Hari Tanpa Bayangan Bakal Berlangsung di Indonesia 21 Maret

Pada Rabu, 21 Maret 2018, Indonesia akan mengalami fenomena Hari Tanpa Bayangan. Apa itu?

oleh Jeko I. R. diperbarui 16 Mar 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2018, 16:00 WIB
Sambut Energi Matahari, Meksiko Menggelar Equinox
Pengunjung mengangkat tangan mereka untuk menerima energi matahari saat merayakan equinox musim semi di situs arkeologi Teotihuacan, Meksiko (21/3). (AP Photo/Rebecca Blackwell)

Liputan6.com, Jakarta - Pada Rabu, 21 Maret 2018, Indonesia akan kedapatan fenomena alam langka. Fenomena yang dimaksud adalah peristiwa di mana Matahari akan ada di atas garis ekuator (khatulistiwa).

Dampaknya, Indonesia pada siang hari tidak akan memiliki bayangan tanpa sekali. Maka itu, hari itu kelak dinamai "Hari Tanpa Bayangan".

Perlu dicatat, tidak semua wilayah di Indonesia akan kehilangan bayangan pada 21 Maret nanti. Pasalnya, Matahari akan ada di garis khatulistiwa dan tentu cuma beberapa tempat di Indonesia yang dilewati garis tersebut.

"Peristiwa ini disebut hari nirbayangan atau Hari Tanpa Bayangan. Kejadiannya bisa dua kali setahun. Kalau tahun ini 21 Maret dan 23 September 2018," ujar Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Jasyanto, dalam keterangan tertulis yang Tekno Liputan6.com kutip pada Jumat (16/3/2018).

Jasyanto menjelaskan, peristiwa tersebut bisa terjadi lantaran Bumi mengitari Matahari pada jarak 150 juta kilometer dalam periode 365 hari. Garis edar Bumi yang berbentuk lonjong, membuatnya bergerak lebih cepat dan kadang bisa bergerak lebih lambat.

Sementara, bidang edar dari Bumi disebut sebagai bidang ekliptika. Bidangnya miring 23,4 derajat ke bidang ekuator.

Dengan demikian, Matahari akan tampak di atas belahan Bumi selatan selama sekitar setengah tahun, dan akan berada di atas belahan Bumi selatan dalam setengah tahun sisanya.

"Perubahan posisi tampak Matahari ini menyebabkan perubahan musim, misalnya empat musim di wilayah subtropis dan musim kering-basah di Indonesia," paparnya.

Vernal Equinox

Sambut Energi Matahari, Meksiko Menggelar Equinox
Pengunjung merayakan equinox musim semi diatas Piramida Matahari di situs arkeologi Teotihuacan, Meksiko (21/3). Fenomena equinox merupakan peristiwa ketika matahari tepat berada di atas khatulistiwa. (AP Photo/Rebecca Blackwell)

LAPAN sendiri mengungkap kalau pada 20 Maret 2018 nanti, tepatnya pukul 23.15, Matahari akan berada di atas ekuator.

Secara ilmiah, peristiwa tersebut disebut dengan julukan Vernal Equinox (vernus yang artinya musim semi, equus yang artiya sama, dan noct yang artinya malam). Pasalnya, pada hari itu, durasi siang dan malam di seluruh dunia akan berjalan sama, yakni 12 jam.

Wilayah ekuator Indonesia misalnya di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Matahari nanti akan berada di atas kepala pada siang hari, sehingga tugu tegak akan jelas terlihat tanpa bayangan.

Dan pada 21 Maret 2018, Matahari akan mencapai titik puncak pada pukul 11.50 WIB. Titik tersebut dinamai titik kulminasi.

Setelahnya, Matahari akan turun hingga terbenam di titik berat pada enam jam kemudian. Jasyanto meyakini, peristiwa ini akan kembali terjadi pada Autumnal Equinox pada 23 September 2018.

Tak Cuma di Pontianak

Equinox
Tak hanya equinox, fenomena alam kulminasi matahari yang menyebabkan bayangan menghilang juga terjadi di Tugu Khatulistiwa. (Liputan6.com/Raden AMP)

Pada hakikatnya, Jasyanto mengungkap kalau Hari Tanpa Bayangan tak cuma terjadi di Pontianak atau kota-kota lain yang dilewati garis ekuator.

Kota-kota yang lokasinya ada di antara 23,4 Lintang Selatan dan 23,4 Lintang Utara, kemungkinan akan mengalami peristiwa serupa.

LAPAN sendiri akan menghelat Festival Hari Nir Bayangan di Pontianak pada 21 Maret nanti. Festival akan berlangsung hingga 23 Maret 2017. Adapun jenis kegiatan yang dilakukan seperti pergelaran planetarium mini, pameran, dan kuliah singkat.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya