Kisah Pelapak yang Pasarkan Hasil Kerajinan Karya Difabel

Terdorong oleh semangat hidup para pengrajin difabel, seorang pelapak asal Pontianak memasarkan hasil kerajinan mereka di Bukalapak.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Mar 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2018, 17:00 WIB
Bukalapak
Hasil karya pengrajin difabel yang Hery jual di akun Bukalapak miliknya. Liputan6.com/ Tommy Kurnia

Liputan6.com, Pontianak - Seorang pelapak dari Pontianak memasarkan produk yang memiliki value berbeda dari pebisnis online lainnya. Adalah Hery, seorang pelapak asal Pontianak yang memasarkan hasil kerajinan dari kaum difabel.

Kegigihan yang ia saksikan di kalangan kaum difabel membuat pria kelahiran asli Pontianak ini terdorong untuk memberikan kontribusi lewat lapak online yang ia kelola.

"Walau kondisi mereka begitu, mereka punya semangat hidup. Jadi tidak ngemis, mereka galang dananya dengan bikin-bikin kerajinan kayak gini," ujar Hery saat ditemui di kediamannya di Pontianak baru-baru ini.

"Kadang mereka butuh dana atau biaya hidup, jadi nawarin hasil karya mereka. Saya beli, lalu bantu menjualnya lewat situs online. Ini untuk membantu perekonomian mereka juga," ucap ayah dua anak yang juga aktif sebagai pelatih taekwondo.

Alhasil, hasil kerajinan manik-manik karya kaum difabel asal Makassar ia perkenalkan dan pasarkan ke melalui akunnya @hery_angel di Bukalapak.

Harus diakui, kerajinan buatan kaum difabel amatlah menarik mata dan cocok menjadi cinderamata. Di antaranya, ada manik-manik berbentuk hati, sampai bentuk anjing lucu yang tentunya memiliki tingkat kesulitan lebih dalam proses pembuatannya.

Di era yang serba online seperti sekarang, kaum difabel juga seyogyanya jangan sampai tertinggal.

Inilah mengapa aksi yang dilakukan Hery patut diacungi jempol, sebab kaum difabel memiliki potensi seni dan ekonomi yang patut diberdayakan. Selain itu, ia juga sering berbagi ilmu sebagai pelapak untuk membantu kehidupan orang lain yang kurang beruntung.

Karena itu, ia tidak segan-segan menggunakan akun di Bukalapak miliknya, sebagai tempat jualan karya-karya unik dan khas asal Pontianak. 

 

 

Hobi Mencari Produk dengan Nilai Lebih

Pelapak asal Pontianak yang memasarkan produk hasil karya pengrajin difabel. Liputan6.com/ Tommy Kurnia

Hery tertarik pada produk-produk yang unik, bukan hanya unik dari segi rupa, melainkan unik dari segi proses.

Salah satu produk yang memiliki nilai lebih adalah kerajinan tenun ikat Sintang dari Dayak Sintang. Diketahui, butuh waktu delapan jam perjalanan darat dari Pontianak untuk sampai ke daerah mereka.

"Ada kelompok kerja dari ibu-ibu di sana, setelah selesai berladang mereka nganggur. Sembari menunggu panen, mereka bikin kerajinan tenun ini. Selain dijual di pasar lokal, hasil karya tenun ini juga dikirim ke Belanda oleh Romo yang ada di daerah itu."

Hery berhasil mendapat kesempatan untuk memasok langsung produk tersebut dari para pengrajin asli ketika ia berkunjung ke perayaan Gawai Dayak.

Ada pula aksesoris gelang resam khas Putussibau, Hery mengungkapkan butuh dibutuhkan waktu 16 jam dari Pontianak menuju daerah tersebut.

Walau kerajinan khas Kalimantan Barat (Kalbar) belum terlalu populer di Indonesia, ternyata banyak orang-orang luar negeri tertarik dengan keunikannya.

"Ada juga kerajinan kayu kapuak (tas, cinderamata) khas Bengkayang. Produk ini juga dinikmati di luar negeri, di Kuching dibeli orang-orang sana soalnya unik," Hery bercerita.

Ia turut memasok kuliner khas Pontianak, contohnya ia pernah mengirim stick talas ke Australia. "Pembeli luar negeri juga dapat informasi dari Bukalapak."

Hery melihat potensi pasar oleh-oleh Pontianak sangat besar, dan karena sering bergaul dengan kalangan UMKM, ia pun memahami masalah yang dikeluhkan pengrajin daerah adalah kesulitan pemasaran

"Jadi, saya termotivasi memasok konten khas Pontianak dan pangsanya juga bagus," ucapnya.

 

Kesibukan Bukan Alasan untuk Tidak Berbisnis

Suasana Kopdar Pelapak Bukalapak Pontianak. Liputan6.com/Tommy Kurnia

Sekadar informasi, Hery memiliki latar di bidang pendidikan Bahasa Inggris, dan sempat aktif di bidang pendidikan.

Sekarang, ia bekerja sebagai agen properti. Bukan hanya itu, ia juga tengah melanjutkan studi S2 dalam bidang hukum di Universitas Tanjungpura, Pontianak, serta aktif sebagai pelatih taekwondo yang digelutinya sejak 1996.

Kesibukannya sebagai kepala keluarga, agen properti, pelatih bela diri, dan mahasiswa S2 bukan alasan untuk tidak bisa berbisnis. Buktinya, ia tetap produktif dengan mengembangkan karirnya sebagai pelapak online.

Hery menegaskan, "Ngurus online ini enaknya kita saja, tidak terikat waktu jam kantor juga. Jadi kenapa tidak bisa?"

"Jadi kalau ada orderan di Bukalapak, kita akan mendapat notifikasi email. Kita bisa packing kapan saja, seperti waktu santai saat pulang kerja. Gitu enaknya jualan online."

Hery sendiri aktif di komunitas Bukalapak. Ketika Bukalapak mengadakan silaturahmi di Pontianak, Hery menyempatkan diri untuk terus berbincang sampai malam dengan pelapak senior lain dari Pontianak dan luar daerah sambil bersama menikmati kopi.

Maklum, budaya minum kopi di kota Pontianak memang cukup berkembang, bahkan Presiden Jokowi sempat mampir di sebuah kedai kopi di kota itu.

Generasi tua maupun muda lokal hobi berkumpul di kedai kopi sambil berbagi melepas penat, berbagi pikiran, atau sekadar nongkrong bersama kawan-kawan.

(Tom/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya