Liputan6.com, Jakarta - Telkomsel tidak hanya ingin menjadi sekadar perusahaan telekomunikasi, tapi kian agresif mengembangkan bisnis di ranah digital.
Perusahaan menghadirkan layanan Value Added Services (VAS), iklan digital, mobile financial services serta Internet of Things (IoT), dan kini terlihat semakin serius mengarap peluang besar di ranah gim.
Setelah merilis platform Dunia Games pada 2013 dan menjadi alat pembayaran dengan sistem potong pulsa di sejumlah gim, Telkomsel pada hari ini merilis gim pertamanya bernama ShellFire.
Advertisement
Baca Juga
Gim yang mengusung genre action dengan sub genre First Person Shooter (FPS) dan Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) ini dikembangkan oleh developer asal Tiongkok, kemudian Telkomsel melalui Dunia Games bertindak sebagai publisher.
ShellFire sudah tersedia di Google Play Store, dan akan menyusul tersedia di App Store. Peluncuran gim ini semakin memperkuat komitmen Telkomsel untuk mengembangkan gim dan bisnis digitalnya secara keseluruhan.
General Manager Games dan Apps Telkomsel, Auliya Ilman Fadli, mengungkapkan segmen gim merupakan sumber pendapatan tertinggi dari layanan digital dengan kontribusi sebesar 34 persen. Tahun depan, Telkomsel menargetkan jumlahnya akan tumbuh menjadi 50 persen.
Saat ini, pangsa pasar Telkomsel di industri gim Indonesia mencapai lebih dari 22 persen. Jumlah ini bisa terus bertambah karena Telkomsel memproyeksikan nilai industri gim Indonesia sampai 2022 bisa mencapai US$ 3,75 miliar.
Telkomsel Memiliki 60 Juta Gamer
Telkomsel memiliki 60 juta gamer di dalam basis penggunanya. Total pelanggan Telkomsel sendiri saat ini mencapai lebih dari 178 juta. Melihat tingginya jumlah gamer, kata Auliya, pihak internal sangat mendukung langkah Telkomsel untuk lebih optimal di arena gim.
Sayangnya, ia enggan merinci dana investasi yang disiapkan, termasuk ongkos pengembangkan ShellFire. Terkait gim ini, Telkomsel membeli lisensi selama dua tahun untuk tahap awal, lalu jika ingin diperluas ke negara-negara lain, maka biayanya akan bertambah.
"Manajemen mendukung kami ke arah gim dan sudah menyiapkan investasi untuk itu. Nilai investasi di satu negara bervariasi, tergantung tipe gim-nya," tuturnya.
Keseriusan Telkomsel di industri gim sejauh ini baru sampai pada tahap sebagai publisher. Namun, anak usaha Telkom itu tidak menampik kemungkinan untuk menjadi developer gim.
Untuk menjadi developer gim, salah satu tantangan utamanya saat ini adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh sebab itu, perusahaan sekarang fokus sebagai publisher dan berencana merilis tujuh gim baru tahun depan.
"Kami sebagai publisher saat ini, dan setelah ini (ShellFire), selanjutnuua kami ada rencana bekerja sama degan developer lokal. Tahun depan akan ada tujuh gim dari develoepr dengan berbagai genre, seperti kartu dan puzzle," ungkap Auliya.
Advertisement
Bisnis Digital Terus Tumbuh
Bisnis digital Telkomsel sendiri setidaknya selama dua tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan. Diungkapkan Manager Corporate Communications Telkomsel, Singue Kilatmaka, bisnis digital per semester I 2018 menyumbang 46 persen untuk total pendapatan perusahaan. Jumlahnya naik dari sekira 30 persen pada tahun lalu.
Ia pun yakin bisnis layanan digital akan bisa setara dengan legacy yakni voice dan SMS. "Jadi kami optimistis layanan digital sudah bisa sejajar dengan layanan legacy. Target kami akhir tahun ini bisa di atas 50-an persen," tutur Singue saat ditemui di kantor Telkomsel, Senin (1/10/2018).
Telkomsel, katanya, tidak ingin menjadi sekadar penghubung layanan digital, terlebih dengan semakin berkembangnya gaya hidup digital di masyarakat. Tidak hanya gim, Telkomsel memiliki beberapa aplikasi digital lain, termasuk video streaming.
"Tujuan ini semua adalah kami ingin menjadi perusahaan digital sepenuhnya. Inti kami tetap di telekomunikasi, tapi kami tidak hanya ingin sekadar menyediakan jaringan, tapi juga menciptakan produk-produknya dan ShellFire ini adalah salah satu batu loncatannya," sambungnya.
Telkomsel sejauh ini memang belum bisa menjadi developer gim, mengingat proses pembuatan yang rumit dibandingkan beberapa aplikasi lain.
"Kami mengikuti pasar saja, perjalanan ke sini juga cepat. Dari yang sekadar jadi pipa, hanya sebatas carrier billing kini menjadi publisher dan itu tidak sampai lima tahun. Sekarang kondisi pasar sudah mendukung, tinggal SDM kami, apakah bisa menjadi developer besar. Oleh sebab itu, kami kini sedang fokus mengembangkan SDM," kata Singue.
Keseriusan Telkomsel ini tentu tak lepas dari peluang besar untuk menambah pundi-pundi uangnya. Seiring perkembangan dunia digital, kini muncul banyak jenis aplikasi dan tentunya Telkomsel sebagai perusahaan telekomunikasi bisa lebih menguntungkan, tidak hanya karena mendapatkan trafik dari jaringannya, tapi juga penggunaan aplikasinya sendiri.
"Digital ini potensi pendapatannya besar, trafiknya juga besar. Sekarang orang tidak hanya sekadar pakai ponsel untuk SMS dan internetan. Oleh sebab itu, kami juga harus berani untuk jadi publisher dan developer," ungkap Singue.
(Din/Ysl)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: