Waspada, Pelaku Bisnis Jadi Sasaran Empuk Serangan Siber

Dunia teknologi tidak hanya menawarkan kemudahan, ada bahaya yang mengintai dan dapat memberi kerugian

oleh Tommy K. Rony diperbarui 27 Feb 2018, 07:30 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2018, 07:30 WIB
Hacker
Hacker (wired.com)

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan dunia siber memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pelaku bisnis untuk mengubah nasib mereka.

Namun, yang harus diingat,ada juga orang-orang jahat yang gencar memakai teknologi untuk melakukan tindakan kriminal. Mirrisnya, oknum-oknum tersebut kerap menyasar pelaku bisnis.

Data terbaru menunjukan ada 7,3 triliun permintaan botnet yang mencoba menerobos kredensial pengguna, yakni ingin mengambil alih dan menyalahgunakan data pribadi.

Bisa dibayangkan bahaya bila identitas yang dicuri dimiliki oleh pelaku bisnis yang menggantungkan usahanya pada teknologi.

Dari angka 7,3 triliun tersebut, 40 persen memiliki niat jahat atau kejahatan siber, demikian menurut laporan dari Akamai yang diterima Tekno Liputan6.com, Selasa (27/2/2018).

Akamai yang memiliki spesialisasi di bidang jaringan internet, juga menyatakan dunia bisnis mengalami kerugian hampir sebesar Rp 37 miliar tiap tahunnya akibat tindak kejahatan siber.

Pertahanan Siber di Indonesia

Djoko Setiadi, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Liputan6.com/Andina Librianty
Djoko Setiadi, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Liputan6.com/Andina Librianty

Untuk urusan keamanan siber Tanah Air, di Indonesia sendiri telah dibentuk Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang bertugas mendeteksi dan mencegah kejahatan siber dengan menjaga keamanan secara efektif dan efisien.

Nantinya, BSSN akan memanfaatkan, mengembangkan, dan mengonsolidasikan semua unsur yang terkait dengan keamanan siber.

Tugas tersebut juga diarahkan pada pembangunan lingkungan (ekosistem) siber Indonesia yang tahan dan aman. BSSN juga menjadi penyelenggara dan pembina tunggal persandian negara dalam menjamin keamanan informasi berklarifikasi milik pemerintah atau negara.

Karena itu, BSSN bukan merupakan lembaga baru yang dibentuk pemerintah, melainkan revitalisasi Lembaga Sandi Negara dengan tambahan Direktorat Keamanan Informasi, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Melalui terbentuknya lembaga ini, BSSN akan melaksanakan seluruh tugas dan fungsi di bidang persandian termasuk seluruh tugas dan fungsi di bidang keamanan informasi, pengamanan jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet, dan keamanan jaringan termasuk infrastruktur telekomunikasi.

Butuh Signifikan untuk Melawan Serangan Digital

Hacker Ukraina Bombardir Situs NATO
Ilustrasi (reuters.com)

Pertengahan Januari 2018, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sempat membahas anggaran dengan DPR RI. Nantinya anggaran tersebut dipakai dalam penanganan maraknya serangan siber di dunia maya di Tanah Air.

"Ini yang akan kita ajukan nanti baru 16 Januari. Nanti kita akan diundang oleh DPR, oleh Komisi I," kata Kepala BSSN Mayjen (Purn) TNI Djoko Setiadi di Auditorium dr Roebiono Kertopati, Gedung A BSSN, Jalan Harsono RM Nomor 70, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (5/1 /2018).

Adapun nilai anggaran yang dibutuhkan BSSN, kata dia, nilainya bisa mencapai Rp 2 triliun.

"Ya, mungkin dua atau dua plus (Rp 2 triliun)," ucap mantan Kepala Lembaga Sandi Negara itu.

Walau hingga saat ini BSSN belum secara resmi memiliki anggaran sendiri, tapi lembaga pimpinan Djoko itu memiliki target, dunia siber Indonesia bisa aman pada 2019 mendatang. Terlebih, saat itu masuk masa Pilpres 2019.

Djoko juga menargetkan BSSN bekerja secara maksimal dan efektif pada tahun ini.

"Akhir tahun ini (bisa bekerja maksimal) jadi 2019 sudah benar-benar secure, satu tahun ini (bisa bekerja maksimal). Sedang kami susun (teknis kerjanya), " kata Djoko.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya