Liputan6.com, Jakarta - Instagram mengubah algoritmanya setelah ada keluhan dari sekelompok karyawan yang menyebut, konten pro-Palestina tidak bisa dilihat oleh pengguna.
Instagram biasanya menampilkan konten orisinal (buatan pengguna) dalam Stories, ketimbang unggahan milik orang lain yang dibagikan ulang ke Stories. Kini perusahaan memberikan bobot yang sama untuk keduanya.
Baca Juga
Sebelumnya, dilaporkan oleh BuzzFeed News dan Financial Times, sekelompok karyawan Instagram mengajukan banyak permohonan mengenai konten yang disensor oleh moderasi otomatis Instagram. Misalnya unggahan mengenai masjid Al-Aqsa yang dihapus oleh moderator.
Advertisement
Financial Times menyebut, para karyawan tidak percaya penyensoran itu sengaja dilakukan.
"Moderasi skala besar Instagram bias terhadap kelompok yang terpinggirkan," kata salah satu karyawan yang tidak disebutkan namanya, seperti dikutip The Verge, Senin (31/5/2021).
Dalam emailnya, seorang juru bicara Facebook mengatakan, perubahan tersebut bukan hanya sebagai tanggapan atas kekhawatiran atas konten pro-Palestina.
"Perusahaan menyadari cara aplikasi berfungsi, yakni menampilkan banyak unggahan yang paling diperhatikan oleh pengguna, dapat mengarahkan pengguna dan menekan sudut pandang atau topik tertentu. Kami ingin menjelaskan, bukan itu masalahnya," kata juru bicara Instagram.
Perubahan Tidak Hanya Berlaku ke Konten Pro-Palestina
Juru bicara tersebut menegaskan, perubahan algoritma ini bukan hanya berlaku untuk unggahan pro-Palestina tetapi juga untuk unggahan apa pun yang dibagikan ulang dalam bentuk Stories.
Instagram mengatakan, telah berulang kali mendengar dari pengguna yang berpandangan mereka lebih tertarik dengan Stories asli dari teman dekat ketimbang melihat konten yang dibagikan ulang melalui Stories.
Juru bicara perusahaan mengklaim, hal inilah yang membuat Instagram lebih memprioritaskan unggahan orisinal ketimbang konten yang dibagikan ulang di Stories.
"Namun ada peningkatan dalam jumlah orang yang membagikan ulang unggahan, kami melihat dampak yang lebih besar dari yang diharapkan, dalam hal jangkauan unggahan," katanya.
Dia menuturkan, "Stories yang membagikan ulang unggahan feed tidak mendapatkan jangkauan yang diharapkan, dan itu bukan pengalaman yang baik."
Advertisement
Perusahaan Medsos Dikritik karena Sensor Konten Pro-Palestina
Sang juru bicara juga menembahkan, Instagram percaya pengguna ingin melihat lebih banyak Stories original. Oleh karenanya perusahaan memfokuskan Stories pada konten original melalui berbagai tool baru.
Perlu diketahui, jejaring media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Instagram mendapatkan kritik selama beberapa minggu terakhir.
Kritik yang dilayangkan adalah mengenai bagaimana mereka menampilkan (atau tidak menampilkan) konten terkait konflik Israel dan Palestina.
Awal bulan Mei ini, Twitter membatasi akun milik seorang penulis Palestina. Meski begitu belakangan Twitter mengatakan, penyebabnya adalah adanya error, bukan disengaja.
Instagram pun begitu. Perusahaan akhirnya minta maaf setelah sekian banyak akun tidak bisa mengunggah konten terkait Palestina selama beberapa jam pada 6 Mei lalu.
Adam Moseri sang bos Instagram sempat mencuit, penyebab masalah ini adalah karena adanya kendala teknis akibat sebuah bug.
(Tin/Ysl)