Telkom Tak Ingin Terburu-buru Klaim Asuransi Satelit Telkom 1

Selain ingin fokus menyelesaikan recovery layanan, Telkom menilai klaim asuransi biasanya memakan waktu cukup lama.

oleh Andina Librianty diperbarui 30 Agu 2017, 16:15 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2017, 16:15 WIB
Satelit Telkom
Stasiun Pengendali Utama Satelit Telkom di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. (Liputan6.com/Corry Anestia)

Liputan6.com, Jakarta - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) mengaku tak ingin terburu-buru mengurus klaim asuransi satelit Telkom 1. Satelit tersebut diasuransikan ke Jasindo, perusahaan asuransi dalam negeri yang memiliki rekam jejak kuat di sektor satelit.

Menurut Direktur Utama Telkom, Alex J Sinaga, saat ini Telkom berfokus memulihkan layanan satelit Telkom 1 yang direncanakan rampung pada 10 September 2017. Belum lagi klaim asuransi biasanya memakan waktu cukup lama.

"Untuk klaim asuransi kami tidak ingin terburu-buru karena fokus kami saat ini adalah mengurus layanan untuk pelanggan terlebih dahulu," tutur Alex saat ditemui di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Rabu (30/8/2017).

Sehubungan dengan gangguan yang terjadi pada layanan satelit Telkom 1, Telkom memaksimalkan proses migrasi pelanggan Telkom 1 ke satelit Telkom 2, satelit Telkom 3S, dan satelit lainnya.

Upaya tersebut dilakukan untuk mempercepat pemulihan layanan kepada pelanggan dan masyarakat dengan mengerahkan seluruh sumber daya operasional Telkom Grup di seluruh Indonesia yang terdiri dari internal Telkom, anak perusahaan, dan mitra terkait.

Hasil terkini dari investigasi yang dilakukan Telkom dan pabrikan satelit Telkom 1, Lockheed Martin, menyatakan satelit tersebut tidak dapat dioperasikan kembali. Berdasarkan hasil analisis, satelit tidak berfungsi normal, sehingga Lockheed Martin merekomendasikan agar satelit Telkom 1 dimatikan (shut down)untuk menghindari interfensi dengan satelit lain.

Sampai saat ini belum diketahui penyebab terjadinya anomali pada satelit Telkom 1. Padahal berdasarkan hasil asessment dengan Lockheed Martin pada 2014 dan 2016, satelit tersebut dinyatakan dalam kondisi baik dan dapat beroperasi normal dengan kecukupan bahan bakar hingga beberapa tahun ke depan atau sekurang-kurangnya hingga 2019.

"Koordinasi yang kita lakukan sama seperti yang seharusnya dilalukan semua operator satelit. Sampai saat ini penyebabnya masih didalami, baik di Telkom atau pabrikan pembuatnya," tutur Alex.

(Din/Cas)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya