Hari Puisi Indonesia 26 Juli, Apa Bedanya dengan Hari Puisi Nasional?

Meski sama-sama bertujuan melestarikan karya tulis puisi, tetapi ada perbedaan antara keduanya. Latar belakang penetapan tanggal menjadi salah satu alasan hadirnya dua peringatan tersebut.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 26 Jul 2024, 11:40 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2024, 11:40 WIB
Ilustrasi pantun, puisi
Ilustrasi pantun, puisi. (Image by vecstock on Freepik)

Liputan6.com, Yogyakarta - Hari Puisi Indonesia diperingati setiap 26 Juli. Peringatan ini berbeda dengan Hari Puisi Nasional yang jatuh pada 28 April.

Meski sama-sama bertujuan melestarikan karya tulis puisi, tetapi ada perbedaan antara keduanya. Latar belakang penetapan tanggal menjadi salah satu alasan hadirnya dua peringatan tersebut.

Hari Puisi Indonesia 26 Juli

Tanggal Hari Puisi Indonesia ditetapkan berdasarkan tanggal lahir penyair terkemuka Chairil Anwar. Pada 22 November 2012, sekitar 40 penyair dari seluruh Indonesia mendeklarasikan penetapan tanggal tersebut di Riau.

Adapun deklarasi teks penetapan Hari Puisi Indonesia dibacakan oleh Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri. Setelah ditetapkan, Yayasan Hari Puisi pun didirikan.

Melaii yayasan tersebut, Hari Puisi Indonesia terus mendapat dukungan agar tetap konsisten dan berkelanjutan. Peringatan ini juga kerap menjadi momen spesial untuk menggelar berbagai kegiatan yang bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada penyair maupun penulis Indonesia.

Hari Puisi Nasional 28 April

Berbeda dengan Hari Puisi Indonesia, Hari Puisi Nasional hadir pada 28 April setiap tahunnya. Meski demikian, peringatan ini juga berkaitan erat dengan Chairil Anwar.

Tanggal Hari Puisi Nasional 28 April merujuk pada tanggal wafatnya yang penyair yang dijuluki Si Binatang Jalang itu. Seperti diketahui, Chairil Anwar memang merupakan sosok yang berpengaruh dalam dunia sastra Indonesia.

Sepanjang hidupnya, Chairil Anwar telah menciptakan banyak karya. Beberapa karya populernya adalah Aku, Nisan, Buat Nyonya N, Aku Berkisar Antara Mereka, Derai-Derai Cemara, Aku Berada Kembali, dan masih banyak lagi.

Bahkan di sepanjang 1942-1949, Charil Anwar telah membuat 71 sajak asli, dua sajak saduran, sepuluh sajak terjemahan, enam prosa asli, dan empat prosa terjemahan. Atas konsistensi dan totalitasnya dalam menggeluti serta menghidupkan puisi di Indonesia, tanggal lahir dan wafat Chairil Anwar pun akhirnya menjadi latar belakang terbentuknya Hari Puisi Indonesia dan Hari Puisi Nasional.

(Resla)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya