Liputan6.com, Jakarta - Spekulasi berakhirnya karier Rio Haryanto setelah finis urutan bontot pada GP Hongaria, Minggu (24/7/2016) malam ini berbanding terbalik dengan euforia netizen Indonesia pada Februari lalu.
Mengacu data NoLimit, perusahaan asal Bandung yang fokus pada analisis teknologi informasi untuk media sosial ini telah lebih jauh gegap gempita, seperti yang terjadi pada Februari lalu ketika Rio diumumkan menjadi pembalap Manor hingga saat ini.
Baca Juga
Sekiranya balapan semalam menjadi balapan terakhirnya, situasi sungguh kontras. Layu sebelum berkembang. Padahal saat pekan pertama Februari, publik bergairah dengan kabar Rio Haryanto menjadi pembalap Formula One (F1) Indonesia pertama.
Hal ini, menurut Aqsath Rasyid, CEO NoLimit, tergambarkan dari tren kicauan (buzz) maupun sentimen kicauan sepanjang Februari lalu. Baik dari kicauan yang ditulis langsung (opini) maupun sekedar meneruskan kicauan dari media (berita).
Konten negatif dari keduanya tak lebih dari 8 persen total kicauan kala itu yang puncaknya mencapai 28.729 tweet terkait Rio Haryanto pada pekan ketiga Februari 2016 dari seluruh pengguna Twitter di dunia.
"Demikian pula dengan tagar yang marak kala itu, yang seluruhnya menunjukkan optimisme masyarakat Indonesia atas keberhasilan Rio menembus ajang balapan jet darat paling bergengsi ini," ucapnya.
Kala itu, tagar teramai bertajuk kemandirian Rio yang menembus FI tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kini, dalam tempo lima bulan kemudian, nasib pebalap Solo ini bisa segera berakhir.
(Muhammad Sufyan/Ysl)
Advertisement