Cubeacon Wakili Indonesia di Ajang Bergengsi ASEAN ICT Award 2016

Startup asal Surabaya di bidang Internet of Things, Cubeacon, mengikuti babak final ASEAN ICT Award (AICTA) 2016 di Myanmar.

oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diperbarui 27 Agu 2016, 18:18 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2016, 18:18 WIB
Suasana penjurian kategori Private Sector dari Asean ICT Award dengan presentasi dibawakan Global Business Partner Cubeacon, Girly Saputri, di Novotel Yangoon, Myanmar. (Sumber: Istimewa)
Suasana penjurian kategori Private Sector dari Asean ICT Award dengan presentasi dibawakan Global Business Partner Cubeacon, Girly Saputri, di Novotel Yangoon, Myanmar. (Sumber: Istimewa)

Liputan6.com, Bandung - Cubeacon, pemenang Indigo Appretince Award 2015, kembali meneruskan kiprahnya di kompetisi teknologi informasi komunikasi (TIK) level global.

Belum lama ini, startup asal Surabaya di bidang Internet of Things tersebut mengikuti babak final ASEAN ICT Award (AICTA) 2016 di Novotel Yangoon, Myanmar. Cubeacon bersaing dengan 17 peserta lainnya dari seluruh negara di Asia Tenggara. Pemenang akan diumumkan pada 24-25 November mendatang di Brunei Darussalam.

Girly Saputri, Global Business Partner Cubeacon mengatakan proses seleksi dimulai pengiriman proposal dan video pada Maret-Juni lalu. Dari Indonesia, ada 17 startup yang mengikuti dan terpilih satu-satunya adalah Cubeacon.

"Kami terpilih mewakili kategori Private Sector. Total ada enam kategori. Tiap kategori ada tiga peserta. Di kategori Private Sector, kami bersaing dengan peserta dari Singapura dan Thailand," ujar Girly kepada Tekno Liputan6.com melalui pesan instan dari Myanmar.

Diutarakan Girly, ia diberi kesempatan selama lebih dari 20 menit dalam presentasi penjurian meliputi set up alat tiga menit, paparan presentasi sepuluh menit, pertanyaan juri lima menit, dan closing tiga menit.

Penjurian kemarin, menurut Girly, berlangsung ketat dan setara ketika Cubeacon mengikuti Asia Pasific ICT Award (Apicta) 2015 di Sri Lanka. Bahkan, dari sisi jumlah, dewan juri kali ini lebih banyak sekalipun pertanyaan dari juri kemarin hanya ada lima.

"Ada sembilan juri dari sembilan negara ASEAN. Nilai dari mereka nanti diberikan kepada Telsom (Telecommunication Senior Official Meeting, red.) Leader. Telsom ini perwakilan (Kementerian, red.) Kominfo tiap negara ASEAN. Nah, nilai dari juri diberikan ke mereka, tapi nanti yang ambil keputusan siapa pemenang itu Telsom Leader," tutur Girly.

Cubeacon, perangkat pemancar iBeacon produksi PT Eyro Digital Teknologi, Surabaya. (Sumber: Istimewa)
Situasi ini dirasakan lebih rumit dari penilaian Apicta karena keputusan sepenuhnya ada di juri dan representasi negara bersifat netral. Sebagai ajang representasi Kementerian Kominfo di Asia Tenggara, keputusan melibatkan proses dari tiap negara.

Pun demikian, menurut Girly, Cubeacon optimistis bisa mencetak prestasi ketika keputusan juri kelak diumumkan pada akhir November. Bukan apa-apa, Cubeacon melihat mayoritas juri menyetujui dampak besar dari perangkat keras dan aplikasi yang mereka kembangkan.

"Saat presentasi, kami tekankan impact temuan kami. Karena itu tadi, yang ambil keputusan kan Telsom Leader, jadi kami tak terlalu tekankan teknis ke dewan juri, namun terus sampaikan bagaimana Cubeacon bermanfaat bagi kehidupan," kata Girly optimistis.

Girly berujar, beberapa juri bahkan sampai mengulik piranti keras berbentuk kubus yang ia bawa saat pitching. Sebagian lainnya mengangguk setuju dengan konten presentasi terkait manfaat implementasi IoT yang dibuat anak muda Surabaya ini.

Pada penjurian ini, CEO Cubeacon Tiyo Avianto sendiri berhalangan hadir. Namun rencananya Tiyo akan ikut pada acara pengumuman di Brunei Darussalam nanti. Apalagi, Sekjen Menkominfo Republik Indonesia juga dijadwalkan akan mewakili Indonesia dalam helatan puncak tersebut.

(Msu/Why)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya