Pandemi di Bromo dan Semeru, Tanaman Endemik Tumbuh dan Minim Kebakaran

Selama pandemi dua jenis tanaman endemik Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tumbuh baik dan peistiwa kebakaran sedikit terjadi

oleh Zainul Arifin diperbarui 06 Jun 2021, 07:52 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2021, 07:51 WIB
Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (BTS), Jawa Timur.
Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (BTS), Jawa Timur.

Liputan6.com, Malang - Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak negatif, ada pula sisi positifnya bagi kehidupan. Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) misalnya. Sektor pariwisata memang terpuruk, tapi secara ekologis ini jadi kesempatan untuk pulih.

Awal pandemi tahun lalu, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sempat ditutup untuk pariwisata. Gunung Bromo baru dibuka pada Agustus 2020, dua bulan kemudian Semeru menyusul dibuka untuk pendakian. Pembatasan kuota pengunjung pun diterapkan.

Praktis selama satu tahun lebih ini tidak ada kepadatan wisatawan di dalam kawasan taman nasional. Hal itu ada dampak positif berupa beberapa jenis tanaman endemik dapat tumbuh dengan baik. Peristiwa kebakaran lahan dan hutan pun turun tajam.

Pelaksana tugas Kepala Balai Besar TNBTS, Novita Kusuma Wardani mengatakan fakta itu jadi sisi baik secara ekologi bagi taman nasional meski ada dampak negatif berupa terpukulnya sektor pariwisata selama pandemi.

“Ketika semakin sedikit yang mengacak – acak atau menginjakkan kaki di taman nasional, maka jadi banyak tanaman yang bisa tumbuh,” kata Novita saat Sarasehan Harmoni Alam dan Budaya dalam Pengelolaan TNBTS, Sabtu, 5 Juni 2021.

Ia mencontohkan rumput malelo (Brachiaria mutica) serta anggrek Habenaria tosariensis salah satu anggrek endemik TNBTS. Dua jenis tanaman itu semakin mudah dijumpai di kawasan taman nasional. Itu belum termasuk berbagai jenis tanaman endemik lainnya.

“Bahkan resiko kebakaran di kawasan taman nasional juga berkurang tajam selama pandemi. Itu sisi positifnya secara ekologis,” ucap Novita.

Selama pandemi wisatawan di Bromo dan Semeru turun tajam. Pada 2020 ada 193.733 wisatawan nusantara (wisnu) dan 2.658 wisatawan mancanegara (wisman). Padahal pada 2019 ada 699.021 wisnu dan 22.061 wisman. Lalu 2018 ada 800.130 wisnu dan 25.076 wisman.

"Tapi kan ada sisi baiknya secara ekologis selama pandemi ini," ujar Novita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Sedikit Terjadi Kebakaran

Sepanjang 2020 lalu di kawasan taman nasional itu juga hanya sedikit terjadi peristiwa kebakaran. Padahal pada tahun sebelumnya banyak terjadi kebakaran besar. Diyakini sepinya wisatawan selama pandemi jadi salah satu faktor yang memengaruhi itu.

Berdasarkan data BB TNBTS pada 2020 lalu hanya 6 hektar luas hutan dan lahan yang terbakar. Sangat jauh dibanding tahun sebelumnya yang tercatat ada seluas 978 hektar hutan dan lahan hangus terbakar.

“Resiko kebakaran berkurang tajam itu juga sisi positif selama pandemi. Bahkan kami sampai mendapat penghargaan,”

Rendahnya peristiwa kebakaran itu membuat BB TNBTS dianugerahi penghargaan dari Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM pada April 2021 lalu. Karena dinilai responsif dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan selama 2020.

“Tahun ini kegiatan wisata memang sudah dibuka, tapi kami berharap semua patuh aturan agar dapat tetap terlibat mencegah kebakaran,” kata Novita.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya