Sejarah Hari Puisi Nasional
Setiap tanggal 28 April bangsa Indonesia memperingati Hari Puisi Nasional. Mengapa demikian? Tanggal tersebut berkaitan dengan hari wafatnya tokoh puisi Indonesia yaitu 28 April 1949. Sementara, Hari Puisi Sedunia telah diperingati setiap 21 Maret, sama dengan Hari Sindrom Down dan Hari Hutan Sedunia. Hari Puisi Sedunia disahkan oleh UNESCO pada 1999 dan pertama kali dirayakan pada 2000.
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang memberikan banyak pengaruh bagi kehidupan. Sajak-sajak karya para seniman ini dapat menjadi gambaran dari sebuah waktu atau peristiwa yang terjadi di masa-masa penting. Bukan hanya itu, puisi pun dapat membangkitkan semangat juang dalam melawan penjajahan.
Hal ini pun dimiliki oleh Indonesia, di mana salah seorang seniman sastra, Chairil Anwar menelurkan berbagai karya bersejarah di masa penjajahan Indonesia. Sebut saja puisi “Aku” dan “Kerawang Bekasi” menjadi dua dari beberapa karya sajak Chairil Anwar yang melegenda dan fenomenal. Hingga kini, banyak karya puisi penyair yang dijuluki Si Binatang Jalang ini populer dan berkesan bagi masyarakat Indonesia.
Namun sayangnya pada 28 April 1949, pujangga yang mempunyai berbagai karya legendaris meninggal di usianya yang menginjak 27 tahun. Kemudian peristiwa 28 April ini dijadikan sebagai peringatan Hari Puisi Nasional untuk menghargai karya sang legenda Chairil Anwar serta membangkitkan minat anak-anak muda untuk terus mengembangkan karya-karya sastra.
Bertepatan di Hari Puisi Sedunia, tidak ada salahnya jika mengenang kilas balik sosok Chairil Anwar yang menjadi salah satu seniman kebanggaan Indonesia. Peristiwa 28 April ini juga sekaligus momen bagi anak muda untuk melanjutkan kiprah karya sastra yang memperkaya budaya Indonesia.
Chairil Anwar
Sastrawan yang lahir pada 26 Juli 1922 ini, dikenal sebagai seorang penyair yang mempunyai karya-karya lugas yang mulai berkarir sejak usia 18 tahun. Bukan hanya itu, beberapa karya puisinya juga dapat membangkitkan semangat juang bagi anak muda di masa penjajahan.
Selain itu, Chairil Anwar juga dikenal sebagai sosok seniman yang berdikari. Sempat memiliki pekerjaan tetap, namun akhirnya Chairil Anwar memilih untuk berkarya bebas dengan menciptakan syair-syair puisi. Ia pun dijuluki sebagai seniman berdikari yang tidak bisa “dipesan” karena kekuasaan. Meskipun honornya sebagai seniman tidak memberikan penghasilan yang melimpah, namun dengan itu dia bisa menghidupi kebutuhannya.
Sastrawan yang lahir pada 26 Juli 1922 ini, dikenal sebagai seorang penyair yang mempunyai karya-karya lugas yang mulai berkarir sejak usia 18 tahun. Bukan hanya itu, beberapa karya puisinya juga dapat membangkitkan semangat juang bagi anak muda di masa penjajahan.
Selain itu, Chairil Anwar juga dikenal sebagai sosok seniman yang berdikari. Sempat memiliki pekerjaan tetap, namun akhirnya Chairil Anwar memilih untuk berkarya bebas dengan menciptakan syair-syair puisi. Ia pun dijuluki sebagai seniman berdikari yang tidak bisa “dipesan” karena kekuasaan. Meskipun honornya sebagai seniman tidak memberikan penghasilan yang melimpah, namun dengan itu dia bisa menghidupi kebutuhannya.
Berita Terbaru
Gunung Lewotobi Laki-Laki Meletus Lagi, Kolom Abu Capai 2.500 Meter, Bagaimana Pilkada?
Hasil Liga Champions: Ditinggal Ruben Amorim ke Manchester United, Sporting Dilumat Arsenal
DPR Tuntut Kapolri Perketat Pengawasan Senjata Api Pacsa Kasus Penembakan Siswa di Semarang
4 Golongan Ini Diharamkan Masuk Neraka, Siapa Mereka?
Hasil Liga Champions: Barcelona Kembali ke Jalur Kemenangan, Lumat Brest 3-0
Hasil Liga Champions: Sempat Unggul 3-0, Manchester City Gagal Menang Lagi
Tips Tinggi Badan Usia 13: Panduan Lengkap Meningkatkan Pertumbuhan
Pilkada 2024 Digelar Hari Ini, BPBD Lakukan Rekayasa Cuaca Demi Kelancaran Pilgub Jakarta
Frustrasi Lihat Performa Pemain, Ruben Amorim Kirim Pesan Khusus pada Petinggi Manchester United
Paspampres Prabowo Bergaya Mirip Thomas Shelby Saat di Inggris Tuai Pujian dan Singgung Peran Didit Hediprasetyo
Fakta Unik Pura Jati Segara, Tempat Suci Umat Hindu di Bali
Mengenal Okultasi Bulan dan Spica 27 November 2024