Jakarta - Pemerintah Jerman ingin menjadikan kecerdasan buatan yang paling utama dalam hal teknologi masa depan. Mereka juga ingin unggul di bidang itu.
Hal tersebut dinyatakan dalam strategi pengembangan yang disahkan kabinet beberapa waktu lalu.
Untuk itu, sebagaimana dikutip DW, Senin (1/10/2018), pemerintah ingin mengembangkan penelitian di bidang kecerdasan buatan.
Advertisement
Baca Juga
Bukan saja peneliti yang akan diperbanyak, melainkan juga kondisi kerja bagi peneliti di dalam dan di luar negeri yang akan diperbaiki.
Tukar-menukar antara ilmu alam dan ekonomi juga akan diperkuat, dan pendirian perusahaan akan dipermudah.
Jerman pun akan bekerjasama secara internasional. Dalam rangka itu, jaringan penelitian dan inovasi dengan Perancis juga akan dibangun. Demikian halnya kerjasama dengan negara-negara Eropa lainnya.Â
Dalam strategi yang dirumuskan pemerintah, disebutkan bahwa kecerdasan buatan semakin berkembang menjadi salah satu pendorong utama kemampuan Jerman untuk bersaing.
Untuk menjadikan kecerdasan buatan sesuatu yang menolong rakyat, adalah tantangan berat. Kecerdasan buatan bisa digunakan untuk mobil-mobil yang bergerak tanpa pengemudi, asisten bahasa dan mesin-mesin yang mampu belajar.
Lagipula, kecerdasan buatan bisa digunakan untuk kalkulasi risiko pemberian kredit, dan analisa citra Röntgen.
Sekilas Kecerdasan Buatan
Kecerdasan buatan adalah sebutan untuk sistem-sistem komputer, yang mampu memahami dan mencari solusi bagi masalah secara independen.
Kecerdasan buatan menjadi masalah kunci bagi Jerman dan Eropa, demikian dikemukakan Menteri Perekonomian Peter Altmaier.
Kecerdasan buatan adalah "inovasi dasar, yang akan mengubah dan memperbaiki perekonomian dan hidup kita," demikian ditambahkan Altmaier.
Dasar penting bagi pengembangan kecerdasan buatan juga akan ditetapkan kementerian ekonomi, penelitian dan pekerjaan.
Dalam beberapa bulan mendatang, strategi ini akan dikembangkan, dan dipresentasikan pada Desember 2018.
Sebuah komisi angket dalam parlemen Bundestag juga akan meneliti kesempatan yang bisa diraih dan risiko yang muncul dari kecerdasan buatan.
Antara lain akan dibicarakan, apa yang mungkin terjadi, jika mesin semakin banyak mengambil keputusan sendiri, juga apa yang akan terjadi dengan data yang terkumpul.
Advertisement
Google Tolak Kecerdasan Buatan Jadi Senjata Militer
Terlepas dari informasi Jerman yang ingin unggul dalam kecerdasan buatan, Google belum lama ini secara resmi menolak pengembangan Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan, AI) untuk berbagai keperluan militer.
Dilansir blog Google, Selasa (12/8/2018), CEO Google Sundar Pichai menegaskan perusahaan yang dipimpinnya tidak akan mengejar fokus di dunia militer.
Cara kecerdasan buatan dikembangkan dan digunakan akan memiliki dampak signifikan pada masyarakat di hari-hari mendatang," tulis Pichai dalam blognya.
Ia pun menerangkan, penerapan kecerdasan buatan Google tidak akan menjurus pada teknologi yang bisa menyebabkan orang terluka.
Tak hanya menyebabkan kerusakan langsung, Pichai juga tidak mau teknologi kecerdasan buatan Google dipakai untuk tindakan pengintaian yang melanggar norma-norma internasional, serta melawan hak asasi manusia.
Google juga menekankan pentingnya mengembangkan kecerdasan buatan demi keuntungan yang menguntungkan masyarakat luas, dan supaya lebih banyak orang-orang yang mengembangkan kecerdasan buatan untuk tujuan mulia tersebut.
Meski menolak kecerdasan buatan dipakai untuk kerusakan, pihak Google tetap berminat bekerja untuk militer dan pemerintah di area-area lain, seperti keamanan siber, pelatihan, rekrutmen militer, dan seputar keselamatan dan kesehatan.
Reporter: DW Indonesia
Sumber: DW.com
(Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Â