menyatakan, fitur-fitur tambahan ini sangat membantu para tenaga medis dalam menjalankan tugasnya.

"Dengan adanya fitur ini, di ruang ICU kita bisa mengamati denyut jantung, jenis infus, jumlah tetesan infus, produksi urin, dan saturasi oksigen. Di ruang HCU kita juga bisa mengukur suhu pasien, juga bisa berinteraksi dengan pasien," ujarnya.

Prof Nasron menyatakan rasa syukurnya atas apa yang telah dicapai dari kolaborasi antara ITS dengan RSUA. Dengan adanya RAISA, maka interaksi antara tenaga medis dengan pasien secara langsung akan berkurang sehingga menurunkan risiko tertular COVID-19.

"Selain bisa membantu tenaga medis dalam bekerja, kita juga bisa mengurangi kebutuhan APD yang jumlahnya terbatas, pasien juga bisa lebih banyak beristirahat sehingga mengurangi stres dan mempercepat proses penyembuhan," tuturnya.

Untuk ke depannya, Prof Nasron berharap teknologi modern karya anak bangsa seperti robot pembantu tenaga medis ini bisa dilakukan produksi nasional, dan digunakan di berbagai rumah sakit di Indonesia.

"Sehingga kita bisa mengurangi impor teknologi dari luar negeri, dan juga para tenaga medis bisa bekerja dengan aman," tuturnya.

 

Robot Ivana

Ilustrasi Robot
Ilustrasi Robot (iStockPhoto)

Institut Teknologi Telkom Surabaya (ITTS) membuat robot pembersih lantai dan ruangan untuk ruang isolasi pasien COVID-19 dengan delapan fungsi yang dinamakan robot Ivana 1.0.

"Robot Ivana merupakan pengembangan dari Robot Servis atau Rose yang sebelumnya juga pernah dibuat," kata Rektor ITTS Tri Arief Sardjono di Surabaya, Rabu, 17 Juni 2020.

Berbeda dengan Rose, robot Ivana memiliki kendali jarak jauh yang dilengkapi sistem kontrol secara otomatis. Selain difungsikan sebagai alat sterilisasi ruangan, robot Ivana juga didesain untuk membawa makanan, dilansir dari Antara.

"Fungsi lain di bagian atas tempat sensor ultrasonik untuk deteksi jarak. Karena robot bisa dijalankan dengan menggunakan mode utama, yakni satu remote control dengan kecepatan 2,4 Ghz dan otonomus yang bisa menggunakan line tracer dengan sifat magnetik agar tidak terpengaruhi cahaya. Kedua ultrasonik dengan menyusuri dinding," kata Tri.

Penggunaan ultrasonik, lanjut Arif, lebih efektif untuk lorong ruang isolasi karena bisa disetel sesuai dengan jarak yang diinginkan.

Sementara enam fungsi robot Ivana lainnya terletak di bagian bawah yang dilengkapi enam fungsi, yakni nozzle berfungsi untuk penyemprotan desinfektan, wiper untuk pengumpul cairan, vacuum untuk penyedot cairan, sponge pembersih untuk pengering lantai, blower untuk penyemprotan udara kering, bottom ultraviolet untuk sterilisasi virus di lantai dan vertical UV untuk sterilisasi virus di ruangan.

"Fungsi sinar UV ini untuk memastikan bahwa bakteri dan virus yang menempel di lantai sudah mati. Jadi, kita memang desain 8 in one atau delapan fungsi dalam satu robot yang bisa digunakan untuk sterilisasi ruang isolasi rumah sakit," katanya di Surabaya.

 

Tugas Robot Ivana

Ilustrasi Robot
Ilustrasi Robot (iStockPhoto)

Arif menjelaskan delapan fungsi yang dimiliki Ivana merupakan penyederhanaan platform robot. Mengingat biaya untuk sekali platform robot terbilang mahal, yakni menghabiskan Rp75 juta hingga Rp100 juta.

"Kami buat multiplatform. Bagian atas bisa digunakan UV dan bisa diganti dengan rak makanan. Bagian bawah untuk sterilisasi ruang. Ke depan akan kita lengkapi dengan video call atau camera," ujar dia.

Sementara itu, salah satu tim pembuat robot, Putu Duta Hasta Putra, menambahkan kesulitannya dalam pembuatan robot yakni pada pengerjaan maintenence atau penggabungan vacuum cleaner, lampu UV, wipper dan sponge pembersih.

"Kapasitas energi untuk pembuatan robot ini sekitar 12 volt dengan pembuatan sekitar enam bulan," kata mahasiswa Fakultas Teknik Elektro semester IV ini.

Selain Duta, tiga mahasiswa lainnya juga tergabung dalam pembuatan robot Ivana. Mereka adalah Moch Fauzan Rasyid dari Teknik Elektro, Dito Hewijulianto dari Teknik Komputer, dan Maulana Achmad Rozaq dari Teknik Telekomunikasi.

 

Robot Kece

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) berhasil menciptakan robot Kece (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) berhasil menciptakan robot Kece yang diklaim cocok digunakan selama new normal COVID-19. 

"Tiga robot ini merupakan hasil karya anak bangsa serta kolaborasi antara dosen, mahasiswa dan alumni dari Fakultas Teknik. Tentunya terobosan teknologi ini akan sangat berguna untuk menangani permasalahan COVID-19,”ujar Rektor Unesa, Nurhasan, Rabu, 17 Juni 2020.

Robot KECE Unesa memiliki fungsi sebagai robot pengantar makanan, robot pengantar alat medis, penyeteril ruangan dan drone penyemprot disinfektan. 

Nurhasan mengatakan, jika terobosan baru di bidang teknologi ini juga akan diserahkan kepada pemerintah provinsi, dalam hal ini gubernur Jawa Timur, agar robot bisa dirasakan langsung manfaatnya untuk masyarakat. 

"Mudah-mudahan upaya FT untuk membantu pemerintah dalam menangani COVID-19 bisa berjalan dengan baik,” imbuhnya. 

Dekan Fakultas Teknik Unesa, Maspiyah menambahkan, jika saat pandemi COVID-19 ini Robot KECE akan menjaga rasa aman untuk tenaga medis. 

Lantaran robot yang berfungsi sebagai pengantar makanan dan alat medis ini dinilai ampuh untuk mencegah penyebaran COVID-19. Karena dengan robot itu, para petugas medis tidak perlu untuk melakukan kontak langsung dengan pasien.  

"Selain untuk pengantar obat dan makanan, robot ini juga berfungsi untuk sterilisasi ruangan. Jadi kalau ruangan tersebut habis dipakai oleh pasien dan lain-lain maka robot ini akan berfungsi untuk mensterilisasi dari virus dan bakteri. Jadi robot ini selain untuk melayani pasien juga memperhatikan tenaga medis,” kata Maspiyah.

Robot Kece dengan dua fungsi yakni membawa obat dan menyeterilkan ruangan ini, menurut maspiyah merupakan temuan yang terbaru.

Jika sebelumnya muncul robot yang bisa membawa obat sendiri, dan robot yang menyerilkan ruangan sendiri, maka robot Kece Unesa bisa melakukan kedua hal tersebut. 

Selain itu, Agung Prijo Budijono yang merupakan pembina dari team pembuat robot Kece ini menyampaikan, jika robot ciptaan timnya tersebut juga dilengkapi dengan komunikasi berbasis video yang tentu akan menunjang kinerja tenaga medis dari jarak jauh.

"Jadi robot ini juga bisa digunakan untuk komunikasi dengan pasien. Sehingga dari jauh dokter juga bisa menanyakan kondisi pasien, dan pasien bisa merespons langsung pertanyaan dari dokter," ujar dia.

Robot SPERO

Ilustrasi robot
Ilustrasi robot (iStock)

Universitas Kristen Petra Surabaya membuat robot pembantu tenaga medis menangani pasien COVID-19 yang diberi nama SPERO.

Ketua Tim SPERO Dr Ing Indar Sugiarto menuturkan, keunikan utama Robot SPERO dibanding robot pembantu tenaga medis lain adalah sifatnya open source sehingga semua file terkait robot akan dibuka untuk umum secara gratis, seperti desain mekanik robot dan kode program robot.

"Itu artinya siapapun tinggal mengembangkannya saja sehingga diharapkan akan muncul inovasi-inovasi baru dalam dunia ilmu pengetahuan untuk membantu kesejahteraan hidup manusia," tutur dosen program studi Teknik Elektro UK Petra, seperti dikutip dari Antara, Jumat, 26 Juni 2020.

Indar menuturkan, secara umum robot ini berfungsi membawa obat atau makanan pada pasien sehingga dapat mengurangi interaksi langsung antara perawat dengan pasien.

Selain itu, perawat dapat mengoperasikan robot ini dari jarak jauh via internet. Robot ini juga dapat memfasilitasi komunikasi jarak jauh (video conference) antara pasien dan tenaga medis.

SPERO dirancang supaya mobile base yang artinya dapat terpisah dengan mekanik bagian atas, supaya robot dapat digunakan untuk tujuan lain. Misalnya, dengan mengganti rak atas dengan bagian yang relevan.

"Tak hanya itu, robot ini dapat digunakan sebagai guide robot di museum ataupun telepresence robot pada wisuda daring. SPERO juga memiliki mekanisme pengisian yang mudah, dengan menancapkan colokan pada lighter socket untuk meminimalisasi kontak antara robot dengan operator," tutur dia.

Rektor UK Petra Surabaya Prof Djwantoro Hardjito menyatakan Robot SPERO menjadi kontribusi dari kampusnya untuk dunia kesehatan.

"Nanti akan dilanjutkan dengan robot dengan fungsi yang lain agar penyebaran COVID -19 dapat ditekan," ucap dia.

Prof Djwantoro menambahkan, tim SPERO terdiri dari lima dosen dan tiga laboran Prodi Teknik Elektro dan Teknik Mesin UK Petra.

Mereka membuat robot ini dalam waktu dua bulan, lebih lama daripada yang direncanakan karena sulitnya koordinasi kerja di tengah masa pandemi COVID-19 dan beberapa komponen sulit didapatkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya