Ada Gender Gap dalam Teknologi, Siswi SMK Didorong Berkarier di Bidang AI hingga Engineering

Saat ini masih ada gender gap dalam teknologi, para siswi SMK didorong untuk berkarier di bidang teknologi, cloud computing, kecerdasan buatan, engineering, manufaktur, dan desain.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 12 Mar 2021, 07:30 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2021, 07:30 WIB
Ilustrasi coding, pemrograman, programmer, programming. Kredit: Pexels via Pixabay
Ilustrasi coding, pemrograman, programmer, programming. Kredit: Pexels via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang menimpa dunia membuat adopsi teknologi meningkat. Melajunya adopsi teknologi membuat perusahaan mulai mengakselerasi kehadiran pekerjaan masa depan, yakni pekerjaan berbasis teknologi.

Di mana menurut riset The Future of Jobs Report 2020 yang digelar World Economic Forum memprediksi ada 85 pekerjaan yang akan digantikan oleh teknologi automatisasi pada 2025.

Kendati demikian, situasi ini memunculkan peluang hadirnya 97 juta peran baru yang berbasis teknologi. Misalnya dalam bidang cloud computing, data dan kecerdasan buatan/ AI, engineering, pengembangan produk, dan lain-lain.

Sayangnya, survei laporan mengenai gender gap global 2020 oleh World Economic Forum mengungkap, dampak yang lebih dalam akan dirasakan oleh kaum perempuan.

Pasalnya saat ini proporsi mereka dalam klaster pekerjaan berbasis teknologi masih rendah ketimbang laki-laki.

Survei ini menyebut, persentase perempuan yang bekerja di bidang cloud computing baru 12 persen dibanding laki-laki.

Masih Sedikit Perempuan Bekerja di Bidang AI

Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML)
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML). Kredit: Gerd Altmann from Pixabay

Sementara porsi pekerja perempuan di bidang engineering masih 15 persen dibanding laki-laki.

Begitu juga dengan porsi karyawan perempuan di bidang data dan AI yang jumlahnya baru 26 persen dan di bidang pengembangan produk masih 35 persen.

Diungkap oleh Country Leader of Communications and Public Affairs PT Johnson & Johnson Indonesia, Devy Yheanne, riset di atas mengindikasikan tren permintaan tenaga di bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika, manufaktur, dan desain (STEM2D) akan meningkat. Namun, keterlibatan perempuan di bidang ini masih rendah.

"Johnson & Johnson pun mengimplementasikan inisiatif WiSTEM2D atau Women in Science, Technology, Engineering, Math, Manufacturing, and Design, secara global sejak 2015," kata Devy, dalam keterangan yang diterima Jumat (12/3/2021).

"Program ini berkomitmen memberdayakan perempuan muda di enam bidang tersebut sehingga mereka bisa meningkatkan representasi perempuan di bidang sains dan teknik serta berkesempatan untuk terlibat di dalamnya."

Alasan Siswi SMK Dipilih

Program ini ditargetkan menyasar para siswi SMK di Indonesia, salah satunya melalui program edukasi yang digelar daring oleh Johnson & Johnson bersama Prestasi Junior Indonesia (PJI). Program ini hadir untuk menginspirasi siswi SMK untuk mengejar pendidikan dan karier di bidang teknologi dan STEM2D.

Para siswi SMK dipilih seiring dengan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang kian sulit karena terdampak pandemi. Pasalnya per Agustus 2020, BPS mencatat jumlah pengangguran mencapai 9,77 juta orang dan didominasi oleh lulusan SMK.

"Melalui program ini, siswi SMK dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya uuntuk memulai keterampilan baru yang dibutuhkan oleh perusahaan. Kesempatan ini memberikan aspirasi baru bagi para siswi untuk berkarier di bidang teknologi dan STEM2D," kata Co-founder and Academic Advisor Prestasi Junior Indonesia Robert Gardiner.

(Tin/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya