Pertunjukan Wayang saat Malam Satu Suro di Pesarean Panglima Perang Majapahit

Sejarawan Universitas Airlangga Adrian Perkasa menuturkan, masyarakat masih merayakan malam satu suro di beberapa punden di Surabaya, Jawa Timur.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Agu 2020, 08:51 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2020, 08:48 WIB
Makam Eyang Kudo Kardono
Pesarean Makam Eyang Kudo Kardono, panglima perang era Kerajaan Majapahit, berlokasi di Jalan Cempaka 25, Surabaya, Jawa Timur. (Liputan6.com/Dhimas Prasaja)

Liputan6.com, Jakarta - Umat Muslim di Indonesia merayakan Tahun Baru Islam pada Kamis, 20 Agustus 2020. Sejumlah daerah dan masyarakat memiliki acara menyambut Tahun Baru Islam.

Sebelum merayakan tahun baru tersebut, ada juga sejumlah kegiatan dan tradisi  saat malam tahun baru satu Suro, malam tahun baru dalam kalender Jawa yang dianggap sakral.

Sejarawan Universitas Airlangga Adrian Perkasa menuturkan, masyarakat masih merayakan malam satu suro di beberapa punden di Surabaya, Jawa Timur. Salah satunya di punden eyang Yudo Kardono atau Kudo Karjono . Salah satu kegiatan dilakukan dengan menggelar wayang kulit.

"Merayakan pergantian tahun dengan menyimak wayang yang selain tontonan juga merupakan tuntunan,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Kamis, (20/8/2020).

Adrian mengatakan, tuntunan kehidupan atau kisah-kisah dalam pewayangan biasanya berisi banyak hikmah terutama bagi masyarakat Jawa. "Wayang pertunjukan tradisi yang paling populer dan berisi banyak hikmah dari kisah-kisahnya,” kata dia.

Sebelumnya, Kudo Kardono (Yudo Kardono) merupakan panglima perang Majapahit. Makam panglima bernama asli Raden Kudo Kardono ini berada di Surabaya, tepatnya di Jalan Cempaka 25.

Mengutip dari laman webdisplaysurabaya.go.id, Kudo Kardono adalah panglima perang Majapahit ketika dipimpin oleh Raja Jayanegara atau Kalagemet saat berhadapan dengan pemberontakan Ra Kuti. Makamnya dijadikan sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan SK Walikota Nomor : 188.45/412/436.1.2/2014 pada tanggal 19 September 2014 Pemerintah Kota Surabaya.

Keberhasilan yang didapat oleh Kudo Kardono saat itu membuahkan hasil. Ia mendapat hadiah berupa tanah perdikan di Sungai Asin (sekarang Kaliasin). Ternyata, Kudo Kardono merupakan sepupu dari Mahapatih Majapahit, Gajah Mada.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Beberapa Objek yang Dapat Dijelajahi

Di makam Eyang Kudo ini ada beberapa objek yang dapat dijelajahi. Memasuki pintu utama ada Joglo yang disediakan untuk pengunjung beristirahat.  

Ada satu bangunan rumah yang digunakan sebagai pesarean Eyang Kudo lengkap dengan benda-benda peninggalan Majapahit (Trowulan) antara lain tombak, keris, dan arca.

Menilik area makam, pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan makam. Di sini terdapat lima buah makam, dan milik Eyang Kudo letaknya berada di tengah area. Istri dan ketiga anaknya pun turut dimakamkan di sini.

Selain itu, Ayah dari Kudo Kardono juga dimakamkan di sini. Makamnya bertuliskan Makam Eyang Wahju. Pengikut setia Eyang Kudo juga turut dimakamkan di makam Eyang Kudo di Surabaya ini.

Ada yang unik di jendela bangunan ini, yaitu penampakan tokoh wayang seperti Bima Sena, Semar, Bagong, Sencaki, dan Antasena.

Selain itu, terdapat sanggar trimurti yang di dalamnya terdapat tiga arca, dan sanggar pemujaan yang berisikan empat arca. Sanggar atau arca ini juga digunakan umat Hindu untuk beribadah.

Tidak hanya makam, di area ini juga terdapat sebuah sumur yang dikeramatkan. Menurut juru kunci Makam Eyang Yudo, Mbah Poni mengatakan, jika seseorang melihat belut putih atau udang di dasar sumur ini maka dipercaya rezekinya melimpah.

Mbah Poni menjelaskan, nama Yudo mempunyai arti peperangan dan Kudo adalah kuda sembrani putih yang sering digunakan. Kardono diambil dari kata Kar yang bermakna peta atau sebagai pengaman daerah.

Banyak pengunjung mendatangi makam Eyang Kudo ini untuk sekadar berwisata dan menelisik sejarah, bahkan ada pula yang datang untuk meminta sesuatu seperti penerawangan di makam Eyang Kudo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya