Liputan6.com, Jakarta - Apple dan Meta (induk Facebook) disebut-sebut telah memberikan data pribadi pengguna ke hacker yang menyamar jadi penegak hukum.
Mengutip laporan Bloomberg, Senin (4/4/2022), Apple dan Meta dilaporkan telah memberikan data pelanggan. Mulai dari alamat, nomor telepon, hingga alamat IP pelanggan pada pertengahan 2021.
Baca Juga
Pemberian data ini dilakukan sebagai respon atas permintaan data darurat oleh penegak hukum.
Advertisement
Biasanya, permintaan data pribadi semacam ini dilengkapi surat perintah penggeledahan atau pengadilan yang ditandatangani hakim. Namun, dalam permintaan data darurat tak butuh perintah pengadilan.
Bloomberg menyebut, Snap (induk Snapchat) juga menerima perintaan serupa dari hacker, tapi belum diketahui apa perusahaan memberikan data atau tidak.
Para peneliti keamanan siber menduga, sejumlah hacker yang menyamar sebagai penegak hukum berlokasi di Britania Raya dan AS.
Bahkan salah satunya dipercaya merupakan dalang di balik kelompok hacker Lapsus$. Lapsus$ merupakan hacker di balik peretasan Microsoft, Samsung, Nvidia, dan lain-lain.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Apple Sebut Permintaan Data Darurat Itu Sah
Perwakilan Apple mengatakan, "Seorang supervisor untuk pemerintah atau agen penegak hukum yang mengajukan permintaan data dapat dihubungi dan mengonfirmasi pada Apple bahwa permintaan data darurat itu sah."
Sementara, perwakilan Meta mengatakan pihaknya selalu meninjau tiap permintaan data untuk keperuan legal.
"Kami memblokir akun yang telah disusupi dan mengaku bekerja dengan penegak hukum demi mendapatkan data, seperti yang telah kami lakukan dalam kasus ini," kata juru bicara Meta Andy Stone.
Sementara, Snap mengklaim memiliki standar keamanan untuk mendeteksi permintaan data dari pihak yang mengaku sebagai penegak hukum.
Sekadar informasi, penegak hukum di seluruh dunia memang meminta data ke media sosial secara rutin. Data ini merupakan informasi tentang pengguna, guna membantu penyelidikan suatu kasus.
Sekadar informasi, Apple dan Meta mempublikasikan kepatuhan mereka terhadap permintaan data darurat. Sejak Juli-Desember 2020, Apple mendapat 1.162 permintaan darurat dari 29 negara.
Apple memberikan data ke 93 persen permintaan, sebagai upaya mematuhi aturan.
Sementara Meta menerima 21.700 permintaan darurat dari Januari-Juni 2021 dari seluruh dunia. Meta merespon dengan mematuhi 77 persen permintaan data tersebut.
Â
Advertisement
Data Bisa Dipakai untuk Penipuan
Sementara itu, kelompok hacker yang dikenal sebagai Recursion Team dipercaya sebagai salah satu hacker yang berada di balik permintaan data dengan mengatasnamakan sebagai penegak hukum.
Menurut tiga orang yang terlibat dalam investigasi, pada 2021, hacker ini mengirimkan permintaan data ke perusahaan-perusahaan.
Namun, kini Recursion Team tidak lagi aktif. Dipercaya, ada banyak anggotanya yang melanjutkan upaya peretasan di bawah kelompok baru, termasuk Lapsus$.
Menurut seorang sumber, informasi yang didapatkan hacker ini dipakai untuk menjalankan kampanye jahat, termasuk penipuan finansial.
Belakangan, sumber mengungkap, permintaan data dikirim melalui email milik penegak hukum di beberapa negara yang telah diretas.
(Tin/Ysl)