Doa dan Puasa Ibunda di Balik Sukses Alim Raih Medali Emas Paralimpiade Tokyo

Mak Kah juga menyaksikan pertandingan Alim yang berpasangan dengan Leani melalui siaran langsung di YouTube pada Sabtu 4 September kemarin.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 07 Sep 2021, 05:04 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2021, 05:04 WIB
6 Potret Kemenangan Leani/Khalimatus Raih Emas Pertama di Paralimpiade Tokyo 2020
Leani Ratri Oktila dan Khalimatus Sadiyah. (Twitter/BadmintonTalk)

Liputan6.com, Surabaya - Maslukah (56), warga Dusun Kecubuk, Desa Banjartanggul, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, mengaku bersyukur karena putri sulungnya, Khalimatus Sadiyah (Alim) meraih medali emas Paralimpiade 2020 Tokyo, cabang olahraga bulu tangkis ganda putri.

Mak Kah sapaan akrab Maslukah mengungkapkan, dirinya sempat puasa sebelum Alim berangkat ke Tokyo. Puasa tersebut ditujukan kepada Alim supaya bisa meraih yang terbaik dalam ajang Paralimpiade.

"Sebelum pertandingan final Alim meminta doa agar sehat dan menang, dia bilang agar didoakan biar menang di final dan Alhamdulilah menang," ujarnya, Senin (6/9/2021).

Mak Kah juga menyaksikan pertandingan Alim yang berpasangan dengan Leani melalui siaran langsung di YouTube pada Sabtu 4 September kemarin. 

"Selama pertandingan deg-degan hingga menangis saat anak saya menang dan bisa meraih emas di Paralimpiade Tokyo," ucapnya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga mengaku bangga dan bersyukur serta apresiasinya atas prestasi Alim. Menurutnya, capaian Alim merupakan kebanggaan besar bagi Jatim mengingat ia adalah salah satu putri daerah yang membawa harum nama Jatim hingga kancah dunia.

"Selamat untuk Khalimatus Sadiyah dan Leani Ratri Oktila yang telah berhasil mempersembahkan emas pertama Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020. Alhamdulillah, kita bersyukur dan bangga bahwa ada puteri daerah yang mengharumkan nama Jatim dan Indonesia  di kancah internasional," ungkapnya.

Khofifah mengungkapkan, sosok Alim merupakan contoh nyata di mana kekurangan dalam diri tiap individu dapat menjadi kekuatan yang bisa membawanya pada kesuksesan. Hal tersebut, lanjutnya, sudah semestinya tertanam pada benak setiap orang khususnya generasi penerus di Jatim.

"Prestasi atlet kita ini adalah bukti bahwa kekurangan bukanlah batasan untuk tidak meraih kesuksesan. Bahkan, dengan berkaca pada Alim, kita sebenarnya bisa mengubah kelemahan menjadi kelebihan, kekurangan menjadi kekuatan," ujarnya.

"Saya berharap, putera-puteri Jatim bisa mencontoh Alim dan menerapkan mental baja yang ia punya. Semoga, akan lebih banyak anak-anak kita yang dapat mengikuti jejaknya dan membuat bangga keluarga, daerahnya serta bangsanya," ucap Khofifah.

Sebagai informasi, Alim adalah atlet binaan Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Jatim yang saat ini tercatat sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Klasifikasi SL3-SU5.

Alim berhasil mempersembahkan medali emas pertama untuk Indonesia dalam Paralimpiade Tokyo 2020 saat memenangkan final ganda putri bersama rekannya, Leani Ratri Oktila, pada Sabtu 4 September kemarin.

Alim memenangi final ganda putri bersama Leani Ratri Oktila saat melawan atlet Cina, Cheng Hefang dan Ma Huihui di Yoyogi National Stadium. Keduanya menang telak di dua babak dengan skor 21-18 dan 21-12 dalam waktu 32 menit saja.

Dalam pertandingan tersebut, Alim dan Leani masuk dalam klasifikasi SL3-SU5. Klasifikasi SL3 merupakan kelas atlet dengan gangguan berjalan atau tidak seimbang.

Sedangkan klasifikasi SU5 untuk atlet dengan keterbatasan bagian tubuh atas seperti salah satu tidak bisa digunakan secara normal. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya