Limbah Air Wudhu untuk Budidaya Ikan dan Hidroponik, Begini Prosesnya

Menurut Yoga, limbah air wudhu tersebut masih dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain, di antaranya seperti untuk pengisian air kolam ikan maupun budidaya tanaman hidroponik.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 06 Okt 2021, 07:20 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2021, 07:20 WIB
Pengolahan limbah air wudhu untuk ikan tawar dan hidroponik. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
Pengolahan limbah air wudhu untuk ikan tawar dan hidroponik. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Surabaya - Sebanyak 25 mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang tergabung dalam tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian kepada Masyarakat (KKN Abmas), memanfaatkan limbah air wudhu untuk budidaya perikanan air tawar dan budidaya tanaman hidroponik.

Ketua tim, Yoga Fredi Arisko mengatakan, KKN Abmas yang dilakukan timnya bertempat di Pondok Pesantren Al Khoiriyah, Dusun Duwet, Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung.

"Tujuan pemanfaatan limbah air wudhu ini untuk menghindari terbuangnya bekas air wudhu yang terhitung masih jernih jika dibandingkan dengan limbah air rumah tangga," ujarnya, Selasa (5/10/2021).

Menurut Yoga, limbah air wudhu tersebut masih dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain, di antaranya seperti untuk pengisian air kolam ikan maupun budidaya tanaman hidroponik.

"Sangat disayangkan jika (limbah air wudhu) dibuang begitu saja," tuturnya.

Mahasiswa Departemen Teknik Sistem dan Industri ini melanjutkan, pemanfaatan limbah air wudhu dimulai dengan melakukan penampungan air dalam tandon berkapasitas 250 liter. Kemudian, air dari tandon akan dialirkan ke alat penjernih air sederhana untuk dibersihkan terlebih dahulu.

Diungkapkan Yoga, alat penjernih sederhana ciptaan timnya terbuat dari dua buah timba air berkapasitas 50 liter yang diisi kapur dan paranet sebagai komposisi filternya.

"Setelah melalui proses penjernihan, lanjutnya, limbah air wudhu akan dialirkan untuk mengisi kolam ikan di pesantren tersebut sebelum dialirkan menuju tanaman hidroponik," ucapnya.

Yoga menuturkan, mekanisme alat yang digunakan dari tahap penjernihan sampai ke tanaman hidroponik merupakan sistem yang tertutup.

Menurutnya, hal ini memungkinkan penggunaan yang lebih efisien karena limbah air wudhu di dalamnya akan terus berputar di tiga komponen tersebut sehingga tidak perlu repot mengganti airnya setiap hari.

"Penggantian airnya dilakukan 1-2 minggu sekali saat menguras kolam ikan atau saat dirasa sudah kotor," paparnya.

Selain penggunaannya yang efisien dan praktis mengurangi pembuangan air berlebih, Yoga mengklaim alat yang dibuat timnya juga bernilai ekonomis. Ia menyebutkan, sejak tahap penjernihan, timnya menghindari penggunaan listrik agar tidak perlu mengeluarkan biaya berlebih.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Mengandung Nutrisi

Pihak Pondok Pesantren Al Khoiriyah dapat menghemat penggunaan air saat mengisi kolam ikan miliknya dan juga tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk vitamin tanaman hidroponik yang dibudidayakan, karena air yang digunakan sudah mengandung nutrisi dari kolam ikan.

"Hasil panen hidroponiknya pun dapat dimanfaatkan untuk konsumsi pihak pondok pesantren atau dijual dengan total lebih dari 100 tanaman setiap panennya," ujar Yoga.

Yoga menambahkan, alat yang dibuat juga dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran outdoor oleh pihak pondok pesantren. “Diharapkan alat ini juga bisa dijadikan sebagai bahan edukasi budidaya ikan maupun sayuran,” tambahnya.

Meskipun melewati proses yang panjang sejak awal bulan September lalu, mahasiswa angkatan tahun 2019 ini merasa senang, terutama dengan antusiasme warga pondok pesantren.

Berbekal pipa sepanjang 25 meter, Yoga merasa lega kerja keras timnya dalam merancang dan menyelesaikan perakitan alatnya selama delapan hari disambut dengan sangat baik.

“Semoga ke depannya alat ciptaan tim kami dapat bertahan lama, sehingga bisa terus dimanfaatkan,” ujar Yoga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya