2 Pemuda Indonesia Dirikan Startup Kehutanan di Jepang, Jembatani Peluang Kerja Lintas Negara

Viko Gara dan Aril Aditian mendirikan startup kehutanan bernama Nosuta di Fukuoka, Jepang, melalui program Startup Visa yang difasilitasi Pemerintah Kota Fukuoka.

oleh Iskandar Diperbarui 03 Apr 2025, 10:19 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2025, 10:00 WIB
Pendiri startup kehutanan Nosuta di Jepang, Viko Gara dan Aril Aditian. Credit: Nosuta
Pendiri startup kehutanan Nosuta di Jepang, Viko Gara dan Aril Aditian. Credit: Nosuta... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Dua profesional muda asal Indonesia, Viko Gara dan Aril Aditian, membuktikan kolaborasi lintas negara mampu membuka peluang baru di sektor kehutanan.

Keduanya mendirikan perusahaan rintisan (startup) bernama Nosuta di Fukuoka, Jepang, melalui program Startup Visa yang difasilitasi Pemerintah Kota Fukuoka.

Nosuta hadir untuk menjembatani mahasiswa kehutanan Indonesia dengan peluang kerja di industri kehutanan Jepang yang tengah mengalami kekurangan tenaga ahli.

Sebelum mendirikan Nosuta, Viko dan Aril memiliki rekam jejak sukses dalam membangun usaha rintisan di Indonesia, termasuk pengembangan aplikasi uang elektronik yang meraih lebih dari 5 juta pengguna dan dinobatkan sebagai Google Play App of the Year 2022 kategori everyday essentials.

"Selama 10 tahun terakhir, kami mempelajari cara menemukan product-market-fit di berbagai industri, termasuk finansial, travel, hospitality, dan teknologi," ungkap Viko selaku CEO dan Co-founder Nosuta, dikutip Kamis (3/4/2025).

"Kini, melalui Nosuta, kami memadukan latar belakang pendidikan kehutanan dengan pengalaman venture building untuk menjawab tantangan di sektor kehutanan Jepang," ia memaparkan

Data menunjukkan, industri kehutanan Jepang membutuhkan sekitar 20.000 tenaga kerja terampil. Sementara itu, Indonesia meluluskan sekitar 9.000 sarjana kehutanan setiap tahun, yang sebagian besar masih mencari pekerjaan.

Nosuta berupaya mempertemukan kebutuhan industri kehutanan Jepang dengan potensi talenta muda Indonesia.

"Kami yakin kolaborasi ini akan memberi manfaat bagi kedua belah pihak: perusahaan kehutanan Jepang memperoleh talenta muda kompeten, sementara mahasiswa Indonesia mendapat peluang karier internasional," lanjut Viko.

 

Adopsi Konsep Operator Universitas Virtual

Nosuta mengusung konsep "Operator Universitas Virtual" dengan kurikulum satu tahun bagi mahasiswa kehutanan tingkat akhir.

Program ini telah diujicobakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan mendapat sambutan positif. Kurikulum mencakup pelatihan praktis pengelolaan hutan di Jepang, pelatihan bahasa intensif, dan akses langsung ke perusahaan kehutanan Jepang.

"Sebagai institusi pendidikan, kami ingin mahasiswa kami siap memasuki dunia kerja internasional. Kerja sama dengan Nosuta memberikan jalur karier yang jelas," ujar Kepala Departemen Kehutanan UMM, Galit Prakosa.

 

Kebutuhan Pengelolaan Hutan Terus Meningkat di Jepang

Jumlah tenaga kerja kehutanan di Jepang pada 2022 tersisa sekitar 42.000 orang, atau sepertiga dari era 1980-an.

Sementara itu, kebutuhan pengelolaan hutan meningkat karena 64% hutan tanaman di Jepang telah berusia 50 tahun ke atas.

Melalui program Startup Visa dan dukungan Pemerintah Kota Fukuoka, Nosuta mendapat pendampingan dari tim Global Business Support di Fukuoka Growth Next.

Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang. (Liputan6.com/Triyasni)

Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang
Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang. (Liputan6.com/Triyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya