Pentingnya Bisnis Restoran Perbarui Software di Era Digital

Modal besar, lokasi strategis, dan cita rasa enak restoran, bukan lagi jaminan tunggal untuk bisa bertahan di tengah tingginya persaingan.

oleh Iskandar diperbarui 25 Mar 2020, 18:37 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2020, 18:37 WIB
Restoran
Ilustrasi restoran (iStockphoto)​

Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), masyarakat Indonesia--terutama yang tinggal di perkotaan--semakin sering membeli makanan jadi, alih-alih memasak sendiri di rumah.

Data BPS menyebutkan bahwa pengeluaran untuk membeli makanan jadi--baik di warung, supermarket, maupun restoran--tumbuh dari 29,6 persen pada 2016 menjadi 34 persen pada 2018. Hal ini didukung dengan data Nielsen pada tahun 2016, di mana 11 persen dari populasi Indonesia, makan di luar lebih dari satu kali dalam seminggu.

Seiring dengan fakta tersebut, semakin banyak restoran, rumah makan, hingga warung yang bermunculan untuk memenuhi kebutuhan kuliner masyarakat. Namun, bisnis kuliner bisa dibilang merupakan usaha yang berisiko.

Banyak faktor-faktor eksternal maupun internal yang bisa mempengaruhi omzet restoran. Modal besar, lokasi strategis, dan cita rasa enak bukan lagi jaminan tunggal untuk bisa bertahan di tengah tingginya persaingan pasar.

Manajer keuangan dinilai harus tetap up-to-date dengan sistem keuangan terbaru yang bisa memberikan efisiensi lebih, baik itu software, ERP system, maupun upgrade SOP untuk meningkatkan kecepatan, akurasi, serta efisiensi biaya dan laporan yang dihasilkan.

Sebagai contoh, jaringan restoran global, Marugame Udon, belum lama ini menggunakan jasa layanan pembayaran non-bank yaitu Wallex, platform asal Singapura yang menawarkan layanan transfer dana internasional.

Akhmad Nurhidayat, Chief Financial Officer PT Sriboga Marugame Indonesia mengatakan ada ketidakefisienan dari pengiriman uang menggunakan bank ke luar negeri.

"Cost per transaksinya sangat tinggi, karena sebagian besar harus menggunakan bank korespondensi. Lalu, proses transaksi juga memakan waktu, karena harus menyesuaikan dengan jam operasional bank korespondensi," ujar Akhmad melalui keterangannya, Rabu (25/3/2020).

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Menghemat Biaya Transfer Internasional

Setelah memakai sistem baru dengan Wallex, ia mengaku perusahaan bisa menurunkan biaya transfer internasional hingga 50-60 persen.

Menurut Andy Putra, Country Manager Wallex di Indonesia, hal tersebut bisa dilakukan karena Wallex menerapkan harga transaksi flat sebesar Rp 100.000 per transaksi, dibandingkan penyedia layanan tradisional yang menetapkan tarif progresif.

Tidak hanya itu, Wallex menawarkan nilai tukar kurs yang kompetitif untuk 40 mata uang asing. Platform fintech ini bisa diakses secara online kapan saja, dan dapat menyelesaikan kegiatan transaksi internasional dalam waktu 1 hingga 3 hari.

"Kami sadar bahwa dunia bisnis di era digital ini berputar dengan sangat cepat dan serba online. Oleh karena itu, bisnis kelas internasional seperti Marugame pun menuntut solusi transfer internasional yang aman, praktis, dan bisa diakses kapan saja dan dimana saja," ucap Andy.

(Isk/Why)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya