Mengintip Teknologi di Balik Restorasi 4K Film Tiga Dara

Penasaran seperti apa teknik restorasi dengan teknologi 4K yang dilakukan pada film legendaris Tiga Dara?

oleh Jeko I. R. diperbarui 22 Agu 2016, 19:15 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2016, 19:15 WIB
Tiga Dara karya Usmar Ismail
Tiga Dara karya Usmar Ismail

Liputan6.com, Jakarta - "Ini kisah Tiga Dara.. Tiga-tiga terpikat asmara.."

Ya, penggalan tersebut merupakan salah satu lirik dari lagu tema Tiga Dara yang mengisi film dengan judul yang sama. Sebagai informasi, film buatan Usmar Ismail yang dirilis pada 1957 silam itu kini kembali diputar di beberapa bioskop.

Perbedaannya, Tiga Dara 2016 diklaim telah direstorasi dengan teknologi 4K, sehingga kualitas gambar dan suara yang disajikan tampil tajam dan jernih. 

Bagi kamu yang kurang akrab dengan istilah restorasi 4K, Tekno Liputan6.com akan memberikan gambaran seperti apa teknologi tersebut. Pertama, 4K merupakan kualitas tertinggi video untuk saat ini dengan capaian resolusi horizontal hingga 4.000 piksel. Adapun restorasi merupakan teknik yang biasa digunakan untuk proses 'pemugaran' film baik dari sisi audio dan visual.

Awalnya restorasi film Tiga Dara merupakan salah satu inisiatif yang sempat dilakukan oleh pemerintah Belanda lewat EYE Museum Amsterdam pada 2011. Sayangnya, proses restorasi tertunda karena krisis ekonomi.

Sekarang, SA Films didapuk untuk bertanggung jawab merestorasi Tiga Dara. Dengan begitu, seluloid film yang tadinya ada di kota Amsterdam, Belanda, akhirnya kembali ke Indonesia.

Kepada Tekno Liputan6.com, Kenneth Hideki selaku publicist dari SA Films, mengatakan bahwa restorasi fisik seluloid film dilakukan lewat Laboratorium L’immagine Ritrovata di Bologna, Italia. Bahkan, proses ini melibatkan dua orang Indonesia untuk menangani proses restorasi, yakni dua film maker Lintang Gitomartoyo dan Lisabona Rahman.

Disebutkan Hideki, proses pertama yang harus dilakukan adalah melihat kondisi riil seluloid serta mencatat kerusakannya. "Setelah itu, kami rekam seperti apa kerusakan fisik maupun kimiawinya, apa ada yang robek atau tergores, atau apakah ada kristal debu yang muncul karena seluloid disimpan di negara tropis. Barulah diperbaiki kerusakan fisiknya dari materi secara manual," ujar Hideki memaparkan.

Mengintip Kisah di Balik Teknologi Restorasi 4K Film Tiga Dara

Film Tiga Dara karya H. Usmar Ismail. Foto: Wikipedia

Pada kesempatan yang sama, saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Yoki P Soufyan dari SA Films, mengungkapkan langkah lebih lanjut kala memperbaiki kerusakan fisik secara manual.

"Sidik jari, bekas lem, bekas tekukan, hingga serangga kecil yang menempel, kita bersihkan. Proses manual begitu melelahkan namun hasilnya harus sempurna," ujar Yoki.

Setelahnya, barulah mereka memanfaatkan restorasi digital dengan teknologi 4K. Kerusakan yang ada di setiap frame, kata Yoki, harus diperbaiki. "Ada 150.000 frame pada film yang memiliki durasi hampir dua jam ini. Total file film ini mencapai 12 terabyte dan harus diedit secara manual di Photoshop," tutur Yoki.

Cuplikan adegan Tiga Dara karya Usmar Ismail (1956)
Kini, film Tiga Dara bisa dinikmati dengan kualitas gambar jernih, tajam serta suara dengan detail tinggi dan bersih. Sekadar informasi, proses restorasi ini memakan biaya sebesar Rp 3 miliar dan waktu hampir 17 bulan. Tak sampai di situ, proses restorasi 4K ini pun diklaim sebagai hasil restorasi 4K pertama di Asia yang disiarkan ke publik.



(Jek/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya