Antusiasme Pegiat Turots Datangi Festival Kitab Kuning Banyuwangi

Salah satu pegiat turots adalah Utsman Hasan. Ketua Lajnah Turots Ilmi Syaikhona Kholil Bangkalan ini, menyempatkan diri untuk menghadiri acara yang dikemas dalam bentuk pameran tersebut.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 12 Mar 2022, 20:10 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2022, 20:10 WIB
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani (Kiri) Bersama sejumlah tokoh agama dan masyarakat melihat kitab kuning kuno yang dipamerkan di festival kitab kuning. (Istimewa)
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani (Kiri) Bersama sejumlah tokoh agama dan masyarakat melihat kitab kuning kuno yang dipamerkan di festival kitab kuning. (Istimewa)

Liputan6.com, Banyuwangi Gelaran Festival Kitab Kuning di Banyuwangi mendapat perhatian luas dari masyarakat. Di antaranya para pencinta turots atau karya-karya tulis ulama-ulama pesantren dan sejumlah peneliti manuskrip kuno juga turut memberikan perhatiannya.

Salah satu pegiat turots adalah Utsman Hasan. Ketua Lajnah Turots Ilmi Syaikhona Kholil Bangkalan ini, menyempatkan diri menghadiri Festival Kitab Kuning. Ia tergerak hadir setelah mendapat informasi tentang keberadaan naskah yang berkaitan dengan tokoh yang karya-karyanya sedang digeluti, Syaikhona Kholil Bangkalan.

"Saya tertarik dengan kabar ada satu naskah Alfiyah koleksi kiai di Banyuwangi yang pernah menjadi murid Syaikhona Kholil. Naskah ini sangat penting bagi kami. Karena ini bisa menjadi pembanding dari naskah lainnya yang kami temukan. Kebetulan, kami sedang menyunting teks Alfiyah yang pernah diajarkan oleh Syaikhona Kholil," terangnya, ditulis Sabtu (12/3/2022).

Syaikhona Kholil sendiri merupakan ulama terkemuka di akhir abad 19 dan awal abad 20. Santri-santrinya banyak mewarnai perjalanan sejarah Republik Indonesia ini. Seperti pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy'ari, pahlawan nasional KH. Abdul Wahab Chasbullah dan sejumlah kiai yang kemudian menjadi pendiri pesantren-pesantren besar di Nusantara.

"Di Banyuwangi sendiri, juga banyak santri-santri Syaikhona Kholil yang kemudian mendirikan pesantren. Dari sini, kami yakin, di Banyuwangi ada banyak jejak-jejak Syaikhona Kholil yang bisa ditelusuri. Alhamdulillah, pada hari ini, keyakinan itu terbukti," terang salah satu dzuriyah Syaikhona Kholil tersebut.

Festival Kitab Kuning yang juga memamerkan sejumlah manuskrip kuno pesantren di Banyuwangi itu, juga mengundang apresiasi peneliti. Salah satunya dari Profesor Oman Fathurrahman. Guru besar filologi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu menyambut baik langkah pemerintah daerah yang memberikan perhatian dalam bidang yang tak umum peminatnya tersebut.

"Saya kira Festival Kitab Kuning ini sangat positif. Menampilkan karya-karya ulama Banyuwangi di masa lalu, dan yang menarik, juga dikaji. Ngaji," ungkapnya.

Memang, dalam Festival Kitab Kuning tersebut, tidak hanya dihelat pameran. Namun, juga dilaksanakan sejumlah diskusi dan ngaji kitab karya para kiai-kiai Banyuwangi di masa lalu tersebut.

"Langkah pemerintah daerah sudah tepat untuk merawat memori kolektif masyarakat di daerahnya," jelasnya.

 

Beragam Kitab

Hal tersebut sesuai dengan apa yang menjadi harapan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat membuka rangkaian Festival Kitab Kuning tersebut. Menurutnya, kegiatan ini, sebagai upaya untuk memperkenalkan kembali kekayaan intelektual kalangan pesantren di Banyuwangi kepada khalayak luas.

"Dengan festival ini, kita ingin mengenalkan kepada masyarakat luas tentang salah satu potensi Banyuwangi. Yakni, kekayaan intelektual yang tumbuh subur di kalangan pesantren Banyuwangi," ungkapnya.

Ipuk juga berharap, kegiatan ini mampu memberikan inspirasi bagi kalangan santri hari ini, untuk meneladani dan meneruskan gerakan literasi berbasis pesantren tersebut.

"Semoga nanti lahir penulis-penulis kitab kuning lainnya yang berasal dari para santri-santri di Banyuwangi," imbuhnya.

Festival Kitab Kuning ini sendiri diisi dengan sejumlah kegiatan. Selain pameran khazanah kitab kuning dan manuskrip kuno pesantren di Banyuwangi, juga diisi dengan peluncuran kompilasi kitab karya-karya ulama Banyuwangi. Selain itu, juga diisi dengan rangkaian diskusi yang membahas kitab-kitab tersebut selama pelaksanaannya.

Para pengunjung dapat hadir sedari pukul 09.00 sampai 21.00 WIB untuk menyaksikan pamerannya. Sedangkan diskusinya digelar pada pukul 14.00 WIB dan 19.00 WIB. Di antaranya adalah pengajian Nadzam Aqidah karya KH. Abdullah Faqih, Manaqib Datuk Abdurrahim karya KH. Ali Manshur, karya-karya KH. Dimyati Syafi'i, Tafsir Suratil Fatihah karya KH. Suhaimi Rafiudin dan pembahasan tentang buku katalog naskah kuno Banyuwangi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya