Tiongkok Blokir Produk Keamanan Symantec dan Kaspersky

Pemerintah Tiongkok melarang penggunaan produk keamanan dari perusahaan asing, Symantec dan Kaspersky.

oleh Andina Librianty diperbarui 04 Agu 2014, 18:28 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2014, 18:28 WIB
Produk Keamanan Symantec & Kaspersky Diblokir
Pemerintah Tiongkok melarang penggunaan produk keamanan dari perusahaan asing, Symantec dan Kaspersky.

Liputan6.com, Tiongkok - Pemerintah Tiongkok melarang penggunaan produk keamanan dari perusahaan asing, Symantec dan Kaspersky. Sebaliknya, kini hanya ada lima merek software keamanan yang disetujui dan semuanya berasal dari dalam negeri.

Dilansir Softpedia, Senin (4/8/2014), lima produk Tiongkok yang disetujui pemerintah setempat adalah Qihoo 360 Technology, Venustech, CAJinchen, Beijing Jiangmin, dan Rising. Langkah terbaru pemerintah ini diumumkan oleh surat kabar harian Tiongkok, People's Daily.

Pemblokiran ini dikabarkan berawal dari rencana investigasi terhadap berbagai produk TI utama oleh State Internet Information Officer Tiongkok yang diumumkan pada Mei 2014. Symantec sendiri adalah perusahaan Amerika Serikat (AS) dan Kaspersky berasal dari Rusia.

Lebih lanjut, People's Daily dalam laporannya mengungkapkan bahwa keputusan Tiongkok ini tidak terkait dengan laporan Edward Snowden mengenai program pengawasan massa National Security Agency (NSA), PRISM. Sebaliknya, langkah ini dinilai sebagai upaya pemerintah setempat untuk mempromosikan produk-produk TI domestik.

Keseriusan Tiongkok dalam mempromosikan produk lokal semakin kentara saat pemerintah mengganti Data Loss Prevention Product Symantec dengan produk domestik pada awal bulan ini. Alasannya karena perusahaan AS itu diduga menempatkan backdoor untuk mengumpulkan informasi.

Selain itu, semua agen keamanan publik dilarang menggunakan produk Symantec. Di sisi lain, juru bicara Kaspersky Alejandro Arango, mengatakan kepada Reuters bahwa pihaknya sedang melakukan penyelidikan dan berkomunikasi dengan otoritas Tiongkok untuk menyelesaikan masalah.

Pun demikian, kedua perusahaan keamanan kenamaan itu masih enggan berkomentar lebih lanjut.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya