Cerita Pendiri Travelio Besarkan Startup dan Dua Balita di Tengah Pandemi

"Membesarkan startup itu nyaris mirip seperti menyuapi balita, harus diawasi setiap menitnya,” kata Co-Founder & COO Travelio, Christie Tjong.

oleh Iskandar diperbarui 17 Jul 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2020, 12:00 WIB
Co-Founder & COO Travelio, Christie Tjong. Dok: Travelio
Co-Founder & COO Travelio, Christie Tjong. Dok: Travelio

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah pengusaha perempuan tergolong lebih sedikit ketimbang pengusaha pria. Salah satu faktornya adalah keterbatasan akses untuk meraih modal.

Menurut riset Crunchbase (2019), dari seluruh total pendanaan startup hanya kurang dari 3 persen yang berhasil digalang oleh pendiri startup perempuan.

Beruntung, Co-Founder & COO Travelio, Christie Tjong, yang juga merupakan ibu dari dua anak berhasil menggalang US$ 18 juta di pendanaan Seri-B pada November 2019. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Temasek Holding melalui Pavilion Capital, dan dilakukan tepat sebelum terjadinya pandemi Covid-19.

"Membesarkan startup itu nyaris mirip seperti menyuapi balita, harus diawasi setiap menitnya,” kata Christie melalui keterangan tertulisnya, Jumat (17/7/2020).

Ia pun berhasil membuktikan kemampuannya dalam 'menyuapi' high-growth startup dan kedua balitanya di saat yang bersamaan.

Travelio adalah startup penyewaan apartemen Indonesia yang memegang lebih dari 5.000 kontrak manajemen eksklusif, dengan aset kelolaan di atas US$ 350 juta.

Pada Mei 2020, Travelio meluncurkan layanan tambahan e-groceries bernama TravelioMart, di mana menyediakan ratusan produk segar & FMCG dari petani, produsen, dan importir untuk kebutuhan para penyewa apartemen sekaligus seluruh penduduk Jakarta tanpa harus keluar rumah.

 

Latar Belakang Berdirinya TravelioMart

Pada awalnya, TravelioMart ingin dihadirkan sebagai layanan komplementer untuk para penyewa apartemen. Ide ini sudah muncul sejak akhir 2019, namun pandemi memberikan momentum tepat untuk bisnis e-groceries, sehingga TravelioMart segera diluncurkan.

“Saat pandemi global melanda, masyarakat kembali memprioritaskan kebutuhan dasarnya. Makanan jelas adalah kebutuhan dasar, dan kami sadar akan kekuatan digitalisasi-supply chain kami, maka kami cepat bertindak. Layanan TravelioMart akhirnya tersedia, bukan hanya untuk para penyewa apartemen saja, namun sesuai kapabilitas kami yaitu dapat menyasar ke target audiens yang lebih luas,” kata Christie.

Sebagai ibu, naluri Christie tentunya untuk selalu memastikan kesehatan si kecil, maka belanja di luar rumah bukan keputusan yang tepat di masa seperti ini.

Namun sayangnya, banyak kendala saat berbelanja lewat platform e-grocery, misalnya pilihan bahan makanan yang masih sangat terbatas.

"TravelioMart hadir untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Saat kamu tinggal di apartemen kami, kamu tidak hanya mengenal kami sebagai penyedia platform, namun sebagai rumah yang juga menyediakan segala kebutuhan kamu,” tutur Christie.

COO berusia 32 tahun ini menyatakan bahwa TravelioMart menyeleksi supplier secara ketat, untuk memastikan terjaminnya kualitas dan kesegaran bahan-bahan yang dijual.

 

Bangun Infrastruktur

Salah satu karakteristik startup, terutama yang masih di tahap awal, yaitu kurangnya corporate infrastructure. Hal tersebut memaksa para founders untuk menjalankan beberapa peran secara sekaligus - dan merangkap setara dengan lima orang.

Sebagai COO, Christie tidak hanya harus mengenali satu-persatu komponen 'mesinnya', namun juga harus memastikan semuanya berjalan dengan baik.

Ia menceritakan betapa beratnya tanggung jawab yang diemban setelah berhasil menggalang dana, karena ia harus langsung membangun ‘infrastruktur’ yang mumpuni untuk mencapai target-target yang diberikan oleh investor.

Para founders menjadi semakin proaktif seiring diluncurkannya lini bisnis, produk, layanan, maupun infrastruktur baru untuk bisa scale up sebesar dua, tiga, atau bahkan berkali-kali lipat setelah berhasil mendapatkan pendanaan baru.

Meski begitu, memainkan beberapa peran secara sekaligus bukanlah sesuatu yang baru bagi COO dan ibu dari anak 1 dan 4 tahun itu.

“Memainkan peran sebagai COO, istri, bahkan ibu secara sekaligus tentu memerlukan dedikasi yang sangat tinggi. Dulu saya sempat mengira jika saya fokus secara penuh ke salah satunya, yang lainnya pasti akan terabaikan. Namun saya sadar bahwa kata ‘terabaikan’ itu tidak akan muncul ketika saya mendedikasikan diri ke ketiganya - yang hanya dapat dicapai jika saya bisa mengatur waktu dengan baik,” ujar Christie.

 

Keterbatasan Melahirkan Keputusan Terbaik

Berbagai keterbatasan telah membuatnya lebih efisien dalam manajemen waktu, karena ia mengerti apa saja tuntutan di setiap peran. Sebagai gantinya, hal tersebut membentuk pola pikir Christie untuk menjadi semakin gesit dalam mengambil keputusan.

“Saya sangat mempercayai kalimat ‘speed outweighs perfection.’ Percaya atau tidak, itulah rahasia kami dalam membesarkan Travelio hingga saat ini, khususnya untuk bisa survive di masa pandemi. Kami tidak hanya cepat untuk menyadari kegagalan, kesalahan, maupun inefisiensi, namun juga untuk menindak-lanjutinya,” ujarnya. Kemampuan beradaptasi dan keinginan untuk selalu belajar hal baru adalah dua nilai kunci yang telah lama tertanam dalam budaya tim manajemen Travelio.

Jajaran pendiri Travelio terdiri dari dua Co-Founders perempuan (Christie Tjong & Christina Suriadjaja) dan satu Co-Founder laki-laki (Hendry Rusli).

Travelio adalah satu dari sedikit perusahaan bermodalkan dana dari venture capital yang berhasil menggalang dana besar dan bertumbuh setelah melewati tahap pendanaan Seri B, dengan mayoritas perempuan di tim manajemennya.

(Isk/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya