Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah India memblokir 118 aplikasi mobile yang sebagian besar buatan Tiongkok, termasuk gim populer Tencent, PUBG. Langkah ini kian menekan perusahaan-perusahaan teknologi Tiongkok, menyusul perselisihan antara India dan negara tersebut di wilayah perbatasan.
Dilansir dari Reuters, Kamis (3/9/2020), selain PUGB, ratusan aplikasi lain yang diblokir termasuk Baidu dan ShareSave milik Xiaomi.
Advertisement
Baca Juga
Pemblokiran ini diumumkan sehari setelah seorang pejabat India mengatakan telah mengerahkan pasukan di empat puncak bukit strategis berselang tak lama dari apa yang India sebut upaya serangan Tiongkok di sepanjang perbatasan Himalaya yang disengketakan.
Tencent menolak mengomentari pengumuman pemerintah India ini. Kedutaan Besar Tiongkok di New Delhi pun belum memberikan respons.
Sementara Kementerian Teknologi India mengatakan ratusan aplikasi tersebut merupakan ancaman bagi kedaulatan, dan keamanan India.
"Aplikasi-aplikasi tersebut mengumpulkan, dan membagikan data secara diam-diam serta membahayakan data pribadi dan informasi pengguna, yang dapat menimbulkan ancaman serius bagi keamanan negara," ujar juru bicara kementerian dalam sebuah pernyataan.
Pemblokiran ini merupakan pukulan untuk Tencent di India. Pasalnya, PUBG merupakan gim yang sangat populer di negara tersebut. Berdasarkan data SensorTower, India menduduki peringkat pertama dalam hal jumlah unduhan PUBG dengan sekira 175 juta pemasangan, atau 24 persen dari total.
Pemblokiran Sebelumnya
Sebelumnya, India juga telah memblokir 59 aplikasi Tiongkok termasuk TikTok, WeChat, dan UC Browser. Pemblokiran dilakukan sejak Juni lalu.
Kementerian teknologi menyebut pemblokiran itu sebagai "serangan digital", menyusul sengketa dengan pasukan Tiongkok di perbatasan Himalaya pada Juni, ketika 20 tentara India tewas.
Advertisement
Penghentian Bisnis
Larangan India telah menghentikan operasi bisnis beberapa perusahaan Tiongkok di India. Berdasarkan laporan pada bulan lalu, negara Bollywood itu juga mendesak Alibaba, pendukung utama startup teknologi India, untuk menunda semua rencana investasi di negara tersebut setidaknya selama enam bulan.
Analis teknologi mengatakan, risiko perubahan mendadak dalam lingkungan bisnis akan menghalangi investasi Tiongkok secara lebih umum.
"Larangan terhadap aplikasi tidak hanya akan memberikan sinyal negatif kepada perusahaan-perusahaan Tiongkok dan para investor yang sudah ada di India, tapi mereka yang menunggu iklim menguntungkan untuk berinvestaasi di India mungkin akan mundur sekarang," jelas mitra firma hukum Khaitan & Co, Atul Pandey, yang telah menjadi penasihat beberapa klien Tiongkok.
(Din/Why)