Orangtua Perlu Waspadai Perilaku Anak di Internet

Anak-anak berusia 9-11 tahun mengaku bertemu secara langsung di kehidupan nyata dengan orang asing, yang sebelumnya ditemui di internet.

oleh Andina Librianty diperbarui 29 Nov 2014, 08:27 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2014, 08:27 WIB
Predator Anak Berkeliaran di Internet
Ilustrasi (villanuevajuancmpt109.blogspot.com/)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah survei nasional di Inggris yang melibatkan 1.214 anak sekolah, mengungkapkan data mengenai aktivitas online. Berdasarkan data itu, terungkap bahwa anak-anak bertemu secara langsung di kehidupan nyata dengan orang asing yang mereka temui di internet.

Dilansir Telegraph, Sabtu (29/11/2014), 18 persen dari anak-anak berusia 9-11 tahun bertemu langsung dengan orang asing, yang sebelumnya mereka temui di internet dan lebih dari setengahnya mengakui hanya seorang diri bertemu dengan orang tersebut. Game online atau media sosial dan layanan chatting online biasanya menjadi tempat awal pertemuan dengan orang asing. 

Mayoritas atau sekitar 47 persen dari responden mengaku berkenalan dengan orang asing yang mereka temui di dunia nyata, melalui game online, sedangkan di media sosial atau layanan chatting online sebesar 26 persen. 

Lebih lanjut, bagi anak-anak yang minta ditemani untuk bertemu dengan orang lain, sebesar 57 persen mengaku membawa teman atau teman-teman yang berusia di bawah 18 tahun. Hanya 38 persen membawa orangtua atau anggota keluarga yang sudah dewasa dan 14 persen minta ditemani oleh orang dewasa lain.

Survei juga mengungkapkan bahwa 16 persen responden yang mem-posting, mengirim, dan menerima gambar atau pesan, tidak ingin orangtua mereka tahu hal tersebut. Sebanyak 72 persen yang menerima gambar online mengganggu tidak memberitahu siapa pun. Satu dari lima responden mengaku berusia lebih dari 16 tahun di internet dan 13 persen mengaku berusia 26 tahun ke atas.

"Banyak orangtua akan kaget dengan material yang di-share oleh anak-anak mereka dan seberapa sering hubungan yang berawal di dunia maya berujung pada pertemuan di dunia nyata," jelas Tim Wilson, ketua relawan program Safe and Secure Online (ISC)2, yang menggelar survei ini.

Wilson mengingatkan pentingnya peran orangtua dan pengasuh untuk mengajak anak-anak berdialog secara jujur mengenai perilaku online. Sehingga anak-anak tidak perlu merasa malu atau takut kalau orang dewasa akan mengacaukan kegiatan online mereka.

"Orangtua juga harus lebih sadar akan bahaya online, sehingga mereka lebih aktif mengawasi penggunaan internet anak-anak," sambungnya.

Masih menurut survei, hampir seperempat responden mengatakan orangtua mereka tidak pernah memeriksa apa yang mereka lakukan di jejaring sosial dan sepertiga mengakses internet di rumah dari kamar tidur.

Para responden mengatakan bahwa mereka menerima sedikit pelajaran formal mengenai keamanan internet. Namun 31 persen responden mengaku tidak pernah mendapatkan pelajaran mengenai cara melindungi diri di ranah maya. (din/dew)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya