Liputan6.com, Jakarta Bayangkan sekelompok kambing hidup di pulau terpencil tanpa sumber air tawar selama lebih dari dua abad—dan bukan hanya bertahan, tapi berkembang biak dengan sehat.
Itulah yang terjadi di Pulau Santa Bárbara, salah satu dari lima pulau vulkanik yang membentuk Kepulauan Abrolhos, sekitar 70 km dari pesisir Bahia, Brazil.
Advertisement
Baca Juga
Para ilmuwan meyakini bahwa kambing-kambing ini awalnya dibawa oleh para penjajah sebagai cadangan makanan, namun ditinggalkan saat kolonisasi gagal. Sejak itu, mereka hidup liar di pulau kecil yang dikenal kering, berangin, dan tanpa mata air.
Laporan sejarah mencatat kehadiran mereka selama lebih dari 250 tahun, sebuah keajaiban ekologis yang menantang logika. Namun, populasi kambing yang terus tumbuh akhirnya menjadi ancaman bagi ekosistem pulau.
Pada Maret lalu, 27 kambing terakhir di Santa Bárbara dipindahkan oleh Lembaga Konservasi Keanekaragaman Hayati Chico Mendes (ICMBio), untuk melindungi flora dan fauna endemik, termasuk tujuh spesies burung laut yang berkembang biak di sana.
Berikut ulasan lengkapnya yang dilansir Liputan6.com dari Odditycentral, Rabu (16/4/2025).
Kambing Ajaib: Hidup Tanpa Setetes Air
Selama bertahun-tahun mengamati, para peneliti tidak pernah sekalipun melihat kambing-kambing ini minum air. Hal ini memicu pertanyaan besar: bagaimana mereka bisa hidup?
Hipotesis pertama menyebut bahwa kambing-kambing ini mungkin telah beradaptasi untuk minum air laut, dan kemampuan ini diwariskan dari generasi ke generasi. Pendapat lain menyatakan bahwa mereka bertahan hidup dengan mengonsumsi beldorega, tanaman lokal dengan kandungan air tinggi yang tumbuh di pulau.
Terlepas dari bagaimana caranya, kambing-kambing ini tidak sekadar bertahan hidup. Menurut laporan ilmuwan, kebanyakan kelahiran adalah kelahiran kembar — sebuah tanda bahwa hewan-hewan ini dalam kondisi sehat dan bergizi cukup, meskipun hidup di lingkungan ekstrem.
Kepala Taman Nasional Laut Abrolhos, Erismar Rocha, menyatakan: "Kami yakin mereka mengembangkan kemampuan unik untuk bertahan hidup."
Advertisement
Harapan Baru dari Gen Kambing Tangguh
Alih-alih memusnahkan populasi kambing ini, para ilmuwan memilih untuk menyelamatkan dan meneliti mereka. Studi lanjutan terhadap kambing Santa Bárbara berpotensi membuka wawasan baru dalam dunia peternakan dan bioteknologi.
Harapannya, sifat tahan banting dan adaptasi ekstrem kambing-kambing ini bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan ras baru yang lebih tahan terhadap kondisi panas, kering, dan minim air.
Dalam konteks perubahan iklim dan kekeringan yang semakin parah di berbagai wilayah, termasuk timur laut Brazil, genetik kambing Santa Bárbara bisa menjadi kunci bagi pertanian dan peternakan masa depan.
Kini, setelah lebih dari dua abad menjadi legenda hidup di pulau terpencil, kisah mereka belum usai — justru baru dimulai di laboratorium, tempat rahasia daya tahan mereka akan coba dipecahkan.
