Angkatan Darat AS Gunakan Pelontar Granat Buatan 3D-Printer

Angkatan Darat AS baru-baru ini menggunakan 3D-Printer untuk membuat pelontar granat.

oleh M Hidayat diperbarui 12 Mar 2017, 20:30 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2017, 20:30 WIB
Pelontar Granat Buatan 3D-Printer. Kredit: U.S. Army Acquisition Support Center
Pelontar Granat Buatan 3D-Printer. Kredit: U.S. Army Acquisition Support Center

Liputan6.com, Jakarta - Angkatan Darat AS baru-baru ini menggunakan 3D-Printer untuk membuat pelontar granat. Bahkan, pelontar granat ini juga menembakkan granat yang dibuat di 3D-Printer.

Mengutip Popular Mechanics, Minggu (12/3/2017), pelontar granat bernama Rapid Additively Manufactured Ballistics Ordnance (R.A.M.B.O) ini merupakan versi modifikasi dari M203, dengan sebuah shoulder stock dan pistol grip. R.A.M.B.O. terdiri dari 50 bagian terpisah, dan semua bagian itu, kecuali per dan pengencang, dibuat di 3D-Printer.

Proses cetak barel dan receiver pelontar granat ini memakan waktu sekitar 70 jam dan kemudian diperlukan waktu 5 jam untuk tahap final pascacetak. Selain pelontar granat, granatnya pun dibuat menggunakan 3D-Printer.

Untuk diketahi, pelontar granat dan granat ini diuji pada bulan Oktober 2016 lalu dan hasilnya, keduanya menunjukkan degradasi nol setelah 15 tembakan.

Insinyur militer yang terlibat menyempurnakan salah satu kelemahan dari granat ini. Versi awal granat tersebut mengalami retak di bagian case aluminium. Untuk memperbaikinya, insinyur hanya perlu mengubah setelan di perangkat lunak 3D-Printer yang ia gunakan, lalu membuat dinding case itu lebih tebal.

Diwartakan sebelumnya, 3D-Printer juga dapat digunakan untuk membangun rumah hanya dalam waktu satu hari.

Untuk membangun rumah tersebut, perusahaan 3D-Printing asal Amerika Serikat, Apis Cor, menggunakan 3D-Printer berbentuk crane yang dapat dipindahkan dengan mudah. 3D-Printer ini juga memiliki sistem kerja yang berbeda mesin kebanyakan, sebab mesin ini dapat membangun rumah langsung dari awal.

Sebagai informasi, kebanyakan 3D-Printer biasanya akan mencetak bagian-bagian rumah terlebih dulu secara terpisah. Setelah itu, baru bagian-bagian tersebut dirakit menjadi satu rumah. Karenanya, sistem yang diperkenalkan Apis Cor ini terbilang baru. Biaya yang diperlukan untuk membangun sebuah rumah pun terbilang terjangkau.

Perusahaan berbasis di San Fransisco ini mengungkap biaya yang diperlukan untuk membangun sebuah rumah dengan luas 36 meter persegi sekitar US$ 10.134 atau Rp 135 juta. Rencananya, rumah buatan 3D-Printer ini dapat digunakan untuk membantu rumah korban bencana alam yang rusak. Selain itu, rumah ini dapat dipakai di sejumlah wilayah-wilayah tertentu yang mengalami krisis tempat tinggal.

(Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya