Liputan6.com, Jakarta - Semua pengguna smartphone pasti tahu, dengan teknologi GPS, smartphone bisa melacak setiap pergerakan dan lokasi pengguna. Namun tentunya fitur GPS perlu diaktifkan agar smartphone bisa melacak lokasi.
Saat fitur lokasi dinonaktifkan, sistem operasi (OS) dan aplikasi smartphone tentu tidak akan bisa melacak keberadaan pengguna. Sayangnya, hal ini tidak berlaku pada Android.
Advertisement
Baca Juga
Belakangan diketahui bahwa Google tetap melacak keberadaan pengguna meski pengguna mematikan fitur lokasi, baik saat mereka menggunakan koneksi WiFi atau pun mencabut kartu SIM dari perangkat.
Mengutip laman BGR, Sabtu (25/11/2017), kabarnya Google telah melacak lokasi pengguna selama setahun terakhir, yakni sejak awal 2017. Setelah kedapatan melakukan hal tersebut, raksasa internet Amerika Serikat itu menyatakan akan berhenti melacak lokasi pengguna.
Mulanya, kebiasaan Google melacak lokasi pengguna ini diketahui oleh Quartz. Saat dikonfirmasi, Google pun memberi jawaban.
"Pada Januari 2017, kami menggunakan kode identitas seluler (Cell ID) sebagai sinyal tambahan guna meningkatkan kecepatan dan kinerja pengiriman pesan," kata seorang juru bicara Google dalam pernyataannya.
Bantah Jual Data ke Pihak Ketiga
Juru bicara tersebut juga menambahkan, "Namun, kami tidak pernah memasukkan Cell ID ke dalam sistem sinkronisasi jaringan kami, sehingga data-data (lokasi pengguna) yang terkumpul segera dihapus. Kami pun memperbaruinya agar tidak lagi meminta Cell ID," tulis Google.
Sayangnya selama setahun melakukan praktik itu, BGR menyebut Google tidak menginformasikannya kepada para pengguna. Padahal, CEO Google Sundar Pichai mengatakan, perusahaan melakukan berbagai hal untuk meningkatkan privasi pengguna.
Sayangnya, tidak dijelaskan secara rinci mengenai cara kerja penggunaan data lokasi bisa membantu mempercepat pengiriman pesan. Tentunya pengguna yang tidak ingin lokasinya diketahui orang lain mungkin merasa apa yang dilakukan Google sangat tidak nyaman.
Mengutip Quartz, meskipun data lokasi yang dikirimkan kepada Google terenkripsi, data tersebut berpotensi dikirimkan ke pihak ketiga jika smartphone diretas.
Google menyebut, data lokasi data yang dikumpulkan memang tidak dibagikan kepada pihak lain dan kemungkinan hal tersebut benar adanya. Kendati demikian, tentu mengumpulkan data lokasi pengguna bukanlah hal yang bisa dibenarkan.
Quartz menyebut, data pribadi pengguna, mulai dari pandangan politik, riwayat belanja, hingga lokasi pengguna dapat digunakan untuk membantu iklan tertarget seperti yang dilakukan oleh Facebook dan Alphabet. Sekadar diketahui, nilai iklan tertaget kini diprediksi mencapai US$ 1,2 triliun atau sekitar Rp 16.216 triliun.
(Tin/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement