Jonathan Abrams, Pendiri Friendster yang Peduli Anak-anak

Tidak semua orang tahu mengenai siapa di balik jejaring sosial Friendster yang ditutup pada 2011 itu.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 16 Mar 2016, 20:35 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2016, 20:35 WIB
Mengenang Pertama Kali Mengenal Social Media
Aku mulai mengenal internet sejak SMP. Internet yang ku ingat dulu adalah 'Friendster'.

Liputan6.com, Jakarta - Jika bicara tentang situs pertemanan Friendster yang terkemuka di awal tahun 2000an, tentu banyak orang sempat menggunakan situs ini. Namun tidak semua orang tahu mengenai siapa di balik jejaring sosial yang ditutup pada 2011 itu.

Pendiri Friendster adalah seorang programer bernama Jonathan Abrams. Informasi yang didapatkan tim Tekno Liputan6.com dari profil pribadi Abrams di jejaring sosial profesional LinkedIn, sebelum mendirikan Friendster ia adalah lulusan Ilmu Komputer dari McMaster University yang berkuliah pada 1990-1995.

Setelah lulus, pria yang memiliki kepedulian pada dunia anak-anak, pendidikan, dan aksi sosial ini kemudian bekerja sebagai senior software engineer untuk Netscape selama dua tahun.

Kemudian, kurang dari satu tahun, ia bekerja di Bitfone yang bermarkas di Palo Alto. Pada perusahaan tersebut, ia berprofesi sebagai senior director of engineering.

Setelah berhenti bekerja di perusahaan milik orang lain, Abrams pun mengembangkan sebuah program yang akhirnya ia beri nama Friendster. Pria asal Kanada tersebut mendirikan Friendster pada 2002.

Di bawah kepemimpinannya sebagai CEO Friendster, jejaring sosial bikinannya itu sukses di penjuru dunia, termasuk di Asia Tenggara dan Indonesia. Bahkan dikabarkan, jumlah penggunanya pada 2008 tembus lebih dari 115 juta akun.

Pendiri Friendster adalah seorang programer bernama Jonathan Abrams. (Foto: Business Week).

Menilik kesuksesan situs pertemanan tersebut, raksasa mesin pencari Google pun sempat ingin membelinya. Kala itu, nilai yang ditawarkan adalah US$ 30 juta atau sekitar Rp 398 miliar jika dikonversikan ke kurs saat ini. Sayangnya, Google pun membatalkan akuisisi tersebut.

Meski begitu, menurut informasi dari laman Tech Crunch, Friendster tetap mendapatkan kucuran dana dari Kleiner, Perkins, Caufield & Byers serta BenchMark Capital dengan nilai US$ 53 juta atau setara dengan Rp 703 miliar.

Sayangnya, karena tidak bisa bertahan menghadapi kompetisi yang datang dari Facebook, di tahun 2006 Friendster mulai goyah dan tutup pada 2011.

Namun, sebelum Friendster terpuruk, pada 2005, Abrams telah berhenti dari jabatannya sebagai CEO yang kemudian digantikan oleh Tim Koogle. Abrams pun lantas melanjutkan karier dengan mendirikan sekaligus menjadi CEO Socializr hingga 2010.

Selanjutnya, ia menjadi pemilik Slide Nightclub sejak 2006 hingga saat ini. Tidak hanya itu, Abrams juga sempat menjadi Advisor di perusahaan bernama AngelList hingga kini.

Ingin melanjutkan kesuksesan di bidang teknologi, ia pun mendirikan jejaring sosial Nuzzel sekaligus menjadi CEO pada 2012 hingga saat ini. 

(Tin/Isk)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya