Startup Lokal Masih Punya Banyak 'PR' untuk Berinovasi

Pelaku startup Tanah Air dianggap masih punya sejumlah tantangan, seperti 'budaya' dalam berinovasi.

oleh Jeko I. R. diperbarui 16 Mar 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2017, 18:00 WIB
Google
Borrys Hasian, Google Expert UI/UX (User Interface Design) saat ditemui Tekno Liputan6.com usai acara Google Launchpad Accelerator ke-3, di The Hooq Jakarta, Kamis (16/3/2017). (Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza)

Liputan6.com, Jakarta - Startup lokal ternyata perlu memaksimalkan potensi agar bisa berkompetisi dengan startup asing. Hal tersebut disampaikan oleh Borrys Hasian, Google Expert UI/UX (User Interface Design) saat ditemui Tekno Liputan6.com usai acara Google Launchpad Accelerator ke-3, di The Hooq Jakarta, Kamis (16/3/2017).

Saat Borrys menemani ke-6 startup lokal mengikuti pelatihan intensif selama 2 minggu di San Francisco, California, pelaku startup Tanah Air dianggap masih punya sejumlah tantangan, seperti 'budaya' dalam berinovasi.

"Startup di luar (negeri) itu sudah punya mindset berinovasi menciptakan strategi yang baik. Nah kalau saya lihat tantangan besar yang masih dimiliki (startup) kita itu mereka bisa meng-copy service, tapi bisa menciptakan strategi dari service yang dibuat. Ini menurut saya yang harus di-improve," kata Borrys.

Sebagai seorang mentor, ia berharap pelaku startup Indonesia kelak bisa menjadi orang-orang yang kerap berbagi. Khususnya bagi lulusan Google Launchpad Accelerator, ia optimistis 20 startup yang telah mengikuti program ini memiliki keinginan untuk berbagi ide agar terus berinovasi dan tidak stuck dalam satu fase saja.

Selain itu, Borrys menilai pelaku startup di Indonesia punya karakteristik yang terbilang 'unik' ketimbang negara-negara lain. "Secara culture mereka ini adalah orang-orang yang sulit bertanya, itu awalnya ya. Mengingat Launchpad Accelerator itu punya jadwal yang padat selama 2 minggu, mereka harus mengikuti pace dan berbaur seiring waktu berjalan," jelasnya ia.

Pelaku startup yang mengikuti Launchpad Accelerator memang memiliki jadwal yang padat. Dipaparkan Borrys, mereka harus bangun pagi dan mengikuti rangkaian sesi yang dibawakan mentor yang berbeda dalam setiap jam. Mentor yang menemani mereka tak hanya berasal dari Indonesia, tetapi juga dari luar termasuk Silicon Valley.

Batch ke-3 juga diklaim memiliki perbedaan dengan batch pertama dan ke-2. Terlebih dalam sisi rekrutmen dan sistem pelatihan. Dalam batch pertama, 8 startup yang ikut program masih sepenuhnya belum memiliki konsep yang 'matang'.

"Masih ada 1 atau 2 startup (batch pertama) yang masih dalam fase ideation, bahkan idenya belum proven saat itu," papar CEO Circle UX ini.

"Selain itu, sistem pelatihan yang Google buat juga lebih ketat dan di batch ke-3 itu ada targetnya. Dari sisi mentor dan kualitas tentu meningkat setiap batch, apalagi sekarang kami fokus ke QR dan Design Sprint," lanjutnya.

Secara kemampuan, pelaku startup Indonesia dinilai tak kalah dengan negara-negara lain. Hal inilah yang menurutnya dapat menggerus semangat pelaku startup untuk terus mengeluarkan ide-ide brilian setelah mengikuti Launchpad Accelerator.

Sekadar informasi, 6 startup 'lulusan' Launchpad Accelerator ke-3 meliputi Snapcart, Qlue, iGrow, Jurnal, Ruma dan Picmix.

Selain 6 startup Indonesia, Launchpad Accelerator juga diikuti oleh para pengembang dari Brasil, India, Meksiko, Argentina, Kolombia, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Google memastikan akan meneruskan batch ke-4 Launchpad Accelerator. Pendaftaran program Launchpad Accelerator keempat akan dibuka hingga 24 April 2017.

(Jek/Cas)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya