Sulitnya Bisa Bekerja di Google

Seorang mantan karyawan Google menceritakan sedikit pengalamannya saat bekerja sebagai tim talent channels specialist.

oleh Andina Librianty diperbarui 20 Okt 2017, 06:30 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2017, 06:30 WIB
Google doodle
Google merayakan ulang tahun ke-107 S Chandrasekhar dalam Google Doodle, siapakah dia? (Doc. Google Doodle)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan karyawan Human Resource Development (HRD) Google, Grand Lindsley, membagikan pengalamannya selama dua tahun sebagai "talent channels specialist" dalam sebuah tulisan di Washington Post.

Salah satu yang menarik dari tulisannya, tentang kecil kemungkinan orang-orang yang mendapat tawaran kerja di LinkedIn berhasil lolos proses perekrutan.

Dikutip dari Business Insider, Jumat (20/10/2017), para karyawan HRD Google menggunakan sebuah software bernama TextExpander untuk menyalin pesan yang sama dan mengirimkannya kepada calon karyawan.

Program TextExpander menampilkan template email berisi salam pembuka, tautan soal deskripsi pekerjaan dan sejumlah pertanyaan

Lindsley mengirim ratusan pesan setiap pekan, yang sebagian besar pada akhirnya tidak berhasil lolos seleksi. Menurut Lindsley, untuk bisa bekerja di Google jauh lebih sulit dibandingkan bisa kuliah di Harvard University.

"Saya menjelajahi LinkedIn untuk mendapatkan engineer dengan keahlian khusus dan mengirim ratusan pesan setiap pekan. Kandidat beruntung yang sedikit jumlahnya akan pindah dari satu pekerjaan teknologi dengan bayaran tinggi ke yang lainnya," tulis Lindsley.

Google selama ini memang dikenal sebagai salah satu perusahaan paling bergensi di dunia dengan gaji yang cukup tinggi.

Raksasa mesin pencari ini juga termasuk salah satu perusahaan teknologi sukses, dan saat ini sedang berusaha meningkatkan keberagaman gender dan ras para karyawannya.

(Din/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya